Home > Berita > Inhil

Bukan dengan Perda Resi Gudang, Eksekutif-Legislatif Diminta Fokus Benahi Kerusakan Kelapa Rakyat Inhil

Bukan dengan Perda Resi Gudang, Eksekutif-Legislatif Diminta Fokus Benahi Kerusakan Kelapa Rakyat Inhil

Elemen mahasiswa Inhil saat berdialog dengan DPRD terkait penolakan Ranperda Resi Gudang.

Rabu, 25 November 2015 11:18 WIB
Advertorial
TEMBILAHAN, POTRETNEWS.com - Eksekutif dan legislatif Kabupaten Indragiri Hilir (Inhil), Riau, diminta fokus membenahi kerusakan perkebunan kelapa masyarakat. Tidak perlu dengan membuat Rancangan Peraturan Daerah (Ranperda) Resi Gudang, karena kebijakan tersebut malah menimbulkan polemik baru di masyarakat. Pernyataan tersebut disampaikan Jakfar mahasiswa Unisi Tembilahan kepada media ini, Selasa, (24/11/2015). Untuk membuat kebijakan, perlu kajian yang dalam. Agar nantinya kebijakan tersebut tidak menghamburkan anggaran.

"Saat ini kemampuan anggaran perbaikan dan tingkat kerusakan perkebunan tidak sebanding. Kerusakan lahan karena intrusi air laut, lebih tinggi dibanding kemampuan pemerintah membangun tanggul," ujarnya.

Itu baru satu persoalan, kata Jakfar. Padahal yang terjadi dengan kelapa ada banyak masalah. Contoh lainnya seperti serangan hama di banyak kecamatan, kondisi lahan perkebunan yang kritis dan alih fungsi lahan menjadi perkebunan kelapa sawit.

"Persoalan harga, saat ini bukan jadi masalah utama. Tapi empat persoalan tadi yang lebih penting. Kebutuhan pasar lebih besar bila dibandingkan dengan tingkat produksi kelapa Inhil. Pembeli menaikkan harga untuk mendapatkan kelapa, kalau tidak mereka tidak dapat kelapa. Dengan kondisi itu, apa perlunya kita membangun resi gudang," ujarnya.

Ia menambahkan, apa yang diucapkan bukanlah tanpa dasar. Saat ini tidak ada antrean warga yang ingin menjual kelapa di perusahaan. Kapal pengangkut kelapa ke Malaysia juga harus parkir sekian lama untuk mencukupi muatan. Ditambah dengan berapa banyak tokeh kelapa yang bangkrut karena tidak mendapat jatah kopra.

"Dari apa yang kita lihat, rasanya memang tidak tepat kebijakan resi gudang digulirkan. Kebijakan baru tersebut tentu akan menyedot anggaran lagi. Cukup sudah enam proyek multiyears, jembatan timbang Rumbaijaya dan beberapa proyek lainnya yang terkesan mubazir anggaran," tukasnya.

Menurut dia, proyek tersebut merupakan peran eksekutif dan legislatif. Tapi saat gagal, masing-masing lepas tanggung jawab. "Entahlah kalau eksekutif dan legislatif punya data luar biasa hingga tetap ingin melanjutkan kebijakan ini. Atau memang ada pesanan sekelompok orang yang memiliki kepentingan terkait kebijakan itu," ujar Jakfar. (adv/dewan/suf)

Kategori : Inhil, Umum, Politik
wwwwww