Ekosistem Mangrove

Ekosistem Mangrove
Jum'at, 16 Desember 2022 12:37 WIB

Oleh Yemi Trisnawati SSi*

A. Pengertian Mangrove
Menurut Wikipedia, mangrove berasal dari Bahasa Inggris yang berarti hutan bakau. Hutan bakau merupakan hutan yang tumbuh di air payau, dan dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Mangrove adalah vegetasi hutan yang tumbuh diantara garis pasang surut, namun juga bisa tumbuh pada pantai karang, juga pada dataran koral mati yang di atasnya ditimbuni sebuah lapis tipis pasir, lumpur, maupun pantai berlumpur (Saparinto, 2007).

Hutan ini tumbuh khususnya di tempat-tempat di mana terjadi pelumpuran dan akumulasi bahan organik. Baik di teluk-teluk yang terlindung dari gempuran ombak, maupun di sekitar muara sungai di mana air melambat dan mengendapkan lumpur yang dibawanya dari hulu. Mangrove tumbuh dengan optimal di daerah pesisir yang mempunyai muara sungai besar dan bersubstrat lumpur, sedangkan di daerah pesisir yang tidak memiliki muara sungai, hutan mangrove pertumbuhannya tidak optimal.

B. Penyebaran Hutan Mangrove
Indonesia merupakan daerah tropis berbentuk kepulauan (17.500 pulau) dengan garis pantai yang diperkirakan sepanjang 81.000 kilometer merupakan kawasan yang baik bagi pertumbuhan tanaman mangrove. Mangrove tumbuh tersebar hampir di seluruh kawasan pesisir Indonesia terutama di wilayah Pesisir Timur Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua. Luas potensial hutan mangrove Indonesia adalah 8,6 juta hektar yang terdiri dari 3,8 juta hektar di dalam kawasan hutan dan 4,8 juta hektar berada di luar kawasan hutan (Noor, dkk.1999).

C. Karakteristik Hutan Manggrove
Hutan mangrove atau sering pula disebut hutan bakau memiliki ciri yang khas, mengingat hidupnya berada di wilayah ekotone yakni perairan dan daratan. Ciri mangrove ini utamanya mampu berada pada keadaan salin dan tawar, tidak terpengaruhi iklim. Hutan mangrove terdapat di wilayah pasang surut pantai yang berlumpur, terlindungi dari gerakan gelombang serta dimana ada pasokan air tawar serta partikel-partikel sedimen yang halus melalui air permukaan, dan air bersalinitas payau 2–22 permil sampai asin mencapai 38 permil (Kusmana, 1997).

Adapun karakteristik yang lainya dari hutan mangrove selain habitatnya yang unik, yaitu:
* Memiliki jenis pohon yang relatif sedikit.
* Mempunyai akar yang tidak beraturan (pneumatofora), misalnya jangkar melengkung serta menjulang pada bakau Rhizophora spp, dan akar yang mencuat vertikal semacam pensil pada pidada Sonneratia spp dan pada api-api Avicennia spp.
* Mempunyai biji (propagul) yang bersifat vivipar (dapat berkecambah di pohonnya), utamanya pada Rhizophora.
* Memiliki banyak lentisel pada bagian kulit pohon.

Tumbuhan mangrove mempunyai daya adaptasi yang khas terhadap lingkungan. Menurut Bengen (2000) menyatakan bahwa adaptasi tersebut dalam bentuk:
1. Adaptasi akan kadar oksigen rendah yang menyebabkan mangrove mempunyai bentuk perakaran yang berciri khas:
(1) bertipe cakar ayam yang memiliki pneumatofora (contohnya: Avecennia spp, Xilocarpus, dan Sonneratia spp) untuk mengambil oksigen dari udara dan
(2) bertipe tongkat/ penyangga yang memiliki lentisel (seperti Rhyzophora spp).
2. Adaptasi terhadap kadar garam yang tinggi:
a. Mempunyai sel-sel khusus di dalam daun yang berperan untuk menyimpan garam.
b. Memiliki daun yang kuat dan tebal yang mengandung air untuk mengatur keseimbangan garam.
c. Daunnya mempunyai struktur stomata khusus untuk mengurangi penguapan.
3. Adaptasi akan tanah yang kurang stabil serta adanya pasang surut dengan mengembangkan struktur akar yang benar-benar ekstensif serta membentuk jaringan horizontal yang lebar.

Selain untuk memperkokoh pohon, akar ini juga berfungsi untuk mendapatkan unsur hara serta menahan sedimen.

D. Flora dan Fauna Mangrove
a. Flora Mangrove

Menurut Bengen (2002) hutan mangrove meliputi pohon-pohon dan semak belukar yang terdiri atas 12 genera tumbuhan berbunga, diantaranya:
(1). Avicennia
(2). Sonneratia
(3). Rhizophora
(4). Bruguiera
(5). Ceriops
(6). Xylocarpus
(7). Lumnitzera
(8). Laguncularia
(9). Aegiceras
(10). Aegiatilis
(11). Sanaeda
(12). dan Conocarpus yang termasuk ke dalam delapan famili. Vegetasi hutan mangrove di Indonesia memiliki keanekaragaman jenis yang tinggi tercatat sebanyak 202 jenis yang terdiri atas 89 jenis pohon, 5 jenis palem, 19 jenis liana, 44 jenis epifit dan jenis sikas.

Namun demikian, hanya terdapat kurang lebih 47 jenis yang tumbuh spesifik hutan mangrove, paling tidak dalam hutan mangrove terdapat jenis tumbuhan sejati penting dan dominan yang termasuk ke dalam empat famili:
1. Rhizophoraceae (Rhizophora, Bruguiera, dan Ceriops)
2. Sonneratiaceae (Sonneratia)
3. Avicenniaceae (Avicennia)
4. Meliaceae (Xylocarpus).
b. Fauna Mangrove

Mangrove merupakan habitat bagi berbagai jenis satwa liar seperti primata, reptilia dan burung. Selain sebagai tempat berlindung dan mencari makan, mangrove juga merupakan tempat berkembang biak bagi burung air. Bagi berbagai jenis ikan dan udang, perairan mangrove merupakan tempat ideal sebagai daerah asuhan, tempat mencari makan, dan tempat pembesaran anak. Moluska sangat banyak ditemukan pada areal mangrove di Indonesia. Kepiting juga umum ditemukan di daerah mangrove. Mangrove juga merupakan habitat penting bagi berbagai jenis krustasea lainnya, termasuk berbagai jenis udang-udangan yang memiliki nilai komersial penting.

Beberapa jenis ikan yang ditemukan di areal mangrove antara lain:
* Tetraodon erythrotaenia
* Pilonobutis microns
* Butis butis
* Liza subvirldis
* dan Ambasis buruensis (Erftemeijer, dkk, 1989).

Jenis-jenis Reptilia yang umum ditemukan di daerah mangrove di Indonesia diantaranya adalah:
* Buaya muara (Crocodylus porosus)
* Biawak (Varanus salvator)
* Ular air (Enhydris enhydris)
* Ular mangrove (Boiga dendrophila)
* Ular tambak (Cerberus rhynchops)
* Trimeresurus wagler
* dan T. purpureomaculatus

Jenis-jenis burung yang hidup di daerah mangrove tampaknya tidak terlalu berbeda dengan jenis-jenis yang hidup di daerah hutan sekitarnya. Mereka menggunakan mangrove sebagai habitat untuk mencari makan, berbiak atau sekedar beristirahat. Bagi beberapa jenis burung air, seperti Kuntul (Egretta spp), Bangau (Ciconiidae) atau Pecuk (Phalacrocoracidae), daerah mangrove menyediakan ruang yang memadai untuk membuat sarang, terutama karena minimnya gangguan yang ditimbulkan oleh predator. Bagi jenis-jenis pemakan ikan, seperti kelompok burung Raja Udang (Alcedinidae), mangrove menyediakan tenggeran serta sumber makanan yang berlimpah.

E. Fungsi Ekologis Mangrove
Ekosistem mangrove mempunyai beberapa fungsi ekologi yaitu:
(1) secara fisik
(2) secara kimiawi
(3) secara biologi
(4) jasa-jasa lingkungan.

1. Secara Fisik
Ekosistem mangrove secara fisik yang terkait dengan perlindungan pantai yaitu untuk:
(1) melindungi pantai
(2) mencegah abrasi
(3) mencegah intrusi air laut
(4) memerangkap sedimen
(5) mensortir sampah.

2. Secara Kimiawi
Ekosistem mangrove secara ekologis mempunyai beberapa fungsi kimiawi diantaranya sebagai berikut:
(1) melarutkan bahan polutan
(2) memproses dekomposisi berbagai materil
(3) mendekomposisi unsur hara
(4) menyediakan unsur hara.

3. Secara Biologis.
Ekosistem mangove mempunyai berbagai fungsi ekologis yaitu:
(1) sebagai habitat
(2) sebagai area transit
(3) sebagai area preservasi
(4) sebagai pusat biodiversitas.

4. Jasa-Jasa Lingkungan.
Ada beberapa fungsi ekosistem mangrove berupa jasa-jasa lingkungan diantaranya:
(1) mengatur iklim
(2) menghasilkan oksigen
(3) menyerap karbondioksida
(4) menghambat penguapan.

*Penulis adalah Guru Biologi SMAN 3 Bengkalis

Kategori : Opini
wwwwww