Tidak Takut terhadap Teror!

Tidak Takut terhadap Teror!

Ilustrasi.

Minggu, 17 Januari 2016 09:08 WIB
SETELAH beberapa lama tak beraksi, aksi terorisme kembali terjadi di jantung Kota Jakarta. Lokasinya di depan Sarinah, Jalan MH Thamrin, dekat dengan Istana Presiden, dan hanya 50 meter dari gedung Bank Indonesia. Ledakan dan tembakan menjadikan polisi dan warga sipil menjadi korban. Satu di antaranya merupakan warga negara asing. Pelakunya ada yang ditembak mati dan ada yang berhasil ditangkap.

Ini menunjukkan terorisme masih berkeliaran di Indonesia. Mereka tiarap manakala ada razia dan operasi dari aparat keamanan. Lalu beraksi ketika ada kesempatan untuk menebar teror dengan aksi bom dan senjata apinya. Entah terkait dengan kelompok mana, negara mesti lebih serius membongkar jaringan dan menangkap pelaku teror di negeri ini.

Melihat aksi yang menjadikan pusat bisnis sebagai target, pelakunya jelas ingin menyampaikan pesan yang ingin merusak ekonomi bangsa. Pakar psikologi forensik, Reza Indragiri Amriel, menilai ledakan di Pos Polisi Sarinah Thamrin, Jakarta Pusat, adalah aksi kejahatan yang disusun secara sempurna. Menurutnya, semua kalkulasi rasional untuk sebuah aksi kejahatan terpenuhi secara sempurna. Diduga pelaku mungkin telah menghitung akurat empat unsur utama dalam kejahatan ini yaitu target, insentif, sumber daya dan resiko.

Teroris ingin mendapat insentif dari kondisi masyarakat yang mudah terpantik dan menghasilkan ketakutan dan sikap skeptis kepada aparat. Sikap ini akan dilipat-gandakan oleh pemberitaan dan media sosial. Para teroris ingin kepercayaan masyarakat kapada aparat dan pemerintah menurun. Rakyat akan takut bekerja dan beraktifitas di tempat umum. Pebisnis akan ragu melakukan ekspansi dan berbagai tindakan pesimis lainnya.

Banyak pihak mencoba mengait-ngaitkan aksi teror ini dengan berbagai dinamika politik, sosial, dalam negeri dan luar negeri. Biarlah aparat keamanan yang mencari bukti dan menyimpulkan motif sesungguhnya dari aksi teror Ibu Kota, jantung negara.

Aksi teror pastinya untuk menebar ketakutan, kecemasan, kekhawatiran dan pesimisme. Mereka tak menginginkan Indonesia menjadi negeri yang aman, damai dan sejahtera.

Memang aksi teror ini langsung berdampak bagi Indonesia. Pasar valuta asing bergejolak, kendati kemudian sudah mulai bergerak kembali ke titik sebelumnya.

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Sumber Daya, Rizal Ramli, mengaku tragedi ledakan bom -bahkan baku tembak antara pelaku teroris dengan aparat keamanan - dapat mempengaruhi investasi di tanah air. Minat investor asing untuk sementara akan menurun untuk masuk ke Indonesia. Dampaknya bakal terasa dalam jangka pendek, meski tidak akan berlangsung lama.

Wakil Presiden Jusuf Kalla langsung memimpin rapat koordinasi di Istana Negara untuk merespons aksi teror ini. Saat ini sudah ditetapkan kondisi siaga satu tidak hanya di Jakarta, tapi juga di seluruh Indonesia. Daerah diharapkan melakukan hal yang sama. Aparat telah diperintahkan untuk memperketat keamanan, termasuk kantor-kantor pemerintahan.

Presiden Jokowi yang sedang berkunjung ke Cirebon, menyatakan tidak akan takut menghadapi aksi teror tersebut. Dia menegaskan, negara tidak boleh kalah dengan aksi teror seperti ini. Masyarakat diimbau tetap tenang dan membantu polisi apabila menemukan hal-hal yang mencurigakan di lingkungan masing-masing. Kapolri dan Menkopolhukam diperintahkan untuk mengejar, menangkap, baik yang terlibat atas peristiwa ini maupun yang ada di jaringan-jaringannya.

Kita tak boleh membiarkan tujuan para terorisme tercapai. Empati yang mendalam bagi para korban. Mari bergandengan tangan mendukung aparat menangkap pelaku. Tunjukkan kepada teroris, tujuan mereka takkan berhasil, rakyat Indonesia tak mempan lagi ditakut-takuti dengan berbagai aksi teror. Katakan dengan lantang, kami tak takut terhadap teror !

Prinsip terorisme adalah "Membunuh satu orang untuk menyebarkan ketakutan kepada jutaan orang." Jangan bantu teroris dengan turut menyebarkan ketakutan dan foto korban berlebihan. Mereka ingin kita bereaksi berlebihan (over-react) dan hidup dalam ketakutan. ***

(Akham Sophian)
Kategori : Opini
Sumber:Hariansib.co
wwwwww