Sejarah Perkembangan dan Cara Pembuatan Kain Songket Tenun Lejo di Kabupaten Bengkalis

Sejarah Perkembangan dan Cara Pembuatan Kain Songket Tenun Lejo di Kabupaten Bengkalis
Senin, 12 Desember 2022 09:32 WIB

Oleh Vivi Putri Yanti

TENUN merupakan suatu karya jenis anyaman yang menggunakan prinsip sederhana dalam pembuatannya, yaitu dengan melakukan penggabungan benang-benang secara memanjang dan melintang atau menjalin antara benang yang lurus dengan benang yang melintang, sehingga terbentuklah kain tenun. Kain tenun terbuat dari benang-benang tenun, serat kayu, kapas, sutera dan lain sebagainya. 

Kerajinan kain tenun ini di setiap daerah memiliki ciri khas masing-masing. Hal ini dikarenakan kultur dan budaya yang ada di Indonesia sangat beragam. Bukan hanya dalam suatu karya atau kerajinan, dalam hal yang lain juga memiliki ciri khas daerah masing-masing. Dalam kerajinan tenun ini setiap daerah memiliki motif-motif, pola, warna dan hiasan tenun yang beragam. Setiap motif-motif juga memiliki makna dan falsafah yang berbeda, makna tersebut berisi tentang nilai-nilai maupun kisah yang terkandung di dalam motif tersebut.

Kecamatan Bengkalis, Provinsi Riau, menjadi sentra pembuatan kain tenun khas Bengkalis dan kain tenun tersebut dikenal dengan kain Songket Tenun Lejo. Sampai hari ini, kain tenun tersebut masih diproduksi oleh kaum wanita dan kaum pria, yang dari waktu ke waktu semakin berkembang dan bertambah jumlah rumah produksinya.

Menenun Lejo sudah dilakukan secara turun temurun oleh warga Bengkalis, khususnya warga Desa Teluk Latak, Sebauk, Senderak, Bukit Batu dan desa-desa lainnya. Songket Tenun Lejo selalu digunakan sebagai baju, kain samping, selendang, tanjak dan lainnya dalam berbagai kegiatan dan upacara seperti pernikahan, sunatan, menyambut tamu dan acara pementasan seni budaya.

Kain Songket Tenun Lejo berasal dari Kota Siak, Provinsi Riau. Perkembangan Tenun Siak bermula sekitar tahun 1800 Masehi, tepatnya masa kerajaan Siak diperintah oleh Sultan Said Syarif Ali. Pengrajin tersebut bernama Encik Siti binti E Wan Karim yang membawa kemahiran menenunnya dari Trengganu, Malaysia ke Siak Sri Indrapura.

Tenunan Encik Siti yang menggunakan benang sutera, katun dan benang emas sangat disenangi. Ia kemudian mengembangkan motif tradisional dan membuat ciptaan baru sehingga semakin dikenal dan disukai. Selain menjadi ahli dan terampil dalam menenun, Encik Siti binti E Wan Karim juga mengajarkan orang bagaimana menenun kain songket.

Pada awalnya, proses pembuatan kain Songket yang diajarkan Encik Siti menggunakan Tenun Tumpu yang kemudian berganti dengan menggunakan alat yang dinamakan “Kik” yang menghasilkan kain Tenun Siak yang kala itu digunakan terbatas di kalangan bangsawan saja terutama sultan dan para keluarga serta para pembesar kerajaan saja.

Alat “Kik” ini adalah alat tenun yang cukup sederhana yang terbuat dari bahan kayu yang berukuran sekitar 1 x 2 meter. Kain songket yang dibuat oleh alat ini tidaklah lebar, tidak cukup untuk menjadi satu kain sarung sehingga harus disambung dua yang disebut kain “Berkampuh”. Akibatnya, untuk mendapatkan sehelai kain, terpaksa untuk menenun kain dua kali untuk bagian atas dan bagian bawah kain dan ini tentunya menyebabkan memakan waktu yang lebih lama.

Harga kain Songket Tenun Lejo dilihat berdasarkan motif dan benang yang digunakan. Jika benang dan motifnya yang diminta lebat/penuh, maka harga juga akan lebih tinggi, tergantung motif tenun yang dikenakan. Motif-motif Tenun Lejo yaitu pucuk rebung, sentorak, siku awan, siku awan bunga, bagong, akar pucuk rebung, siku keluang, sentorak wajit, bungo ros, sentorak bulu kemojo, bungo kuda laut dan sebagainya. Demikian diungkapkan Fitri Andika Marlinda, salah seorang pengrajin kain Songket Tenun Lejo di Kabupaten Bengkalis pada Jumat 09 Desember 2022.

Motif yang terdapat di dalam kain Tenun Songket mempunyai filosofi tersendiri. Hal ini menjadi penanda atau ciri khas untuk membedakan kain Tenun Songket Bengkalis dengan daerah lain di Indonesia. Semua mempunyai ciri khas dengan sejuta filosofi sebagai wajah dan segi budaya daerah masing-masing. Selain itu, motif yang cantik ini mampu mensejajarkan kain Tenun Songket Bengkalis sebagai sebuah warisan kebanggaan bangsa. Dengan demikian, motif-motif pada kain Songket Tenun Lejo tak hanya digunakan untuk alasan keindahan, namun motif-motif itu sarat makna dan digunakan juga sebagai sarana dakwah nilai-nilai keislaman.

“Kain ini diproduksi melalui proses panjang untuk menghasilkan sebuah kain yang bermutu tinggi. Kain Songket Tenun Lejo ini berukuran kurang lebih 2 meter. Kain Lejo ini tidak hanya dijadikan sebagai sarung pelengkap Baju Kurung bagi laki-laki dan perempuan tetapi bisa dibuat jadi berbagai macam bentuk model pakaian yang kita senangi seperti baju pasangan pengantin, taplak meja, sarung bantal, tanjak, selendang dan kain songket,” terang Fitri Andika pula.

Alat yang digunakan dalam membuat Songket Tenun Lejo ini disebut ATBM, Alat Tenun Bukan Mesin yang terdiri dari bagian-bagian, yaitu mesin tenun/rumah tenun, karap, sisir, bom, tali, paralon, palit, coban, bambu atau lidi dan teropong. Sedangkan bahan yang digunakan adalah benang lusi atau benang katun, benang emas yang terdiri dua macam yaitu benang emas tabung dan kristal, benang sinarmas, benang les, benang lotus untuk mengeraskan kain, benang bordir, benang grimis/pasir untuk memberikan tampilan pernak-pernik mengkilat.

Alat, perlengkapan serta langkah awal yang dilakukan untuk membuat kain Songket Tenun Lejo yaitu sebagai berikut:

1. Ngani. Ngani adalah proses pemasangan benang ke Bom. 2. Bom itu sendiri sebagai tempat menggulung benang dasar tenun.

3. Sepasang Karap yang berfungsi untuk mengatur naik turunnya benang agar teropong bisa melewati sela-sela benang.

4. Sisir pemisah benang yang berfungsi untuk mengatur kerapatan benang dan sebagai pemisah benang.

5. Palet. Paket merupakan gulungan kecil benang yang akan dimasukkan ke teropong sebagai penentu warna kain tenun.

6. Lidi pemungut yaitu alat bantu membentuk motif.

7. Teropong yang digunakan untuk mengantar banang ke kanan dan ke kiri.

8. Pelebas berup sebuah paralon yang berfungsi untuk memisahkan benang.

9. Pijak-pijak yaitu alat pijak untuk menggerakkan lonsen ke atas dan ke bawah untuk mengapit benang pakan.

10. Bangku/kursi sebagai tempat duduk penenun.

11. Bak Tenun yang berfungsi untuk menentukan kiri kanan pergerakan alat tenun.

12. Coban yang merupakan alat untuk memasukkan benang dan menentukan motifnya.

Tahap paling awal dari proses  pembuatan kain Songket Tenun Lejo adalah membuat pola dan motif dari tenunan itu sendiri. Membuat pola dan motif harus dilakukan dengan teliti dan tidak asal menggambar. Setelah pola dan motif dibuat, maka tahap selanjutnya adalah mempersiapkan benang-benang, baik warna yang diinginkan maupun jumlah yang diperlukan untuk membuat sebuah tenunan. Selanjutnya mempersiapkan peralatan yang diperlukan. Keberadaan peralatan sangat menentukan kelancaran proses pembuatan tenunan. Biasanya, peralatan untuk menenun telah tersedia sehingga yang diperlukan hanyalah memastikan semua alat-alat yang akan digunakan dapat berfungsi dengan baik.

Dalam proses menenun, setelah pola dan motif dibuat, benang-benang yang diperlukan mulai disiapkan serta peralatan telah siap pakai, maka proses pembuatan kain Songket Tenun Lejo dapat segera dimulai. Benang-benang yang digunakan untuk menenun seperti benang emas atau benang kristal digulung terlebih dahulu menggunakan coban, benang sinarmas dan benang les digulung menggunakan palit. Setelah benang-benang ini digulung barulah dimasukkan ke dalam teropong sesuai dengan warna kain yang diinginkan.

Berikut ini adalah proses pembuatan kain Songket Tenun Lejo :

1. Benang pakan digulung ke paralon dengan menggunakan alat penggulung yang biasa dilakukan oleh penenun.

2. Setelah benang digulung, selanjutnya benang dimasukkan ke bom dengan menggunakan proses penganian yaitu penyalinan yang dilakukan oleh penggulung benang yang biasanya ia lakukan dengan menggunakan alat penggulung tradisional.

3. Benang yang berada di bom tadi disatukan dengan karap dan sisir yaitu dengan memasukkan benang tersebut helai demi helai, kemudian dimasukkan ke karap terlebih dahulu setelah itu baru ke sisir dengan menggunakan jarum jahit sepatu.

4. Setelah itu, bom yang telah disatukan dengan karap dan sisir kemudian direntangkan ke mesin tenun untuk melakukan proses selanjutnya.

5. Kemudian pangkal gabungan diikat pada paku penggulung.

6. Selanjutnya, dengan menggunakan alat yang bernama peleting/palet, benang pakan dimasukkan dari sisi kiri dan kanan melalui sebuah torak/teropong yang di dalamnya terdapat peleting/palet yang terdapat gulungan benang tadi. Benang pakan dimasukkan, sedangkan untuk mempermudah benang pakan yang ada dipeleting lewat, maka dilakukan penenunan dengan menyantak benang yang dibantu dengan sisir tenun.

7. Lalu, sisir besi dihentakkan ke arah penenun yang disebut dengan melantak sehingga terbentuk sebuah garis kain baru dari hasil persilangan dua benang longsen dan pakan.

8. Setelah itu, masukkan benang emas tabung atau benang emas kristal sebagai warna motif sesuai yang diinginkan. Beginilah proses membuat kain Songket Tenun Lejo yang jika rutin dilakukan penenun akan selesai dikerjakan dalam 2 sampai 3 hari karena rumitnya menjalin helai demi helai benang serta menjadikan gambar motif yang rapi sehingga molek dipandang. ***

*Penulis adalah Mahasiswi Semester I Jurusan Syariah dan Ekonomi Islam, STAIN Bengkalis

Kategori : Opini
wwwwww