Mengantisipasi Pola Teror Paris di Indonesia

Mengantisipasi Pola Teror Paris di Indonesia

Ilustrasi.

Kamis, 19 November 2015 06:54 WIB
BANYAK pihak tak menyangka teror yang terkoordinasi dan mematikan terjadi di Paris, Prancis, dengan korban tewas sedikitnya 129 orang. Teroris menggunakan modus tembakan senjata api secara membabi buta dan ledakan. Perkembangan kemampuan kelompok teroris ini mengorganisasi dirinya dan mendapatkan senjata serta bom patut membuat dunia was-was dan khawatir aksi serupa terjadi di negerinya.

Indonesia pernah mengungkap ada WNI yang telah bergabung dengan ISIS. Penangkapan tiga terduga teroris di Solo Agustus lalu mengungkap fakta bahwa mereka dibiayai WNI yang telah bergabung dengan ISIS bernama Bahrum Naim untuk membuat aksi teror di Solo.

Tiga terduga teroris itu adalah Ibadurahman alias Ali Robani alias Ibad (29), Yus Karman (31) dan Giyanto alias Gento. Mereka bertiga berencana meledakkan bom di beberapa tempat, yakni di kuil Buddha Kepunton Solo terkait isu Rohingnya, Mapolsek Pasar Kliwon dan kantor polisi lain di wilayah Surakarta, serta gereja di wilayah yang sama.

Mereka sedianya memilih beraksi pada 17 Agustus 2015 atau tepat pada peringatan kemerdekaan Indonesia untuk meledakkan bom yang dikendalikan dengan timer. Ibad adalah orang yang menerima kiriman uang dari Naim dan bersama Yuskarman, merakit bom.

Sedangkan Giyanto berperan menyiapkan sarana dan prasarana untuk penyediaan bahan peledak. Dia juga berperan menyurvei lokasi target bom. Dari mereka disita sejumlah barang bukti, seperti 25 liter asam nitrat, 21 buah switching lengkap dengan bahan peledak low explosive, dengan beberapa bendera ISIS.

Beruntung aksi itu bisa dicegah aparat keamanan. Tetapi apakah ada jaminan tidak akan terulang di masa depan? Apalagi, diduga masih ada senjata-senjata api pabrikan sisa-sisa konflik di masa lalu, seperti dari Aceh atau Ambon.

Namun, senjata-senjata itu selama ini sebagian besar disembunyikan agar tidak terpantau polisi. Kemampuan membuat bom juga makin menyebar seperti yang terjadi di Jakarta yang menurut polisi masih sebatas bermotif pemerasan.

Pengamat Intelijen Wawan Purwanto menyebutkan ISIS bukan lagi sekadar ancaman bagi Indonesia, tapi sudah nyata muncul di Tanah Air. Munculnya video Abu Jandal yang "menantang" Panglima TNI, Kapolri, dan Densus 88 di Youtube menunjukkan hal itu. Beberapa WNA yang ditangkap di Poso, juga membuktikan bahwa ISIS sudah masuk ke Indonesia. Pengikut ISIS yang dibaiat di Indonesia juga sudah mencapai ribuan.

Wakil Presiden Jusuf Kalla menepis Indonesia memiliki peluang untuk diserang kelompok teroris ISIS. Menurutnya, serangan di Paris efek ISIS, yang arahnya lebih ke Utara, dan juga akibat keterlibatan negara-negara Barat menyerang ISIS itu. Jadi lebih banyak ISIS membalas negara-negara yang dianggap memusuhinya dan Indonesia tidak ikut terlibat dalam konflik tersebut.

Namun demikian, kemungkinan serangan itu melanda Indonesia menurut JK bisa terjadi kapan saja. Pengalaman Indonesia, yang pernah diteror aksi bom di Bali pada 2002, mesti dijadikan pembelajaran untuk menjaga negara lebih ketat lagi dari masuknya orang asing. Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian RI diminta untuk meningkatkan kewaspadaan terkait adanya ancaman terorisme yang masuk ke Indonesia pascaserangan di Paris.

Meski begitu Wawan Purwanto sependapat dengan JK. Menurutnya, simpatisan ISIS di Tanah Air memilih negara lain sebagai "medan perang", misalnya, Suriah. Lagipula, untuk melakukan serangan di dalam negeri, ISIS akan kesulitan. Soalnya, Indonesia sudah berpengalaman lebih dari satu dekade dalam masalah ini. Berbeda dengan Prancis yang tidak pernah menerima teror besar.

Kepala Polri Jenderal Badrodin Haiti telah merespons tragedi Paris dengan berusaha mendeteksi segala kemungkinan gerakan kelompok radikal di Indonesia yang memiliki kaitan dengan pelaku teror di Paris.

Penting diingat, mencegah aksi teror di Indonesia bukan hanya tugas polisi. Semua pihak harus siap untuk mengantisipasi segala kemungkinan yang ada. Terorisme merupakan musuh kemanusiaan yang harus dibasmi dari muka bumi ini. ***

(Akham Sophian)
Kategori : Opini
Sumber:Hariansib.co
wwwwww