Lingkaran Setan Prostitusi Sanur hingga Jatah Komandan

Lingkaran Setan Prostitusi Sanur hingga Jatah Komandan

Ilustrasi pekerja seks komersial.

Jum'at, 13 November 2015 15:52 WIB
DENPASAR, POTRETNEWS.com - Sulitnya memberantas bisnis esek-esek di kawasan Sanur Kota Denpasar, Bali, bukan hal yang asing bagi masyarakat Bali. Sudah puluhan tahun lamanya, wilayah Sanur khususnya di daerah Blanjong jadi pusat tempat para lelaki menuntaskan sahwat. Benarkah sejumlah polisi terlibat dalam penerima upeti dari sejumlah tempat yang menyediakan layanan penjaja seks?

"Hampir setiap bulan kami setor ke Polsek Sanur (Denpasar Selatan). Seluruhnya ada enam amplop, tidak tau saya jumlahnya berapa, masing-masing beda. Saya taunya untuk kapolseknya per kamar Rp 45 ribu, di bungalow ini ada 11 kamar. Berarti 1 amplop khusus Kapolsek per bulannya hampir Rp 500 ribuan, belum yang ke Polda Bali. Itu baru 1 bungalow saja Lho bli," ungkap salah seorang anjelo, profesi antar jemput PSK yang enggan disebutkan namanya kepada wartawan, Sanur, Denpasar Selatan, Kamis (12/11/2015).

Di kawasan Sanur, sedikitnya ada 380 lokasi bungalow yang menawarkan layanan seks komersil. Di mana untuk satu bungalow rata-rata terdiri dari 10 kamar, jika benar demikian berarti dalam satu bulan uang setoran diduga untuk polisi di wilayah ini lebih dari Rp 16 juta.

"Itu belum dari lokasi yang menyediakan cewek. Satu tempat mami atau papi (germo/mucikari) wajib setor Rp 40 ribu per kepala. Di sini ada belasan tempat dan rata-rata punya 20 sampai 30 cewek, kalikan aja sendiri pak. Sepengetahuan saya total sebulan secara keseluruhan ada Rp 60 jutaan setor ke Polsek, itu dibagi ke mana saja jalurnya. Belum lagi setoran ke Polda, ke Kamling," ungkap Sumber ini.

Soal siapa yang ambil pungutan tersebut, katanya ada orang khusus yang rutin memungut. Dipastikannya, bahwa untuk setoran keamanan setiap harinya ada lagi.

"Tamu sepi, tapi pungutan selalu diminta. Razia juga tetap ada," keluhnya.

Di kawasan Sanur, untuk sekali kencan ada beberapa kelas dari mulai kelas Rp 100 ribu sampai Rp 350 ribu. Khusus wanita panggilan yang berkelas Rp 200 ribu hingga Rp 350 ribu. Dari tarif itu, PSK wajib membayar kamar Rp 50 ribu, Anjelo Rp 20 ribu setor ke mami Rp 75 ribu.

"Kalau yang kelas Rp 200 ribu, cuma dapat bersih Rp 55 ribu, sukur-sukur kalau dapat tip dari tamunya. Kalau yang kelas Rp 100 ribuan, itu saya tidak tau sistemnya," terang pria berambut kriting ini.

Menyikapi ini, Kepala Desa Sanur Kauh Made Ada mengaku takut terlalu banyak berkomentar. Dia mengatakan, apabila tempat-tempat seperti itu akan ditertibkan harus ada sinergi dari semua pihak.

"Saya tidak mau bicara banyak, kalau mau tertibkan harus semua pihak konsisten untuk berperan," ucapnya singkat.

Sementara itu Kapolsek Denpasar Selatan, Kompol Nanang Prihasmoko dikonfirmasi via telepon membantah soal adanya pungutan yang diterimanya setiap bulan dari para penyedia jasa bisnis 'lendir" di kawasan PSK wilayahnya.

"Wah ini nakut-nakutin saya atau apa ini. Silakan dibuktikan saja, saya tidak menyatakan itu tidak ada. Mungkin ada oknum yang mengatasnamakan untuk mengambil pungutan. saya, pastinya apa yang disebutkan itu tidak ada," akunya.

Dirinya juga meyakinkan bila sampai menerima upeti dianggapnya tidak mendasar lantaran pihak Polsek Denpasar Selatan sangat gencar menggelar operasi pekat untuk menyikapi persoalan prostitusi.

"Kita rutin untuk menggelar razia prostitusi. Kita buktikan aja, atau saya buktikan sendiri nanti ke lokasi," tantangnya. ***

(M Yamin Indra)
Kategori : Nusantara
Sumber:Merdeka.com
wwwwww