Home > Berita > Umum

Hari Santri Nasional Tahun 2022 Diharap Momentum NU Kembali ke Khittahnya

Hari Santri Nasional Tahun 2022 Diharap Momentum NU Kembali ke Khittahnya
Jum'at, 16 September 2022 08:30 WIB
Muhammad Yusuf

TEMBILAHAN, POTRETNEWS.com — Tanggal 22 Oktober telah ditetapkan sebagai hari "Santri Nasional" oleh oleh Presiden , Ir H Joko Widodo dan Prof KH ma'ruf Amin sebagai Wakil Presiden RI, .adalah bentuk dari penghargaan Negara kepada perjuangan umat Islam dalan hal ini kaum santri yang mayoritas adalah warga Nahdiyin.

Ketua Pengurus Cabang Nahdatul Ulama (PCNU) Kabupaten Inhil versi Konfercab 2019, Dr H Ali Azhar MH, saat berbincang dengan media ini, Kamis, 15 September 2022 mengungkapkan, kondisi NU saat ini sungguh berbeda dari sebelumnya.

"Hari Santri Nasional" tahun 2022 harus menjadi ajang untuk introspeksi diri untuk kebaikan dan kemajuan organisasi, sebagai pengejawantahan dari nilai luhur yang berkeadilan.

"Momentum Hari Santri Nasional harus dipergunakan sebagai bahan muhasabah bagi kita. Agar NU dari pusat hingga daerah dijalankan sesuai dengan misi awal dari pendirian organisasi ini," ucapnya.

Dalam kesempatan itu, Pimpinan Pondok Pesantren Sabilal Muhtadin ini menjelaskan, Khittah NU adalah landasan berpikir, bersikap, dan bertindak warga Nahdlatul Ulama yang harus dicerminkan dalam tingkah-laku perseorangan maupun organisasi serta dalam setiap pengambilan keputusan.

Seruan kembali ke Khittah 1926 muncul pada tahun 1971. Kala itu Ketua Umum PBNU KH Muhammad Dahlan menilai langkah tersebut sebagai sebuah kemunduran secara historis. Pendapat Kiai Muhammad Dahlan itu coba ditengahi oleh Rais Aam KH Abdul Wahab Chasbullah bahwa kembali ke khittah berarti kembali pada semangat perjuangan 1926, saat awal NU didirikan, bukan kembali secara harfiah.

Setelah seruan kembali ke khittah sempat terhenti kala itu, gema tersebut muncul lagi pada tahun 1979 ketika diselenggarakan Muktamar  ke-26 NU di Semarang, Jawa Tengah. Seperti seruan sebelumnya, usulan untuk kembali menjadi jami’iyah diniyyah ijtima’iyah dalam Muktamar tersebut juga terhenti. Apalagi NU sedang giat-giatnya memperjuangkan aspirasi rakyat dari represi Orde Baru lewat PPP. Namun pada praktiknya, kelompok kritis dari kalangan NU mengalami penggusuran sehingga menurunkan kadar perjuangan dari partai tersebut.

Misi kembali ke khittah kembali nyaring ketika para ulama berkeliling mengonsolidasikan NU. Bersamaan dengan langkah para kiai tersebut, KH Achmad Siddiq menyusun tulisan komprehensif yang berisi tentang pokok-pokok pikiran tentang pemulihan Khittah NU 1926. Tulisan ini dirembug secara terbatas dengan para ulama sepuh di kediaman KH Masykur di Jakarta.

Naskah yang ditulis oleh KH Achmad Siddiq itu mendapat sambutan dan penghargaan luar biasa karena menjadi konsep dasar kembali ke khittah saat diselenggarakannya Munas NU tahun 1983 di Situbondo, Jawa Timur. Setahun sebelum digelarnya Muktamar ke-27 NU di tempat yang sama, Pesantren Salafiyah Sayafi’iyah Situbondo. Kemudian naskah ini menjadi dokumen resmi Munas sebagai dasar merumuskan Khittah Nahdliyah.

"Kesepakatan itu sangat jitu,  bak perisai untuk menjaga kesatuan dan persatuan. Kesolidan NU sebagai garda terdepan untuk sebuah bangsa. Semua musuh gentar dg semangat rosulusi jihad seperti yg pernah terjadi di negara yang kita cintai ini," ujar Ali Azhar yang merupakan keturunan dari tokoh ulama dunia Syekh Arsyad Al-banjari.

Lebih jauh dikatakannya, dimana dalam banyak hal, berbagai amaliah warga pengikut Syekh Arsyad Albajari punya kesamaan dengan Nahdhiyyien jauh dari kelahiran NU oleh Hadhratus Syekh Hasyim Asy'ary  dan tokoh ulama Indonesia lainnya.

"Saat ini, NU dari pusat hingga daerah bak perahu yg diombang ambingkan gelombang. Jati diri seakan sirna oleh semangat khittah, hingga menjadikan NU kehilangan kompas sebagai organisasi terbesar di Negara ini," jelasnya. ***

Kategori : Umum, Inhil
wwwwww