Home > Berita > Umum

Sopir Bus AKAP Pekanbaru-Ponorogo Diadang Puluhan Begal Pakai Golok, Korban Takut Lapor Polisi

Sopir Bus AKAP Pekanbaru-Ponorogo Diadang Puluhan Begal Pakai Golok, Korban Takut Lapor Polisi

Sopir bus AKAP, Beni Silitonga (kanan) dan kondektur, Dimas saat menunggu penumpang di Terminal BRPS di Jalan Tuanku Tambusai, Kota Pekanbaru, Riau, Rabu (7/9/2022) sore. (F-KOMPAS.com)

Kamis, 08 September 2022 18:41 WIB
PEKANBARU, POTRETNEWS.com — Beni Silitonga duduk sambil merokok di bagasi mobil bus antarkota antarprovinsi (AKAP) yang biasa dikemudikannya. Pria 50 tahun ini sedang menunggu giliran menerima bantuan sembako dari polisi di Terminal Bandar Raya Payung Sekaki (BRPS) di Jalan Tuanku Tambusai, Kota Pekanbaru, Riau, Rabu (7/9/2022) sore menjelang malam. Tidak seperti sopir lainnya, biasanya duduk-duduk sambil memainkan handphone, Beni hanya merokok. Beni Silitonga adalah salah satu sopir bus Lasmi Langgeng rute Pekanbaru-Ponorogo. Sebagai pengemudi angkutan darat antarpulau, dia mengaku tidak punya alat komunikasi handphone. Bukan tidak pernah beli, melainkan handphone dirampas penjahat saat dalam perjalanan.

Diceritakan Beni, sekitar dua pekan lalu busnya diadang begal yang berjumlah puluhan orang. ”Kejadiannya di daerah Pematangpanggang, Sumatera Selatan. Waktu itu jam dua malam perjalanan dari Ponorogo mau ke Pekanbaru. Kami diadang oleh sekelompok begal berjumlah sekitar 20 orang pemuda dan remaja,” akui Beni.

Kawanan begal itu memegang golok, pedang, dan batu. Hal itu membuat Beni dan dua orang kru serta puluhan penumpang tidak bisa berbuat apa-apa. Para penjahat jalanan itu mau masuk ke dalam bus, tapi tidak dibolehkan dan Beni langsung mengunci semua pintu mobil.

”Mereka malah mau buka paksa bagasi. Pas saya lihat itu saya buka kaca pintu, saat itulah mereka merampas handphone saya terus kabur. Kalau sempat bagasi dibuka habislah diambil barang penumpang diambil mereka," kata Beni.

Ia terpaksa merelakan android seharga lebih kurang Rp2,8 juta dibawa kabur oleh begal itu. Beni menyebutkan, di lokasi kejadian itu kendaraan tak bisa melaju kencang karena tikungan tajam. "Kalau ditabrak kan enggak mungkin," ujar Beni.

Beni mengaku tidak melaporkan kejadian itu ke polisi. "Padahal lokasi kejadiannya itu tak jauh dari polsek," imbuh Dimas, kondektur bus. Beni tidak melapor ke polisi karena takut nantinya diserang lagi oleh begal saat di perjalanan.

Ia berharap, kejadian ini cukup sekali saja dialaminya. ”Enggak lapor polisi. Kalau lapor nanti takutnya risikonya ke kita juga. Tiba-tiba nanti kendaraan yang jadi sasaran," kata Beni.

Saat ini, kata Beni, untuk berkomunikasi jarak jauh dengan keluarga maupun teman, ia meminjam handphone rekannya, Dimas. ”Kalau nelpon istri pinjam handphone Dimas dulu. Nanti kalau sudah ada uang baru beli handphone lagi," ujar Beni.
Sementara itu, ditanya soal kenaikan tarif penumpang setelah harga BBM naik, Beni mengaku belum mengetahui dari perusahaan tempat dia bekerja.

”Sekarang belum tahu. Biasanya tarif Pekanbaru-Ponorogo itu sekitar Rp 500.000. Tapi, kemungkinan akan naik. Enggak mungkin tarif seperti biasanya, sedangkan solar naik," kata Beni.

Beni bahkan mengaku sempat merogoh kocek uang jalan untuk menambah biaya pembelian solar. Sebab, penumpang dari Ponorogo ke Pekanbaru minus. ”Kemarin itu penumpang cuma enam orang yang sampai Pekanbaru. Beli bensin terpaksa terpakai uang jalan kami Rp 600.000. Belum diklaim ke perusahaan, mudah-mudahan diganti lagi.

Selain harga solar naik Rp 5.150 per liter menjadi Rp 6.800 per liter, Beni mengaku juga susah mendapatkan solar. Terkadang, untuk mengisi solar sampai mengantre selama 10 jam. ”Sekarang ini masih antre lama beli solar. Kadang nunggu sampai satu hari baru dapat. Kami biasanya ngisi bensin sekali sehari," pungkas Beni. ***

Editor:
Muhammad Amin

Kategori : Umum
wwwwww