Home > Berita > Umum

Tergolong Bahan Beracun dan Berbahaya, Limbah Medis Meningkat Seiring belum Tuntasnya Pandemi Covid-19

Tergolong Bahan Beracun dan Berbahaya, Limbah Medis Meningkat Seiring belum Tuntasnya Pandemi Covid-19
Minggu, 29 Agustus 2021 12:35 WIB

JAKARTA, POTRETNEWS.com — Limbah medis yang tergolong bahan beracun dan berbahaya (B3) meningkat seiiring Pandemi Covid-19 yang belum usai. Anggota Direktorat Penilaian Kinerja Pengelolaan Limbah B3 dan Non B3 Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Edward Nixon Pakpahan menilai setiap hal yang bersentuhan dengan Covid-19 harus dianggap sebagai benda infeksius.

"Harus dimusnahkan, dibakar," kata dia dalam Pelatihan Penguatan Gerakan Pramuka, yang diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika, Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN), dan Pusat Informasi Nasional Gerakan Pramuka, Sabtu, (28/8/2021), melansir Tribunnews.com.

Edward mengatakan, ada kenaikan limbah medis hingga 30 persen per hari selama pandemi berlangsung. Sebelum pandemi, rata-rata dihasilkan 400 ton limbah medis per hari.Sehingga selama pandemi ini, limbah medis meningkat menjadi 520 ton per harinya.Untuk penanganannya, Kementerian LHK membangun insinerator di berbagai daerah sejak tahun lalu. Pembangunan berbagai insinerator tambahan itu bisa memusnahkan total 150 ton limbah medis per hari.

"Covid-19 ini berbahaya, semua yang terkait harus ditangani serius. Masker, sekalipun tidak dipakai orang terpapar, harus ditangani dengan baik," kata Edward.

Menurutnya, masker menjadi salah satu sumber limbah medis paling banyak. Sebab, masker tidak hanya dipakai di lingkungan yang ada pengidap Covid-19. Karenanya masker yang sudah dipakai wajib dipotong dan disemprot dengan cairan disinfeksi. Setelah itu, baru dikemas secara aman sebelum dibawa ke tempat pemusnahan.

"Kami berharap kawan-kawan Pramuka bisa ikut membantu menyosialisasikan cara penanganan masker yang aman," ujar Edward.

Sementara itu, Tenaga Ahli Menteri Kominfo Donny Budi Utoyo mengatakan selain penanganan limbah medis, masalah yang harus ditangani adalah disinformasi. Selama pandemi, hampir 2.000 kabar hoaks beredar ke berbagai lapisan masyarakat.

"Pramuka bisa membantu memberantasnya. Jika ada berita yang tidak jelas sumber dan kebenarannya, jangan disebar ke orang lain dengan alasan bertanya atau mengonfirmasi," ujar Donny.

Ia mengajak anggota Pramuka dan masyarakat luas agar rutin memeriksa covid19.go.id untuk mengetahui informasi terpercaya soal Covid-19.

"Hoax sangat berbahaya. Banyak yang menjadi korban gara-gara percaya hoaks," kata dia.

Setiap kabar palsu atau hoaks bisa menyebar hingga ke ribuan orang. Setiap orang bisa terlibat memutus penyebarannya dengan memeriksa setiap informasi yang diterima. Kini, semakin banyak tempat untuk memeriksa informasi terpercaya terkait Covid-19," pungkas Donny. ***

Editor:
Akham Sophian

Kategori : Umum
wwwwww