Home > Berita > Umum

Myanmar Alami Krisis Uang Tunai, Warga Terpaksa Antre di ATM sejak Pukul 3 Pagi hingga Siang di Tengah Suhu Panas 38 Derajat Celcius

Myanmar Alami Krisis Uang Tunai, Warga Terpaksa Antre di ATM sejak Pukul 3 Pagi hingga Siang di Tengah Suhu Panas 38 Derajat Celcius

Myanmar (Photo CJ via Twitter/@Myanmar_Now_Eng

Rabu, 11 Agustus 2021 08:13 WIB

JAKARTA, POTRETNEWS.com — Krisis uang tunai di Myanmar semakin parah. Kini para nasabah harus mengantre di anjungan tunai mandiri (ATM) mulai pagi buta. Jika tidak, mereka tak memiliki kesempatan untuk mengambil uang hari itu.

Laporan The Straits Times mengatakan orang-orang terpaksa mengantre mulai pukul 3:30 pagi. Sebab menjelang subuh, antrean sudah membengkak hingga lebih dari 300 orang. Meski kesempatan kian mengecil, mereka tetap mengantre hingga siang hari, di tengah suhu panas yang mencapai 38 derajat celcius.

Akibat fenomena ini, Ma May Thway Chel (28), seorang akuntan, menyesal telah menjadi warga negara Myanmar. Pasalnya hampir setiap hari ia pergi ke bank yang sama selama lima bulan, ia hanya mendapatkan uang tunai empat kali.

"Saya merasa seperti sebuah kutukan menjadi warga negara Myanmar. Saya kebanyakan buang-buang waktu di ATM, tapi tidak ada pilihan lain," kata Ma May Thway Chel.

Sejak militer merebut kekuasaan dalam kudeta enam bulan lalu, Myanmar krisis uang tunai. Untuk membantu mencegah kehabisan uang, ATM yang dipilih secara acak diisi dengan uang tunai setiap hari, dan penarikan dibatasi setara dengan US$ 120 atau Rp 1,7 juta (asumsi Rp 14.300/US$), melansir cnbcindonesia.com.

Seperti ATM, bank juga secara tegas membatasi jumlah penarikan teller dan membatasi jumlahnya setara sekitar US$ 300 (Rp 4,3 juta). Orang-orang yang dikirimi uang oleh perusahaan Amerika Serikat Western Union juga mengalami kesulitan mengumpulkan uang tunai mereka.

Di daerah pedesaan, di mana uang tunai sudah sangat langka, beberapa petani telah beralih dengan sistem barter. Mereka memperdagangkan makanan yang mereka tanam untuk jenis makanan lain atau untuk layanan seperti perawatan medis.

Sementara penduduk melakukan barter secara online. Mereka menawarkan untuk menukar barang-barang seperti sepeda motor atau kamera untuk oksigen.

Kejatuhan ekonomi memiliki konsekuensi yang luas. Dengan kekurangan uang tunai, deposan tidak dapat menarik tabungan mereka, pelanggan tidak dapat membayar bisnis, dan bisnis tidak dapat membayar pekerja atau kreditur mereka. Pinjaman dan hutang juga tidak tertagih.

Nilai kyat, mata uang Myanmar, juga anjlok 20% terhadap dolar. Para ahli memperingatkan bahwa negara itu sedang jatuh ke dalam krisis keuangan besar-besaran.

Kudeta yang dilakukan junta militer berkontribusi keras terhadap krisis ekonomi di Myanmar. Sebab sebelumnya mereka menutup hampir semua cabang bank, membatasi pembayaran online, hingga mematikan internet seluler dan memblokir transfer bank ponsel. ***

Editor:
Akham Sophian

Kategori : Umum
wwwwww