Home > Berita > Umum

”Colok 3 Dimensi” Jadi Magnet Penarik yang Selalu Dinantikan Mayoritas Masyarakat Bengkalis

”Colok 3 Dimensi” Jadi Magnet Penarik yang Selalu Dinantikan Mayoritas Masyarakat Bengkalis

Sebagian kecil masyarakat Pulau Bengkalis menikmati kemolekan Colok Dusun Pahlawan Desa Pangkalan Batang, Sabtu (8/5/2021) malam.

Minggu, 09 Mei 2021 17:50 WIB
Junaidi Usman

BENGKALIS, POTRETNEWS.com — Malam 7 likor adalah saat yang dinantikan mayoritas masyarakat Bengkalis belasan tahun kebelakangan ini karena adanya "Colok 3 Dimensi" di beberapa titik di Kabupaten Bengkalis menambahkan seri bagaikan gadis.

Colok atau pelita adalah alat penerang kala malam menjelang terbuat dari kaleng minuman bekas atau bambu bersumbu kain dengan minyak tanah sebagai sumber cahaya.

Belum didapat data pasti mulai tahun berapa colok yang dinyalakan di sekitar rumah dan jalan ini digunakan oleh masyarakat di kabupaten yang berjuluk Negeri Junjungan ini. Jika, mau merunut ratusan bahkan ribuan tahun silam, pelita atau colok tadi telah ada sejak lama, tentunya kala itu PLN maupun diesel belum digunakan dan dinikmati masyarakat.

Sekitar tahun 1960an atau 1970an maupun sebelumnya, colok dinyalakan di sekitar rumah, mulai depan rumah menuju jalan, menuju WC, menuju masjid dan musholla sebagai penerang bagi umat Islam yang akan membayarkan zakat fitrah kepada Amil Zakat bersaaan untuk mendirikan sholat fardhu Isya, Tarawih dan Witir di puasa.

2 sampai 3 ruas bambu berukuran besar dilobangi lalu diberi sumbu dan diisi minyak tanah termasuk jenis colok yang menghiasi sekitar rumah maupun sisi kiri kanan jalan di depan rumah masing-masing warga.

Berjalannya waktu, zaman berganti Colok pun dikreasi oleh para pemuda dengan menyusun ratusan jumlahnya di paku yang berbentuk rumah ibadah, hewan unta dan lainnya dalam versi 2 dimensi.

Tahun ke tahun, kreativitas pemuda semakin menjadi, ribuan "Colok" pun tercantul pada paku di menara dengan tinggi bisa melebihi 10 meter dan lebar melebihi 5 meter sehingga setelah semua Colok menyala akan terlihat seperti bangunan tadi ada ruang-ruang yang seakan kita lihat dari kiri, kanan, bawah maupun dari sisi atas yang semuanya menyimpan makna jiwa gotong royong, kerjasama, kekompakan, setia kawan, kejujuran dan kemampuan membuat gambar, menyiapkan perlengkapan berupa kayu, paku, kawat serta hal pendukung lainnya.

Dalam Festival Colok Tahun 1442 Hijriyah bersamaan dengan tahun 2021 Masehi ini, tercatat 25 menara Colok dari beberapa kecamatan di kabupaten yang dipimpin Bupati Kasmarni ini menyatakan diri sebagai peserta lomba.

"Tiap tahun kita pulang (ke Bengkalis,red) pasti lihat Colok." kata penikmat Colok, Revidiansyah pemilik toko Ara Shop di Tanah Abang, Jakarta kepada potretnews.com, Sabtu (8/6)2021) malam.

"Karena yang ditunggu di Bengkalis itu, Colok," timpal sang istri bernama lengkap Nurhayati pula.

Dengan wajah sumringah, Revidiansyah yang baru balik kampung 4 hari lalu ini mengungkapkan dirinya hanya tau Colok Bengkalis. "Bagus, enak dipandang," tambahnya.

"Tiap tahun harus ada Colok di Bengkalis karena ini tradisi kita tidak boleh pudar. Tiap tahun kami pasti pulang karena Colok di Bengkalis nggak ada di tempat lain, cuma ada di Bengkalis satu-satunya. Lebaran kita di Bengkalis juga berbeda dari tempat lain kalau kita tinggal di kampung orang lain nggak enak pasti pulang ke sini cuma melihat Colok yang kami tuju. ungkap seraya menambahkan saat pulang kemarin mereka mengikuti protokol kesehatan (Prokes) tes antigen dan lainnya," kata Nurhayati pemilik KTP Desa Kelapapati, Bengkalis ini diikuti tawa keriangan.

Bersama seorang putri mereka, terlihat asyik berfoto ria di spot foto dengan background Colok Dusun Pahlawan tadi.

Sementara, Jamilul Hayat seorang tokoh Badot dalam film Peluncuran KPU Kabupaten Bengkalis beberapa waktu lalu pula mengatakan, "Mantap, Pak!" ungkap Jamilul Hayat.

Pantauan di lapangan, meskipun sejak Selasa 6 Mei kemarin, masyarakat di larang mudik namun ribuan warga menggunakan sepeda motor maupun roda empat yang berada di pulau ini terlihat menyesakkan jalan raya. Sehingga, setelah Magrib dimulainya menyalakan Colok hingga sekitar pukul 21.00 terjadi macet tak kurang sepanjang 450 meter. Beberapa panitia dibantu pihak kepolisian akhirnya dapat mengurai kemacetan dalam waktu sekitar 20 menit.

Sebelumnya, dengan menggunakan mobil patroli Polsek Bengkalis, melalui pengeras suara menghimbau pengunjung agar senantiasa menerapkan Prokes.

Suasana gemerlap Ribuan Colok malam 27 Ramadhan tahun ini didukung cuaca cerah hingga larut malam. Kerinduan warga tahun lalu ditiadakan Festival Colok sebab Covid-19 benar-benar terobati bukan saja mereka yang beragama Islam tetapi juga agama lain yang berada di Kota Terubuk Bengkalis Negeri Junjungan ini. ***

Kategori : Umum, Bengkalis
wwwwww