Keganasan Virus Corona Masih Berlangsung hingga Kini di India; Mayat Berserakan, Api Kremasi tak Berhenti Berkobar

Keganasan Virus Corona Masih Berlangsung hingga Kini di India; Mayat Berserakan, Api Kremasi tak Berhenti Berkobar

Beberapa tumpukan kayu pemakaman pasien yang meninggal karena penyakit COVID-19 terlihat terbakar di tanah yang telah diubah menjadi krematorium kremasi massal korban virus corona, di New Delhi, India, Rabu (21/4/2021).

Selasa, 27 April 2021 10:14 WIB

POTRETNEWS.com — Keganasan Virus Corona jenis baru B.1.617 di India masih terus berlangsung hingga kini. Korban Covid India tersebut masih terus berjatuhan hingga belum bisa diprediksi. Kondisi terkini di India, wargamasih dilanda kepanikan. Kebutuhan oksigen untuk pasien Covid-19 tidak memadai.

Kenyataan yang menjadikan api kremasi terus berkobar menanti satu persatu jenazah yang datang untuk dibakar. India terus digempur wabah Virus Corona. Negara ini seperti sudah kewalahan dengan kondisi terus tingginya angka kematian.

Bahkan kondisinya, untuk melakukan kremasi pada jenazah, dilakukan di lokasi yang tersebar. India terus dilanda gelombang besar infeksi virus corona dan kematian akibat Covid-19. Warga putus asa karena langkanya pasokan oksigen sementara api dari pembakaran jenazah terus berkobar.

Angka terbaru corona yang dilaporkan India termasuk 349.691 kasus baru yang terkonfirmasi selama satu hari terakhir, sehingga total kasus di negara itu menjadi lebih dari 16,9 juta, menjadikannya yang kedua terbesar setelah Amerika.

Kementerian Kesehatan India melaporkan 2.767 kematian lainnya dalam 24 jam terakhir, menambah kematian akibat Covid-19 di India menjadi 192.311. Para ahli mengatakan jumlah kematian mungkin banyak yang tidak terhitung, karena tidak termasuk kasus yang dicuriga, dan banyak kematian akibat infeksi tersebut dikaitkan dengan penyakit yang sebelumnya diderita.

Video dari kantor penyiaran Inggris Sky News menunjukkan penduduk New Delhi yang putus asa mengantre untuk mendapat tabung oksigen guna membantu warga yang menderita Covid. Seorang penduduk New Delhi yang mengantre bersama warga lainnya bahkan bersedia membayar berapa pun untuk mendapat oksigen.

"Berapa pun yang diminta petugas, saya akan membayarnya. Saya tidak tahu berapa yang akan diminta petugas. Kalau nomor antrean saya dipanggil berapa pun diminta, saya akan membayarnya,"

Krisis yang terjadi di India tampak jelas pada gambar-gambar di kuburan dan krematorium di negara itu, dan gambar pasien yang terengah-engah dan sekarat dalam perjalanan ke rumah sakit karena kekurangan oksigen.

Arvind Kejriwal, Menteri Utama di New Delhi mengatakan, "Situasinya sangat mengkhawatirkan, semua orang bekerja sama secara kolektif, saya berharap kita akan segera terbebas dari malapetaka ini."

Rekaman dari laporan Sky News menunjukkan kompleks olahraga di New Delhi, yang diubah untuk membantu kekurangan rumah sakit dan dikatakan memiliki 900 tempat tidur, tapi fasilitas itu ditutup hanya beberapa hari setelah dibuka. Sekarang di luar rumah sakit ada tanda bertuliskan: "Tempat tidur yang dilengkapi Oksigen tidak tersedia".

Tanah pemakaman di ibu kota India, New Delhi, hampir kehabisan ruang dan api dari tumpukan kayu pembakaran mayat menerangi langit malam di kota-kota lain yang terkena dampak parah. Pekerja di krematorium terbuka bekerja terus-menerus untuk mengatasi jumlah jenazah yang datang, sementara yang lain mendesinfeksi jenazah di ambulans yang menunggu untuk dibakar.

Pemandangan baru-baru ini sangat kontras bagi India yang perdana menterinya baru bulan Januari menyatakan kemenangan atas Covid, dan membanggakan diri sebagai "apotek dunia", produsen vaksin global dan model bagi negara berkembang lainnya. Sementara itu, CEO Pfizer Albert Bourla Jumat (23/4/2021) mengatakan perusahaannya memantau varian baru Covid-19 yang berasal dari India.

"Saya merasa optimis kita akan mampu mengatasinya, namun yang membuat saya merasa lebih lega adalah kami sudah mengembangkan proses yang jika ada varian yang menjadi varian mengkhawatirkan, kita bisa membuat vaksin dalam waktu 100 hari"

Pemerintah federal India yang terkejut dengan lonjakan kematian terbaru, telah meminta pihak industri untuk meningkatkan produksi oksigen dan obat-obatan penting lainnya yang kekurangan pasokan. Demikiann informasi kepanikan warga India terkait dengan wabah virus corona yang semakin menggila.

Ritual mandi massal

Ternyata, virus ganas dan lebih mematikan muncul setelah dilakukannya ritual mandi massal di Sungai Gangga, India. Lebih dari 1.000 orang dinyatakan positif Covid-19 setelah mengikuti festival keagamaan terbesar di dunia itu. Ritual bernama Kumbh Mela itu dihadiri ribuan umat Hindu yang mayoritas tidak memakai masker.

Dalam angka terbaru yang dipublikasi AFP, lebih dari 1.000 kasus virus corona muncul di kota Haridwar hanya dalam waktu 48 jam. Kota itu berada di tepi Sungai Gangga.

Meski kasus corona di India sendiri sedang melonjak, para peserta ritual berbondong-bondong mengikuti perayaan suci ini. Kantor berita AFP melaporkan, pada Senin dan Selasa (12-13/4/2021) massa dalam jumlah besar berdesak-desakan di tepi sungai untuk berenang, sebagai bagian dari ritual mandi massal.

"Keyakinan kami adalah hal terbesar bagi kami. Karena keyakinan yang kuat itulah banyak orang datang ke sini untuk berendam di Gangga," ujar Siddharth Chakrapani salah satu panitia Kumbh Mela kepada AFP.

"Mereka percaya bahwa Maa (ibu) Gangga akan menyelamatkan mereka dari pandemi ini."

Dari sekitar 50.000 sampel yang diambil dari orang-orang di Haridwar, 408 dinyatakan positif pada Senin (12/4/2021) dan 594 pada Selasa (13/4/2021), kata pemerintah negara bagian Uttarakhand. Angka terbaru itu diumumkan saat kepala menteri negara bagian Uttar Pradesh di sebelah Uttarakhand, Yogi Adityanath, positif Covid-19 pada Rabu (14/4/2021), melansir Tribunnews.com.

Kasus Covid-19 di India kini yang terbanyak kedua di dunia, melebihi Brasil yang sebelumnya menempati posisi itu. Dalam 24 jam terakhir virus corona di India mencatatkan 184.000 kasus, kenaikan satu hari terbesar sejak dimulainya pandemi. Total kasus corona di India sekarang hampir 13,9 juta kasus. Korban meninggal harian melampaui 1.000 pada Rabu, pertama kali sejak Oktober 2020. ***

Editor:
Akham Sophian

Kategori : Peristiwa
wwwwww