Tsunami Aceh, Hari Ini 16 Tahun Lalu; Cerita Wanita Hamil Selamatkan Ibunya, namun Lepas saat Diterjang Tsunami

Tsunami Aceh, Hari Ini 16 Tahun Lalu; Cerita Wanita Hamil Selamatkan Ibunya, namun Lepas saat Diterjang Tsunami

Ilustrasi/INTERNET

Sabtu, 26 Desember 2020 09:18 WIB

ACEH, POTRETNEWS.com — Tsunami Aceh terjadi pada 26 Desember 2004 lalu dan tepat 26 Desember 2020 tsunami Aceh merupakan peringatan 16 tahun Tsunami Aceh. Peristiwa Tsunami Aceh yang merenggut ratusan ribu nyawa itu ternyata masih menyisahkan kisah pilu bagi keluarga yang ditinggalkan korban tsunami terdasyat di Indonesia itu.

Kisah itu membuat hati terenyuh dan bisa merasakan bagaimana dahsyatnya tsunami Aceh itu. Satu di antara kisah itu adalah kisah seorang wanita hamil yang coba menyelamatkan ibunya, namun ibunya terseret arus air laut.

Kisah itu sudah terbit pada Koran Harian Serambi Indonesia yang terbit pada bulan Januari 2005. Kisah itu terbit pada 3 Januari 2005.

Berikut ini kisahnya, yang dilansir potretnews.com dari Tribunpekanbaru.com. Seorang wanita desa pedalaman di Kemukiman Meuraksa, Kecamatan Blang Mangat, Kota Lhokseumawe, selamat dari hantaman gelombang Tsunami, meski pun tubuhnya penuh dengan luka.

Namun sayang, ibu, kakek, nenek dan makciknya meninggal. Adalah Nazariah binti Ishak (23) warga Desa Jamboe Timur, mengaku amat sedih dengan cobaan yang dialaminya, apalagi sekarang dalam keadaan hamil anak kedua.

Bukan hanya sekeluarga hilang dalam musibah itu, tapi rumah tempat berteduh yang letaknya sekitar 500 meter dengan tepi pantai Meuraksa Juga telah diangkut gelombang entah kemana serta harta bendanya ludes. Ketika ditemui di camp pengungsian di lapangan samping dolog Keude Punteuct Blang Mangat. Nazariah mengisahkan tragedi yang dialaminya. Kata dia, pada saat itu dia sedang melakukan kegiatan sehari-hari di rumahnya yang berkontruksi papan, tiba- tiba terjadi gempa.

Tidak lama setelah gempa tersebut, Nazariah rencana kembali melakukan aktivitasnya, ia lalu mendengar teriakan bahwa air laut telah naik ke darat. Pertama ia tenang-tenang saja. Tapi karena keadaan tidak menguntungkan dan karena sejumlah penduduk lari mengosongkan kampung, akhirnya Nazariah juga ikut lari.

Dia tidak peduli dengan harta benda yang ada di dalam rumah, kecuali membawa seorang anak kandungnya yang masih berusia tiga tahun. Tatkala keluar dari rumah, dia teringat pada ibunya masih di dalam, lantas kembali menjemput ibunya Ummlyah (53).

Ketika la telah lari sekitar 200 meter menuju rumah, gelombang dengan cepat mengejar dan menyapu kakinya sehingga ia jatuh. Ibunya Ummiyah yang telah tua juga jatuh dan dibawa arus.

Sebenarnya, ia berhasrat membantu sang orang yang melahirkannya, tapi beberapa orang berteriak supaya cepat lari karena air sedang membawa bangunan. Nazariah mengaku melihat ibunya diseret air, kemudian menghilang entah kemana yang akhimya ditemukan meninggal.

Bukan hanya kehilangan ibu kandung, tapi Nazariah mengaku ikut kehilangan Kakeknya Abdullah Gani (80), Neneknya Ramlah (68) dan makciknya Barhensyah (30). Keempat keluarganya telah kembali ke alam baqa, entah siapa akan mengurusnya jika nantinya melahirkan anak kedua dari hasil perkawinan dengan suami.

Dalam kesempatan itu Nazariah juga mengatakan, sempat tiga kali terjatuh ketika lari menyelamatkan diri, sehingga sekujur tubuhnya masih terlihat bekas luka, seperti di siku, tangan, bagian kaki dan juga di bagian punggung. Nazariah juga merasa khawatir terhadap kondisi anak dalam kandungannya, karena waktu dia lari menyelamat diri tiga kali jatuh dan sekali diantaranya ikut terkena kandungan, namun ia harap tidak terpengaruh dengan kondisi anaknya.

Tragedi yang sama juga dirasakan Ny Roslina (29) masih warga Desa Jamboe Timur yang tidak jauh dengan rumah Nazariah. Wanita kulit kuning langsat itu mengaku dua makciknya benama Maryam dan Nursiah adik kakak tewas ditelan gelombang Tsunami, sementara Roslina berhasil lari menyelamatkan diri dengan menaiki sebuah mobil.

Demikian pula Ny Fatimah (50), tatkala melarikan diri sempat terjatuh bangun, sehingga kakinya tertusuk kayu hingga tembus. Sampai kemarin masih nampak bekas tertusuk yang belum sembuh, dia sempat selamat karena dibawa lari orang lain.

Namun, tiga anak kandungnya meninggal ditelan ombak. Sementara Imam Desa Jamboe Timur, Tgk Muhammad Yusufldris (50) kepada Serambi mengatakan, Jamboe Timur merupakan desa terparah di kecamatan Blang Maryat. Sedikitnya. 70 warga desa itu meninggal dunia karena dihantam gelombang Tsunami, rumah penduduk serta areal tambak semuanya dimangsain ya, kata M Yusuf. ***/Riau

Editor:
Akham Sophian

Kategori : Peristiwa
wwwwww