*Pesan Ketua MUI Sehari Jelang Pilkada Serentak di Kabupaten Bengkalis

Pemimpin Telah Ditakdirkan, Menang atau Kalah Sudah Ditentukan!

Pemimpin Telah Ditakdirkan, Menang atau Kalah Sudah Ditentukan!

Keterangan foto Ketua MUI Kabupaten Bengkalis, Buya H Amrizal MAg saat menjadi juri acara lomba tajaan Kompem Pendakis, Sabtu (31/10/2020)/POTRETNEWS.com/JUNAIDI.

Selasa, 08 Desember 2020 09:30 WIB
Junaidi
PEKANBARU, POTRETNEWS.com — Hanya sehari lagi, pelaksanaan pesta demokrasi Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Serentak, Rabu 9 Desember 2020 akan dilaksanakan. Menjelang hari H, Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Bengkalis Buya H Amrizal MAg kembali memberikan pencerahan kepada masyarakat terkhusus di kabupaten yang berjuluk Negeri Junjungan ini. Menurut Buya H Amrizal, takdir merupakan persoalan yang tidak mudah untuk didefinisikan. Ia memiliki makna yang tidak absolut dan bersifat misteri. Tidak ada penjelasan atau tafsir yang menyakinkan tentangnya. Semuanya berada para wilayah asumsi dan praduga.

Hanya Tuhan saja yang tahu pasti mengenainya. Kenyataan inilah yang membuat terjadinya perdebatan panjang di kalangan ahli ilmu kalam [al-mutakallimun] pada abad pertengahan.

Kelompok "Jabariyah" memaknai bahwa perbuatan manusia atau keadaan apapun yang menimpa mereka sepenuhnya diciptakan oleh Tuhan. Manusia tidak memiliki kehendak [masyiah] atau daya sama sekali untuk berbuat. Pendapat ini disandarkan pada ayat Alquran yang menyatakan: ”Dan Allah-lah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat itu.” (QS. Al-Shaaffat: 96).

Dalam pandangan Jabariah yang fatalism keadaan manusia tak ubahnya ibarat wayang yang geraknya sepenuhnya diatur oleh dalang. Berbeda dengan Jabariyah, kelompok "Qadariyah" berpendapat bahwa perbuatan manusia atau kedaan apapun yang menimpa mereka sepenuhnya atas dasar kehendak manusia itu sendiri.

Tuhan dalam hal ini hanya menciptakan manusia. Selanjutnya manusia diberi kebebasan secara mutlak menentukan pilihan atas perbuatannya. Tuhan tidak mengintervensi sama sekali atas perbuatan manusia. Dalil yang digunakan kelompok Qadariyah adalah Perbuatlah apa yang kamu kehendaki, sesungguhnya Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan (QS. Fushshilat: 40) dan ”Sesungguhnya Allah tidak mengubah apa yang ada pada suatu bangsa, sehingga mereka mengubah apa yang ada pada mereka” (QS. Ar-Rad: 11).

Ada lagi kelompok "Mu’tazilah" yang secara teologis punya kedekatan pemahaman dengan Qadariyah memaknai bahwa Tuhan telah menciptakan manusia dan telah menurunkan petunjuk atau pedoman berupa wahyu [agama] bagi manusia yang menjelaskan ada jalan kebaikan [ketakwaan] dan jalan keburukan [kefasikan]. Untuk selanjutnya manusia dengan kekuatan akal yang sudah diberikan oleh Tuhan untuk menentukan jalan mana yang akan dipiih dan dilaluinya.

Atas dasar ini Mu'tazilah mendefinisikan takdir dengan sunnatullah [ nature of law]. “Dan dia telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan takdirnya”. [Q.S. al-Furqan: 2] .

Kelompok "Al-Asy’ariyah" pula memunculkan teori “kasab” yang secara sederhana bisa didefinisikan bahwa perbuatan manusia itu tidak sepenuhnya ditentukan Allah SWT dan tidak pula sepenuhnya oleh kehendak manusia tapi digerakkan oleh “kasab” semacam daya yang ada pada diri manusia. Kasab itu juga pada hakekatnya juga bersifat given dan under control oleh Allah SWT.

Demikian pula halnya dalam kaitan dengan takdir [ketetapan] Allah SWT atas kehidupan manusia. Ada yang berpendapat bahwa keadaan yang dialami setiap manusia baik itu menyenangkan atau menyakitkan sudah ditetapkan dalam umm al-kitab [kitab induk] sejak zaman azali. Manusia dalam hal ini sifatnya hanya mengikuti jalan takdirnya saja.

”Tidak ada suatu yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya.” (QS. Al-Hadid: 22). Hal ini dikuatkan lagi oleh riwayat yang menyatakan bahwa "Allah telah menulis seluruh takdir seluruh makhluk sejak lima puluh ribu tahun sebelum Allah menciptakan langit dan bumi.” [H.R. Muslim].

Pada sisi lain dinyatakan pula bahwa keadaan yang dialami setiap manusia baik itu menyenangkan atau menyakitkan tidak bisa dilepaskan dari perbuatan yang mereka lakukan. “Dan segala musibah yang menimpa kalian adalah disebabkan oleh perbuatan tangan kalian. Dan Allah memaafkan banyak (dari kesalahan kalian)” (QS. Al-Syuuraa: 30).

Ayat lain menyatakan. "Kebajikan apa pun yang kamu peroleh adalah dari sisi Allah dan keburukan apa pun yang menimpamu, itu dari (kesalahan) dirimu sendiri". (QS. Al-Nisa': 79) Terlepas dari perbedaan pendapat tentang hakekat takdir, sebagai orang beriman kita wajib mempercayai takdir Allah SWT karena hal itu merupakan Rukun Iman.

Apa pun yang kita alami dalam hidup ini tidak terlepas dari izin dan kehendak Allah SWT. Dan keadaan apapun yang menimpa kita baik itu menyenangkan ataupun menyakitkan, bagi seorang beriman kepada Allah semuanya mengandung makna kebaikan.

Demikian pula takdir tentang kepemimpinan. Siapa yang akan memimpin (di Kab Bengkalis, red) dan siapa yang tidak akan memimpin atau siapa yang akan menang dan siapa yang akan kalah secara hakekat sudah ditentukan Allah SWT.

Manusia hanya bisa berikhtiar dan berdoa, keputusan tetap berada di tangan Allah SWT. Bagi yang terpilih atau yang menang nantinya tidak boleh terlalu bereforia atau bersuka ria. Karena jabatan bisa jadi akan mendatangkan kemaslahatan atau sebaliknya mendatangkan kemudharatan bagi kita. Semuanya sangat tergantung pada cara kita menjalaninya dan pertolongan dari Allah SWT. Sebaliknya bagi yang belum terpilih atau kalah, jangan terlalu kecewa dan bersedih hati apalagi sampai berputus asa. Karena boleh jadi kekalahan itu akan mendatangkan kemaslahatan atau kebaikan untuk kita.

Tidak sedikit orang baik yang berubah tabi’atnya menjadi orang buruk setelah diuji dengan jabatan yang dimilikinya sehingga mereka terjerumus ke lembah kehinaan dan kenistaan. Sebaliknya banyak orang yang selamat, harum namanya dan tenang akhir hayatnya setelah meninggalkan jabatan dan kedudukannya. Orang yang paling baik adalah orang selalu "Bersyukur, Tidak Sombong, Tidak Dendam dan Senantiasa Mawas Diri di saat berkuasa dan orang yang Selalu Bersabar dan Ikhlas" tatkala kekuasaan tak dapat diperolehnya meskipun ia sudah banyak berikhtiar dan berdoa atau meminta doa..Wallah A’lam. ***

Kategori : Bengkalis, Politik
wwwwww