Geliat Sastrawan dalam Lomba Baca Puisi Virtual 2020 Tajaan KMB

Geliat Sastrawan dalam Lomba Baca Puisi Virtual 2020 Tajaan KMB

Para juara Lomba Baca Puisi Virtual 2020 tajaan KMB.

Kamis, 29 Oktober 2020 17:09 WIB
Junaidi

BENGKALIS, POTRETNEWS.com — Terjawablah sudah, yang menjadi pemenang Lomba Baca Puisi Virtual tahun 2020 tajaan Komunitas Menulis Bengkalis (KMB) pada Rabu, 28 Oktober 2020 malam. Mereka adalah Fazrara Ingwar peraih juara pertama, disusul Alisha Fiona Putri dan Hasyifa Dalilah masing-masing ditempat kedua dan ketiga pada kategori pelajar.

Kemudian untuk kategori mahasiswa/umum, juara pertama diberikan kepada Masinta, Ziaisyi Zilhaqia juara 2, juara 3 Rausyanfikr Ahmsyam, disusul pula Lila Andarini SY, Hariyanto, Muhammad Afis dan Raja Djamaluddin yang masing-masing dengan urusan juara 4, 5, 6 dan juara 7.

Atas kegiatan yang babak penyisihannya dilaksanakan pada 25 dan 26 Oktober 2020 diikuti 20 peserta bukan saja di Kecamatan Bengkalis Bantan, juga Rupat Utara, Mandau, Siakkecil bahkan Jakarta ini, ditanggapi Penasehat KMB, Buya Amrizal MAg

”Ternyata di daerah kita ini banyak penyair-penyair muda merupakan penyair yang akan meneruskan senior-senior kita yang ada di sini," ungkapnya seraya menambahkan menjadi juara lomba atas kegiatan tersebut bukanlah menjadi tujuan utama melainkan dalam rangka menyemarakkan Bulan Bahasa tahun 2020.

Setelah selesai semua finalis tampil dan Musa Ismail, Syaukani Al Karim serta SPN Musrial Mustafa selaku dewan juri melakukan tugasnya, sastrawan Mohd Nasir membawakan puisi Cerita Apa Lagi Kita Corona karyanya sendiri yang ditulis pada Maret lalu kala Corona tengah melanda. Disusul Buya Amrizal yang juga membawakan puisi karangannya sendiri dengan judul Luapan Kerinduan yang tercipta ketika dirinya mengunjungi anak gadisnya yang mondok di pesantren dan hanya bisa melambaikan tangan.

Seorang Riza Fahlevi pemilik novel Batin Hitam malam itu membawakan puisi Selamat Datang Di Negeri Radikal yang dituliskannya kala dulu Riau dituduh Batavia, radikal.

”Jadi ini jawabannya kepada yang mengeluarkan isu itu," kata sastrawan yang pernah menjadi Ketua DPRD dan Wakil Bupati Bengkalis ini sebelum menyuguhkan brontak hati.

Marzuli Ridwan Al-bantany, Ketua KMB yang menyaksikan lomba di aplikasi Google Meet sebab ada tugas di Bawaslu tempatnya mengabdi ini, setelah membuka jaketnya menyampaikan ucapan terima kasih kepada seluruh peserta.

”Seluruh peserta semangat-sangatnye. Saye tengok ade Raja Jamaluddin yang berumur 70an tahun luo biase," puji Marzuli yang membacakan puisi Gadis Kecil dan Harum Setangkai Bunga di Tangannya (PMNH dalam Gelisah Buana). Setelah proses penilaian selesai dilakukan, SPN Musrial Mustafa membawakan puisi memberikan spirit kepada generasi muda di negeri ini.

”Agar selalu terus belajar, menuntut ilmu, agar selalu mengambil kesempatan yang ada di negeri ini. Kita generasi muda harus selalu kompak dan tidak saling menjatuhkan seperti ketam yang saya buat dalam sebuah puisi dengan judul titian nama julang nama," tuturnya.

”Bagi saya, menulis puisi itu adalah mencatat tanda-tanda yang dibentangkan oleh Allah SWT dan tanda-tanda itu adalah tanda-tanda Ilahi. Makanya, puisi-puisi saya sekarang ini beralih pada benda-benda seperti puisi taman kota layu yang telah dibacakan peserta tadi,” imbuh Musa Ismail.

Selanjutnya, Master of Ceremony (MC) Muhammad Sapikri yang memandu acara juga membawakan sebuah puisi atas rasa cintanya pada dunia satra.

”Pada kesempatan malam ini, saya akan membacakan puisi. Puisi ini terhimpun dalam buku puisi saya Alhamdulillah pada tahun ini telah terbit dengan judul rindu si anak pulau. Puisi sekerut kenang pantai Pambang. Puisi saya ini lebih melihat kepada kondisi alam terutama alam yang ada di Bengkalis yang telah bertahun-tahun ditelan abrasi,” cakap Sapikri yang langsung membacakan puisinya Sekerut Kenang Pantai Pambang. Sebelum membacakan nama-nama para pemenang, Syaukani Al Karim memberikan ulas lomba.

”Meskipun penyair adalah penulis puisi tidak semua penyair yang bisa membacakan puisi dengan baik meskipun mereka tahu cara membaca puisi yang baik. Misalnya Musrial Mustafa, Musa Ismail dan Reza Palevi kadang-kadang para penyair ini kalah membaca sama pembaca sebab berbeda kemampuannya, baik kemampuan fokal, penampilan dan lain sebagainya. Tapi, yang paling penting di dalam pembacaan puisi yang diperlombaan, hal yang pertama adalah sesuatu yang tabu ketika puisi yang dibacakan itu salah. Kami sepanjang hayat menjadi dewan juri penilaian lomba baca puisi itu tidak banyak, pertama bagaimana permainan intonasi yang digunakan, kemudian penampilan, penyebutan kata yang jelas soalnya penyebutan kata yang jelas itu memadatkan arti yang ada di dalam puisi. Dan kita sangat berbahagia bahwa di tanah Bengkalis ini khususnya dan di kabupaten Bengkalis umumnya begitu banyak anak-anak muda kaum milenial para generasi alaf ketiga yang mulai membaktikan diri di dalam dunia puisi dunia kepenyairan. Seperti yang ditulis Ustaz

Amrizal, bahwa beberapa waktu yang lalu kita adalah segudang, kita Kabupaten Bengkalis adalah tempat berhimpun para penulis pada masa lampau. Bahkan ada satu zaman bahwa yang mensuplai penulis-penulis Riau di kancah nasional itu adalah orang yang berasal dari Kabupaten Bengkalis kala itu," beber Syaukani cucu Soeman HS ini seraya mengajak agar sejarah tadi harus dijaga.

Disebutkan Syaukani bahwa Sutardji Calzoum Bachri pernah bersekolah di Bengkalis. "Ini adalah tantangan bagi generasi alaf ketiga untuk melanjutkan kalau Soeman HS dan Sutardji Calzoum Bachri adalah sebuah gedung megah di dalam kesusastraan Indonesia maka generasi ketiga ini harus mampu menciptakan sebuah gedung megah yang lain sehingga nama Bengkalis nama Riau itu selalu menjadi sebutan, menjadi ingatan dan selalu menjadi julang-julangan dalam khazanah kepenyairan dunia penulisan di Indonesia,” tandasnya.

Dia menyampaikan ucapan terima kasih kepada beberapa lembaga yang ada di Kabupaten Bengkalis ini yang memberikan laluan kepada anak muda dalam dunia kepenulisan. Dunia Melayu adalah dunia penulis dan Melayu di samping imperiumnya yang sangat besar juga dikenal dengan dunia tulis yang sangat luar biasa. Teruslah berkarya teruslah menulis.

”Kita ingat apa yang diungkapkan seorang filsuf Francis Bacon yang mengatakan bawa umur manusia itu pendek tetapi manusia bisa memperpanjangkan usianya dengan karya. Inilah hakikat dalam kalimat Melayu ’Manusia Mati Meninggalkan Nama’,” nama dalam kata ini adalah karya," pungkas Syaukani Al Karim yang setelah membacakan pengumuman pemenang, menyuguhkan puisi Burung Burung Donggala yang tercipta kala tsunami terjadi di Sigli, Palu dan Donggala dahulu. ***

Kategori : Bengkalis, Umum
wwwwww