Sholawat Beghanyut, Cara Ulama Jaga Pulau Bengkalis

<i>Sholawat Beghanyut</i>, Cara Ulama Jaga Pulau Bengkalis

Rombongan ”Sholawat Beghanyut” saat di Kuala Sungai Kembung Luar, Sabtu (10/10/2020) pukul 09.29 WIB.

Senin, 12 Oktober 2020 08:25 WIB
Junaidi

BENGKALIS, POTRETNEWS.com — Menyebut dan mendengarkan kata "Sholawat Beghanyut" bagi kita tentu masih asing tetapi jika dua kata ini dipilahkan maka mengerti lah kita akan maknanya.

Sholawat adalah berisi ucapan puji-pujian kepada Rasulullah SAW, berisi doa dan harapan akan syafaat atau pertolongan fidduniya wal akhirah. Sedangkan Beghanyut (beranyut, red) adalah perjalanan di air baik di laut, sungai maupun parit dengan mengikut arus, menolong orang pada waktu kesusahan.

Begitlah makna sederhana dari kata tadi, sehingga tidaklah sulit bagi kita untuk menafsirkan makna kegiatan "Sholawat Beghanyut" ini yaitu sebuah kegiatan Islami di Pulau Bengkalis yang punya tujuan menjaga pulau dari sesuatu hal yang membahayakan atau membuat bahaya bagi para penghuninya, dengan cara mengelilingi pulau, bersalawat di antaranya Qhosidah Burdah, Jazaul Aufa, Dalail Khairat, dan Simtudduror (Maulid Habsyi) serta membacakan doa, dengan serangkaian ritual. Kegiatan ini hampir sama dengan Atib Togak di Rokan, atau Bele Kampong di Lingga, Provinsi Kepulauan Riau.

Diresmikan dan dilepas oleh Penjabat Bupati, H Syahrial Abdi pada Jumat, 9 Oktober 2020 malam yang tiba pukul 20.14 WIB di depan pintu masuk Pelabuhan Bandar Seri Laksamana (BSL), Bengkalis kemarin.

Malam itu sungguh terasa semakin nyaman kala lantunan Sholawat kepada Junjungan Alam, Muhammad SAW jawab berjawab dari lebih 200an hadirin. Abah Ahmad Fadhli Innayatullah, pendiri Sholawat Laut Indonesia (Sholla) di awal sambutannya mengucapkan syukur Alhamdulillah karena telah mengirim hamba-hamba-Nya yang cinta kepadaNya dan cinta kepada kekasihNya Rasulullah SAW.

”Siapakah mereka? Yang hadir malam ini. Siapa mereka? Merekalah yang telah mensukseskan dan akan terlaksananya kegiatan kita yaitu Sholawat Beghanyut, Ghatib Beghanyut atau Dzikir Beghanyut mengelilingi perairan Pulau Bengkalis dan sekitarnya," kata Abah Ahmad Fadhli yang juga pengasuh Majelis Ilmu dan Amal Al-Burdah Baa Khaalish 2002, dihadapan hadirin.

Abah Fadhli selanjutnya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung acara tersebut. Permohonan maaf juga beliau ungkapkan karena keterbatasan kemampuan sehingga tidak bisa melaksanakan acara dengan maksimal.

Tak lupa Abah Fadhli memohon doa semoga acara Sholawat ini bukan yang pertama dan terakhir, tetapi tetap berlanjut pada tahun-tahun berikutnya.

”Mudah-mudahan setiap tahunnya, kalau ini dilaksanakan dari hati ke hati (menggunakan dana dari para donatur,red) karena kepedulian kita kepada pulau dan negeri kita, bukan karena jabatan. Malam ini semua turun tangan, Alhamdulillah peserta melebihi target 150 orang,” ucapnya.

Armada yang ikut semua tidak disewa bahkan ada yang menyediakan armada dan ABK (anak buah kapal)nya sekali, yang jumlahnya delapan armada (pompong) dan tidak hanya orang Bengkalis. 45 orang dari Kepulauan Meranti lengkap dengan armadanya.

”Dari Siak satu rombongan, Dumai satu rombongan yang jumlahnya kami tidak tahu. Dari Bukitbatu kurang lebih 15 orang dengan satu armada. Ternyata bukan hanya kita yang peduli dengan negeri (Pulau Bengkalis, red) ini,” beber Abah Fadhli di akhir sambutannya yang dilanjutkan memberi hadiah berupa tongkat kayu gaharu yang dicari dan dikeluarkan pengurus Sholla Kec Tasik Putri Puyu dari dalam Tasik Putri Puyu, Kab. Meranti, diserahkan kepada Pj Bupati, Dandim 0303/ Bkls, Kapolres, Kajati, Ketua MUI, Ketua MKA dan DPH LAMR Kabupaten Bengkalis dan beberapa kepala OPD.

Sementara itu, Ketua DPH LAMR Kabupaten Bengkalis, Datuk Seri H Sofyan Said mengatakan bahwa malam itu merupakan malam yang cukup bersejarah bagi Pulau Bengkalis.

”Mungkin ini salah satu upaya kite membangkitkan semangat, para ulama-ulama kite terdahulu. Sebetolnye, Shalawat Beghanyut ini daghi nenek moyang kite dahulu dah ade tapi sebatas kampong aje," kata Datuk Seri H Sofyan Said seraya menuturkan kenangan kegiatan serupa masa kecilnya dulu di Desa Pedekik termasuk juga di Bukit Batu masa Laksamana Raja Di Laut.

Masih kata Datuk Seri H Sofyan Said, zaman dulu mungkin serangannya lebih parah dibanding masa sekarang dengan barang tak nampak, Covid-19.

Menurutnya, perjalanan Sholawat Beghanyut merupakan perjalanan jihad. Kemudian menurutnya lagi, ada 3 tungku sejarangan atau dalam adat istiadat disebut tali berpilin tiga yaitu pemimpin, ulama dan tokoh adat.

Pj H Syahrial Abdi pula mengatakan, Pemerintah Kabupaten Bengkalis berkomitmen dan mendukung setiap kegiatan keagamaan dan kebudayaan yang dilaksanakan oleh masyarakat Kabupaten Bengkalis. Apalagi salawat ini ramai diikuti kalangan anak muda.

Menurutnya, Sholawat Beghanyut ini merupakan sebuah tradisi atau budaya nenek moyang terdahulu yang perlu dijaga dan dilestarikan. Kegiatan budaya ini memiliki nilai-nilai religius dalam upaya menjaga kampung atau negeri, agar dijauhkan dari segala macam bahaya, ancaman, malapetaka, wabah serta musibah yang dapat menghancurkan rasa kasih sayang maupun rasa persatuan dan kesatuan ummat.

Lebih lanjut Syahrial Abdi berharap kegiatan ini dapat dijadikan sebagai sarana dakwah, terkhusus buat generasi muda Kabupaten Bengkalis sebagai garda terdepan bangsa ini untuk gemar berdzikir kepada Allah SWT dan bersalawat kepada Rasulullah SAW. Sehingga pergaulan negatif dapat dicegah.

Setelah selesainya acara pelepasan, seluruh jemaah yang mayoritas mengenakan baju putih segera menuju 7 armada pompong di pelabuhan. Hadirin lainnya mengantar peserta Sholawat Beghanyut tadi hingga ke sisi jembatan hingga seluruh armada bergerak dengan dua rombongan yang sasaran 17 titik perhentian.

Rombongan Abah Fadhli menuju titik kuala Sungai Bengkalis, satu rombongan lagi menuju titik pesisir Buruk Bakul, Kecamatan Bukitbatu. Setelah selesai di kuala sungai ini, pukul 22.00 WIB, armada 1 membaca Simtudduror (Maulid Habsyi). Kemudian melanjutkan perjalanan ke mercu suar Tanjungpadang yang menjadi titik kumpul dua rombongan tadi kala jam menunjukkan pukul 22.54 WIB.

Setelah selesainya serangkaian ritual, pukul 23.44 WIB istirahat sejenak sampai pukul 00.05 WIB, Sabtu (10/10/2020) ketika semua armada mulai menghidupkan mesin untuk melanjutkan perjalanan menuju titik berikutnya.

Yaitu; Titik kuale Sungai Ketam Putih, titik Desa Dedap Kecamatan Tasik Putri Puyu, Kabupaten Kepulauan Meranti, titik Bandul, Tanjung Sekodi, Kuale Sungai Kembung Luar, Tanjung Parit, Tanjung Mayat, Tanjung Jati Luar, Tanjung Jati, Tanjung Leban, Merambung, Kuala Sungai Senderak dan Kuala Sungai Bukitbatu.

Wartawan potretnews.com perlu membagikan sedikit pengalaman karena berkesempatan ikut serta dalam rombongan. Ketika berada di titik Sungai Kembung Luar, tiba-tiba meneteskan air mata sebab atas dosa-dosa warga negeri ini hendaklah segera bertaubat.

Kemudian ketika melewati pantai Desa Simpangayam, rasa nyeri menyaksikan abrasi pantai yang masih abai dan cuai dilakukan pemegang kebijakan, namun sadar akan besarnya dana yang perlu dikeluarkan sebab turap pemecah gelombang yang panjangnya sekitar 200 meter telah menelan angka milyaran rupiah.

Kemudian, berada di mercu suar Tanjung Jati, pukul 13.43 WIB sampai pukul 14.53 WIB kala salawat menggema, entah apa pula sebabnya tangisan wartawan media ini bahkan menjadi-jadi. Ada sedikit harap, ketika melihat air nan tenang berwarna kemerah-merahan bagai laluan "Terubuk" ke Negeri Junjungan. ***

Kategori : Bengkalis, Umum
wwwwww