Pria Penghuni Panti Milik Yayasan Tunas Bangsa Pekanbaru Ini Mengaku Pernah Disiram Air Panas yang Dicampur Cabe Rawit

Pria Penghuni Panti Milik Yayasan Tunas Bangsa Pekanbaru Ini Mengaku Pernah Disiram Air Panas yang Dicampur Cabe Rawit

Andi memperlihatkan luka bekas siraman air panas dicampir cabe rawit. Pria ini satu dari beberapa penghuni di panti jompo dan orang gila dari Yayasan Tunas Bangsa Pekanbaru, Riau, Minggu (29/1/2017).

Senin, 30 Januari 2017 14:22 WIB
PEKANBARU, POTRETNEWS.com - Memprihatinkan, begitulah gambaran pengelolaan panti jompo, lansia dan orang gila milik Yayasan Tunas Bangsa di Kilometer 20, Lintas Timur, Tenayanraya, Pekanbaru. Andi, penghuni yang ditempatkan di ruangan khusus orang gila, secara fasih mengungkapkan apa yang terjadi di panti tersebut dan penyiksan yang didapatkannya.

Berdasarkan laman tribunpekanbaru.com yang dilansir potretnews.com, Andi sudah sepuluh tahun menghuni panti. Makanya ia tahu betul apa yang terjadi di dalam panti. Meski awalnya takut-takut bercerita, ia kemudian memberanikan diri mengungkap yang terjadi setelah dipastikan ia akan dievakuasi dari lokasi tersebut.

Dari penuturannya, petugas panti kerap melakukan penyiksaan. Di antaranya menggunakan air panas yang dicampur cabe rawit. Sambil tersedu-sedu ia mengatakan sakitnya siksaan tersebut.
Andi juga sempat memperlihatkan bekas siraman air panas dicampur cabe rawit yang membakar badannya.

"Apakah saya akan dikeluarkan (dari panti) hari ini," tanyanya berulang kali untuk memastikan berani bercerita, Minggu (29/1/2017).

Andi mengatakan, penyiksana tersebut juga dilakukan pada perempuan yang dulu pernah mengisi bangunan di belakang bangunan untuk lelaki. Kadang petugas melakukan kekerasan dengan menendang penghuni panti.

Selama sepuluh tahun di panti, Andi mengatakan sudah 32 orang yang meninggal.
Kondisinya menurutnya sangat memprihatinkan. "Orang yang meninggal itu dibiarkan sekarat. Tidak dibantu," kata pria asal Bengkalis itu, seraya menambahkan penghuni yang meninggal dikuburkan di wilayah Palas, Pekanbaru.

Selain itu, Andi juga membongkar cerita terkait pengelola yang sengaja mengambil perempuan hamil dengan iming janji-janji. "Perempuan hamil yang dikatakan gila di bawa kesini. Ditunggu sampai melahirkan. Anaknya diambil sedangkan yang perempuan dikurung di panti," ujarnya.

Dikatakan Andi. hanyalah dia satu-satunya yang bisa diajak berbicara ketika ada tamu yang datang.
Awalnya Andi sudah ingin berbicara saat rombongan pejabat Dinas Sosial Riau dan Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Riau melakukan inspeksi ke panti pada Minggu (29/1/2017) siang.

Namun ia tampak takut dan menangis. "Apakah saya mau dikeluarkan dari tempat ini. Kalau iya saya akan ceritakan semuanya," ujarnya. Namun Andi akhirnya mau berbicara saat ditemui di bagian belakang bangunan kamar tempat ia dan dua lelaki lain dikurung.

Saat bercerita Andi tampak normal seperti orang biasa. Emosinya meledak kala mengingat penyiksaan yang dialami dirinya dan kawan-kawan di panti. Saat bercerita ia juga tampak ketakutan sambil sesekali menoleh kebelakang memastikan tidak ada petugas panti.

Dalam bangunan yang terletak di Kilometer 20, Kelurahan Sialang Rampai, Kecamatan Tenayan Raya, itu setidaknya terdapat 19 orang penghuni. Enam orang lanjut usia serta 13 dikategorikan orang gila.
Pantauan di lapangan, sebuah bangunan yang terdiri dari sepuluh kamar yang rata-rata berukuran 3x3 meter tampak diisi dua sampai tiga orang.

Masing-masing kamar memiliki akses pintu keluar dari besi. Samping kiri bangunan ini terdapat teralis besi.
Di masing-masing kamar terdapat satu toilet yang sama sekali tidak ada sekat apapun. ***

Editor:
Farid Mansyur

wwwwww