Selain Sering Disiksa, Para Penghuni Panti Yayasan Tunas Bangsa Pekanbaru Juga Disuruh Jadi Peminta-minta

Selain Sering Disiksa, Para Penghuni Panti Yayasan Tunas Bangsa Pekanbaru Juga Disuruh Jadi Peminta-minta

Kondisi penghuni panti di Km 20, Tenayanraya Pekanbaru milik Yayasan Tunas Bangsa. (foto: goriau.com)

Minggu, 29 Januari 2017 16:33 WIB
PEKANBARU, POTRETNEWS.com - Banyak hal miris dan sangat memprihatinkan ditemukan di panti-panti milik Yayasan Tunas Bangsa yang dipimpin oleh seorang wanita bernama Lili. Mulai dari dugaan kasus penganiayaan balita 18 bulan hingga tewas, hingga penelantaran penghuni panti jompo. Tidak hanya menelantarkan dan perlakukan penghuni pantinya dengan sangat tak manusiawi. Bahkan pemilik panti juga mempekerjakan penghuni panti untuk mengemis alias meminta-minta di sejumlah pusat keramaian masyarakat.

Hal itu, terungkap saat Panti Jompo Yayasan Tunas Bangsa, Jalan Cendrawasih, Gang Nuri, Kecamatan Marpoyan Damai, Pekanbaru, didatangi pihak LPA Riau bersama tim Dinas Sosial (Dissos) Riau, Sabtu (28/1/2017) malam.

"Saya kadang disuruh keluar, dibawa ke terminal, pelabuhan dan jembatan untuk minta-minta uang ke orang-orang (mengemis)," kata salah seorang penghuni panti, dilansir potretnews.com dari GoRiau.com.

Sontak, pengakuan dari salah seorang penghuni panti yang mengalami depresi akibat diperlakukan secara tak manusiawi, layaknya seorang tahanan itu, membuat warga sekitar yang ikut menyaksikan, kaget dan menyayangkan sikap pemilik panti.

"Ini tak wajar, kami kira di sini panti jompo biasa. Memang kami, malah RW dan RT juga tak diperbolehkan masuk ke dalam panti," kata salah seorang warga sekitar yang menyaksikan proses evakuasi penghuni panti oleh pihak Dissos Riau.

Tidak hanya panti jompo di Jalan Cendrawasih, Gang Nuri, Kecamatan Marpoyan Damai, saja yang didatangi LPA Riau dan Dissos Riau. Minggu (29/1/2017) siang, LPA Riau bersama Kemensos dan Diskes Riau juga mendatangi panti khusus gangguan jiwa milik Yayasan Tunas Bangsa di Km 20 jalan Lintas Timur, Kecamatan Tenayanraya, Pekanbaru.

Di sana, panti khusus gangguan jiwa itu berada dipelosok hutan, dengan akses hanya jalan tanah dan jauh dari aktivitas masyarakat, yang hanya bisa ditempuh dengan kendaraan roda dua atau berjalan kaki.

Terdapat 19 penghuni panti yang mengalami depresi serta gangguan jiwa, fasilitas bagi penghuni panti lebih buruk, jika dibandingkan dengan panti-panti lainnya milik Yayasan Tunas Bangsa.
Ruangan-ruangan kamar penghuni panti tak diberi penerangan, dan jika malam hari panti tersebut sangat gelap. Tak ada yang mencurigai panti tersebut, karena jauh dari aktivitas dan jarang ditempuh masyarakat.

Selain diperlakukan tak manusiawi, beberapa penghuni juga disuruh untuk meminta sumbangan kepada pengendara yang melintas di jalan lintas Timur Km 20, Kecamatan Tenayanraya, Pekanbaru.

Bahkan di sana, para penghuni panti yang merupakan pengidap gangguan jiwa, kerap dianiaya, dipukuli oleh pengelola panti, tanpa sebab yang jelas. Sementara penghuni panti, dipaksa tinggal di ruang sempit tanpa dilengkapi toilet yang layak dan dikunci dari luar. ***

Editor:
Hanafi Adrian

wwwwww