Melihat Aktivitas ”Pemajak” Durian di Kampar Kala Musim Panen Tiba

Melihat Aktivitas ”Pemajak” Durian di Kampar Kala Musim Panen Tiba

Sapri (46) atau Acu Isap (kanan), sang pemburu durian jatuh dari Kampar.

Sabtu, 12 November 2016 20:40 WIB
KAMPAR, POTRETNEWS.com - Pemerintah untuk menambah pendapatan negara selalu membidik sektor pajak. Dengan pajak kas negara bertambah dan berguna untuk meningkatkan pembangunan. BACA JUGA:

. Kisah Sukses ”Ucok Durian” yang Melegenda di Medan hingga Berburu Durian Berkualitas Nomor Satu sampai ke Riau

. Lewat Sosialisasi UU Desa, Unilak Perkaya Kegiatan Pengabdian Masyarakat di Desa Kebun Durian Kampar, ”Di Daerah Ini, Durian Hanya Tinggal Nama”

Di masyarakat juga istilah pajak. Namanya Pajak durian. Aktivitas ini yakni membeli pohon durian sebelum berbuah. Bila musim panen tiba, semua buah dari durian itu menjadi hak milik pembayar pajak itu sendiri.

Sapri (46) atau Acu Isap, warga Desa Aursati Kecamatan Tambang, Kabupaten Kampar, Riau adalah seorang pemajak durian. Sejak tiga minggu terakhir sibuk memetik durian yang sudah dipajaknya. Isap mengaku untuk setiap pohon durian dia membayar pajak Rp 6 juta. Ketika musim panen tiba, semua buah durian itu menjadi hak miliknya hingga musimnya habis atau buahnya habis.

SIMAK:

. Kelezatan Es Durian Ini Begitu Melegenda di Pekanbaru

. Mencoba Kelezatan Lempuk Durian, yang Kini Menjadi Ikon Pulau Bengkalis

. Desa Wisata di Kepulauan Meranti, Punya Pohon Durian 100 Tahun

Kendati membayar Rp 6 juta untuk setiap pohon, Isap mengaku tidak pernah rugi. Untung yang diperoleh hampir 100 persen dari harga pajaknya. "Tahun ini satu batang setidaknya berbuah 250 biji yang bagus dan layak jual dan saya jual bervariasi," ungkapnya sebagaimana dikutip potretnews.com dari jpnn.com.

Dikatakan Isap, setiap buah dijual bervariasi. Dari Rp 30 ribu hingga Rp 50 ribu. Itu tergantung kondisi buah. Belum lagi bagi buah soteran yang kualitasnya rendah.

Untuk jenis ini buahnya dijual antara Rp 5 ribu hingga Rp 20 ribu. Setiap pohon jumlah buah durian soteran ini jumlahnya mencapai 200 buah.

Di tahun ini Isap memajak tujuh batang durian. Tiga pohon diantaranya posisinya berdekatan dengan kebun durian miliknya sendiri. Pohon itu terdiri dari 30 buah batang durian. Walaupun dari 30 batang baru 12 batang yang menghasilkan sudah membuat ayah empat anak ini senang.

Maka sejak musim durian tiba di Tambang tiga minggu yang lalu, dia memboyong istri dan anaknya ke kebun, mereka membangun pondok kayu ukuran 2 x 3 meter dan balai-balai untuk para pria tidur.

Biasanya musim durian hanya berlangsung sebulan dan selama itulah mereka berdiam di kebun tersebut. Mereka memang harus tidur di pondok itu. Karena bukan hanya saja menjaga durian dari tangan-tangan manusia yang tak bertanggung jawab, juga dari hewan pemangsa lainnya, seperti monyet dan tupai.

Di pondok itu ada tiga ketapel yang siap melontarkan batu bila hewan hewan ini mendekat. Apalagi musim durian kali ini tidak serentak disemua desa di Kampar dan membuat hewan hewan ini makin ganas. Untuk pembeli, Isap tak pernah khawatir. Karena pedagang durian datang langsung ke kebunnya.

Di samping itu,ada juga warga ingin pesta durian. Mereka datang langsung ke pondok Isap untuk memilih dan menyantapnya. Supaya pesta durian semakin nikmat, istri Isap pun menyediakan ketan dan membuat duriannya laris manis. ***

Editor:
Hanafi Adrian

Kategori : Kampar, Umum
wwwwww