Home > Berita > Siak

Kisah Komaryatin, Guru Perempuan di Siak yang Sering Mengayuh Sepeda Ontel Butut Selama 3 Hari untuk Hadiri Perjalanan Dinas di Pekanbaru

Kisah Komaryatin, Guru Perempuan di Siak yang Sering Mengayuh Sepeda Ontel Butut Selama 3 Hari untuk Hadiri Perjalanan Dinas di Pekanbaru

Komaryatin, saat berfoto dengan mantan Menteri Pendidikan Anies Basweden dalam acara Kepramukaan. (dok: goriau.com)

Selasa, 08 November 2016 14:37 WIB
PEKANBARU, POTRETNEWS.com - Komaryatin, sosok guru yang sudah tak muda lagi, namun kegigihanya dalam menjalankan pekerjaan mulianya, ia tak pernah mengeluh dan tak kenal lelah bak masih berusia muda. Usianya kini sudah 59 tahun mendekati 60. Hampir separoh hidupnya ia abdikan ke dunia pendidikan menjadi tenaga pengajar, ya 30 tahun sudah dia berprofesi sebagai guru. Komaryatin yang lahir di Purwokerto Jawa Tengah, saat ini menjabat sebagai Kepala Sekolah SMU Negeri 1 Dayun Kabupaten Siak, Riau.

SIMAK:

. Kisah Bripka Juni Sukri, Anggota Polres Rohul yang Bertugas di Balik Pegunungan tanpa Jaringan Komunikasi

. Kisah Pahit Lucky Achadi, Warga Pekanbaru yang Menjadi Korban Salah Tangkap Polisi karena Dikira Bandar Narkoba

Menjadi guru adalah cita-citanya dari kecil, meskipun ia saat ini menjabat kepala sekolah, bukan berarti sebuah capaian yang mudah. Bahkan dirinya sempat merasakan perbedaan dengan teman sejawatnya, ketika harus melakukan perjalanan dinas dari Kota Siak ke Pekanbaru. Dirinya bisa menempuhnya selama 3 hari, sedangkan kawan-kawannya hanya butuh waktu 2 jam.

Ya perbedaan waktu jarak tempuh itu, karena antara Komaryatin dan rekannya sangat jauh berbeda. Dirinya hanya mengandalkan sepeda butut yang sumber tenagannya bertumpu pada kaki dan nafasnya. Sementara yang lain menggunakan mobil atau sepeda motor yang dibantu dengan mesin.

Tapi baginya tidak ada yang tak mungkin, meskipun waktu yang berbeda, dia memiliki keyakinan akan sampai di tempat yang sama.

Komaryatin yang lahir di Patikraja, Kabupaten Banyumas Jawa Tengah pada 14 Desember 1957 ini, mengawali jenjang pendidikannya dari madrasah ibtidaiyah, kemudian dilanjutkan ke SMPN 2 Purwokerto. Pada jenjang sekolah menengah, ia pun hijrah ke Surabaya dan belajar di SMA Muhammadiyah, kemudian ia melanjutkan ke Universitas Muhammadiyah Purwokerto, dan terakhir meraih gelar sarjana pendidikan di Universitas Riau.

Dalam perbincangannya Komaryatin mengatakan, rentan waktu 30 tahun ia mengajar, apabila dijalanin dengan penuh kemudahan maka waktu itu terasa cepat, namun jika yang terjadi sebaliknya, maka menjalani hidup dalam rentang waktu tersebut, akan terasa sulit, sangat lama dan menimbulkan rasa lelah.

"Prinsip saya adalah yakin dan jalani apa adanya. Karena sejatinya, manusia dilahirkan tidak bisa memilih kapan dilahirkan, dimana dilahirkan, kondisi orang tuanya kaya atau miskin. Jadi sesuai dengan ajaran orang tua dan agama, saya selalu diajarkan untuk bersyukur dengan apa yang sudah Allah berikan, dan apa yang sudah Allah gariskan," ujar Komaryatin sebagaimana dikutip potretnews.com dari GoRiau.com.

Justru dengan berbagai ujian dan rintangan yang ia hadapi, malah membuatnya terbiasa hidup mandiri, menemukan pengetahuan yang tidak ia dapatkan dari pelajaran sekolah manapun selama ia belajar.

Dia menjalani profesi sebagai guru, bukan karena mengejar finansial semata. Karena menurutnya, petuah para tetua dan pendahulunya, menjadi guru adalah pekerjaan mulia dengan istilah "digugu dan ditiru".

Sejak tahun 1990, Komaryatin resmi menjadi warga Siak dan menjadi guru SMAN I Siak. Saat itu Kota Siak masih masuk dalam bingkai wilayah Kabupaten Bengkalis. Kesejahteraan guru pada tahun 90an jelas jauh berbeda jika dibandingkan dengan kondisi saat ini. Meski tanpa tunjangan profesi atau insentif dari pemerintah kabupaten, ia jalani dengan semangat.

Sebelum di Siak, Komaryatin juga pernah mengajar di SMAN I Selatpanjang. Dan setelah dari SMAN Siak dirinya pindah tugas ke SMAN 2 Dayun dan SMAN I Dayun hingga sampai sekarang.

Sejak kecil Komaryatin memang sudah gemar menulis dan membaca, hobynya itu ia salurkan dengan menulis cerpen ke beberapa media cetak. Setelah menulis disurat kabar itulah, Komaryatin pun terobsesi ingin menjadi penulis buku.

Di sela-sela kesibukannya mengajar dan menjadi Kepala Sekolah, iapun bisa mewujudkan cita-citanya menjadi seorang penulis buku pada tahun 2010 dan berhasil menulis karyanya bertajuk "Semangat Menembus Langit" dan terdaftar di Pustaka Pelajar Jogja.

Kemudian pada tahun 2012, buku berjudul "Remaja-remaja Tangguh" berhasil diterbitkan Nuansa Cendikia Bandung. Dan tahun 2013, buku Kasih Ibu dengan penerbit yang sama. Tahun ini tepatnya 1 September 2016, Komaryatin juga berhasil menulis satu buku yang berisi petuah serta pengalaman hidupnya dengan judul "Masih Ada Pintu Lain".

Komaryatin yang sudah dikaruniai 3 orang anak, dan satu tahun lagi massa pensiun dari PNS, masih memiliki cita-cita ingin menjadi penulis.

Dia pun berharap, agar generasi penerus dan para calon guru khususnya di Riau, untuk terus belajar pantang menyerah. Karena prinsipnya, kesuksesan tidak bisa dicapai dengan instan dan spontan. Kesuksesan harus dilandasi kerja dengan semangat dan kerja keras tanpa ada mengenal lelah. ***

Editor:
Fanny R Sanusi

Kategori : Siak, Umum, Peristiwa
wwwwww