Home > Berita > Rohil

Di Bagansiapiapi, Eks Pengawal Abu Bakar Ba'asyir Berbagi Kisah Kehidupan Teroris, Amrozi, Umar Patek dan Imam Samudra

Di Bagansiapiapi, Eks Pengawal Abu Bakar Baasyir Berbagi Kisah Kehidupan Teroris, Amrozi, Umar Patek dan Imam Samudra

Ustadz Abdurrahman Ayyub (tengah) menyampaikan strategi memerangi ISIS, di Pekanbaru, Sabtu (30/1/2016) lalu.

Jum'at, 18 Maret 2016 15:05 WIB
BAGANSIAPIAPI, POTRETNEWS.com - Mendapatkan pendidikan tempur selama 15 tahun di Afghanistan, Penasihat Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Ustadz Abdurrahman Ayyub berbagi pengalaman dengan masyarakat Kabupaten Rokan Hilir (Rohil), Riau, Kamis (17/3/2016) malam. Kegiatan yang dilaksanakan di Mesjid Agung Rohil mengangkat tema menangkal paham radikalisme di tanah Melayu.

Abdurrahman Ayyub yang merupakan Alumnus Akademi Militer (Akmil) Mujahidin Afghanistan Kamp Ijtihad Islami Abdul Rasul Sayaf ini mengaku tak setuju jika Indonesia dijadikan negara perang. Padahal, sebelum bertobat, dia menganggap Indonesia negara kafir dan pemimpinnya adalah toghut. Untuk itu, di dalam pikiran pria yang memiliki delapan anak itu, seluruh polisi di Indonesia adalah menjadi targetnya.

"Pulang dari Afghanistan, dalam pikiran tindakan saya hanya hit and run. Makanya saya tidak pernah tinggal di rumah tapi berdiam di pohon sawit. Itu di tahun 1992," kata Ayub.

Sejak bergabung dengan Jamaah Islamiyah (JI), Ayyub kala itu masih duduk di kelas II STM Boedi Oetomo Jakarta. Di usia yang 17 tahun kala itu, dia ikut pengajian. Kemudian ia mengenal sejumlah petinggi Jamaah Islamiyah.

Kemudian dia menempuh ilmu kemiliteran di Afghanistan selama lima tahun. Di sana, selain jago bertempur melawan Uni Soviet (Rusia), Ayyub juga seorang pengajar Akmil para milisi JI pimpinan Osama bin Laden. Sejumlah murid-muridnya asal Indonesia yang sudah ”terkenal” antara lain Amrozi dan Imam Samudra. Untuk menjadi seorang pengajar, kata Ayub, mereka harus diambil dari murid yang cerdas dan berbakat.

"Imam Samudra adalah anak didik saya yang paling cerdas. Kalau sedang menerangkan dia sering mengantuk menandakan dia seorang yang cerdas. Termasuk Umar Patek, dia itu menguasai 30 jenis racun. Ia bisa membuat racun dari bahan alam. Ia menguasai berbagai jenis peledakan high explosive dengan memanfaatkan material yang ada di sekitarnya. Bahkan menguasai 8 bahasa asing," beber Ayub yang membuat terpukau jemaah.

Karena dianggap berharga, kata Ayub, kepala Umar Patek dihargai 1 juta dolar Amerika. Soal bertempur dan merakit bom, bagi Ayyub sudah bukan hal asing lagi. "Sambil merem aja bisa bikin bom," kata Ayub tersenyum.

Berkecimpung di JI selama lima tahun Ayub bergerak menuju Sabah, Malaysia, dia menginap di rumah Hambali. Ayyub juga bertugas sebagai penghubung atau kurir bagi mujahidin yang hendak berlatih ke Moro, Filipina, melalui jalur Malaysia.

"Saya pernah mengirim Umar Patek, Abu Tolut dan banyak lagi," sebut eks pengawal pribadi Ustadz Abu Bakar Ba'asyir.

Karena dinilai mahir dalam berdakwah, Ayyub juga pernah ditugaskan oleh petinggi jalan ke Australia. Di sana, ia menjabat sebagai pentolan Jamaah Islamiyah kekuatan ekonomi dan politik.

Ia menceritakan, kasus bom Thamrin adalah teroris kacangan. Yang korban adalah tukang pijit Maman Abdurrahman yang dikerangkeng di Nusa Kambangan. Di dalam jaringan teroris, ada semacam proposal pendanaan.

"Makanya yang korban adalah teroris kacangan dengan dalih bahwa dia sudah bekerja dengan cara menunjukkan aksi. Dan perlu pendanaan untuk menggalang aksi yang lebih besar," ungkapnya.

Selama di Afghanistan, keberadaan Ayyub tidak satu pun yang tahu. Termasuk orang tuanya sendiri. Bahkan orang tuanya meninggal juga ia tidak peduli. Bahkan ia pernah bermimpi orang tuanya, dianggap merupakan gangguan setan.

Tidak hanya itu, Jihadis Al Wari membunuh orang tuanya serta menjadikan tempurung kepala bapaknya untuk dijadikan cangkir kopi. Itu ungkapan bagi jihadis bahwa bapaknya saja dibunuh apalagi orang lain.

"Memang akal sehat kami sudah hilang saat itu. Asalkan tidak seakidah, membunuh itu halal," katanya.

Dia mengungkapkan, seluruh senjata militer sudah pernah digunakan untuk berperang. Para jihadis berdoa supaya Indonesia menjadi negara perang agar mereka bisa berjihad dan matinya akan dijemput oleh bidadari.

Dia mengungkapkan, pecahan Jamaah Islamiyah yang paling berbahaya adalah pendukung Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). "Mereka sangat kasar dan sangat berlebihan. Kalau tidak mau dibaiat, mereka akan membuat sesukanya menghilangkan nyawa orang," kata Ayyub yang menyebutkan keponakannya juga masuk dalam jaringan ISIS.

Dalam acara tabligh akbar, Ustadz Abdurrahmah Ayub juga didampingi AKP Novaldi dari Polresta Pekanbaru dan Ustadz Abdurrahman Keken. ***

(Mukhlis)
Kategori : Rohil, Umum
Sumber:GoRiau.com
wwwwww