Sedikit Cerita Unik dari Seorang Pelatih Panahan Riau

Sedikit Cerita Unik dari Seorang Pelatih Panahan Riau

Pelatih panahan Riau, Muslim, saat mengawasi anak asuhnya berlatih. (foto: dok)

Senin, 28 Desember 2015 13:49 WIB
Mukhlis Wijaya
PEKANBARU, POTRETNEWS.com - Barangkali tidak banyak yang mengetahui jika sosok yang telah mencetak pemanah-pemanah ulung di Riau ini, dulunya adalah pelatih softball. Perjalanan Muslim AMd, begitu nama lengkap pria berpostur tinggi menjadi pelatih yang dipercaya Pengurus Provinsi Persatuan Panahan Indonesia (Pengrov Perpani), tergolong unik dan zig-zag.

Betapa tidak, Muslim yang telah menoreh prestasi gemilang di cabang olahraga (cabor) panahan, belasan tahun silam, tepatnya 1992, justru tercatat sebagai pelatih tingkat nasional sofball. Pada Tahun 2000, dia masih sempat membawa atlet sofball Riau bertarung di Pekan Olahraga Nasional (PON) di Surabaya.

"Memang saya tidak langsung terjun di panahan, tapi berawal di cabor sofball, sempat ikut serta ke PON tahun 2000 silam," katanya saat berbincang dengan potretnews.com, di Pekanbaru, Senin (28/12/2015) siang.

Muslim menuturkan, 4 tahun usai mengikuti PON di Surabaya, sekitar 4 tahun berjalan, dia sempat menarik diri dari hiruk-pikuk aktivitas olahraga dan beralih profesi sebagai pemilik toko bangunan di Pangkalankerinci, Kabupaten Pelalawan.

Perjalanan waktu, bisnis yang dikelola rupanya tak menguntungkan, malah justru mengalami kebangkrutan. Di tengah kegalauan didera problem ekonomi, pada 2004, Ketua Harian KONI saat itu, Yuherman Yusuf (YY), dan petinggi lain yang kini menjabat Ketua Umum KONI, Emrizal Pakis, meminta Muslim untuk kembali aktif mengembangkan dunia olahraga Bumi Lancang Kuning.

Tanpa pikir panjang, tawaran tersebut langsung direalisasikan dan pada tahun 2004 merupakan awal pertama kali mengembangkan cabor panahan.

"Pada saat itu, orang mengatakan Muslim ’orang gila’. Sebab di satu sisi sebagai atlet, tetapi juga sebagai pengurus panahan, bahkan saat pertandingan merangkap sebagai manajer," tutur pria kelahiran Pekanbaru 16 Juli 1970.

Berkat kegigihan, secara perlahan, Panahan Riau mulai tumbuh dan berkembang hingga saat ini. Dari situ, orang-orang mulai melirik untuk menjadi pengurus, tapi tidak mau mengurusi panahan tersebut. Arti kata, namanya hanya tercantum dalam surat keputusan (SK) saja.

"Saya punya tanggung jawab moral ’mempertahankan’ panahan ini agar tidak diganggu orang tidak bertanggung jawab. Karena, sedikit banyaknya saya merasa pernah ikut andil membesarkannya. Jadi tidak ada salahnya,” kata Muslim yang pada 2004 telah menjadi wasit nasional, pelatih nasional (2008), dan mengikuti penataran pelatih di Korea (2010).

Muslim yang sehari-hari beraktivitas sebagai guru olahraga di SMP Muhammadiyah Bangkinang, Kabupaten Kampar, menyebut jika keputusannya menjadi pelatih bukan sekadar mencetak atlet, tetapi berupaya ambil bagian menyelamatkan generasi muda dari pergaulan bebas, narkoba dan tindakan negatif lainnya.

Dia mengaku, kegiatannya melatih tidak mengganggu tugas pokoknya sebagai guru. Karena, dia bisa menyiasati waktu kapan saatnya mengajar di sekolah, melatih atlet dan meluangkan waktu bersama keluarga. Apalagi istrinya salah seorang atlet panahan Riau.

"Saya berharap ke depan, pahanan Riau yang sedikit banyaknya sudah menuai hasil hingga kancah nasional, bisa masuk ke porwil (pekan olahraga wilayah) dan sekaligus Pospenas (Pekan Olahraga dan Seni Pondok Pesantren Nasional). Karena cabor panahan ini berkaitan sunah Rasulullah SAW. Untuk menuju ke arah itu, memang tidak semuda membalikan telapak tangan. Tentu harus ada dukungan Dispora, KONI serta pengurus Perpani," ujarnya. ***

Kategori : Pekanbaru, Sport
wwwwww