Kisah Ustadz Kondang Koko Liem Jadi Mualaf: Sejak Sekolah di Dumai-Duri Selalu Ikut Pelajaran Islam dan Diusir Ayahnya yang Aktivis Kelenteng

Kisah Ustadz Kondang Koko Liem Jadi Mualaf: Sejak Sekolah di Dumai-Duri Selalu Ikut Pelajaran Islam dan Diusir Ayahnya yang Aktivis Kelenteng

Koko Liem, yang menyelesaikan pendidikan SD-SMP di Kota Dumai dan Duri, Riau.

Selasa, 05 Januari 2016 09:31 WIB
DUMAI, POTRETNEWS.com - Hafizh atau Koko Liem (Lahir dengan nama Liem Hai Thai di Kota Dumai, Riau, 17 Januari 1979; umur 35 tahun) adalah seorang ustadz etnis Tionghoa, dari sepasang suami istri berdarah Tionghoa, Liem Guanho dan Laihua. Ia juga juga seorang Pengasuh Pondok Pesantren Pembinaan Muallaf “Sheng Hoo Budaya” Sentul Selatan Bogor Jawa Barat. Koko Liem merupakan anak ketujuh dari sepuluh bersaudara.

Sejak kecil ia dididik dalam keluarga pemeluk agama Budha yang taat. Bahkan ayahnya adalah seorang aktivis kelenteng. Menjelang Maghrib, keluarga ini termasuk Liem kecil secara rutin sembahyang untuk menyembah pay pekkong (arwah leluhur dari orang-orang terkenal).

Namun lelaki Tionghoa itu sangat bersyukur mendapatkan hidayah Allah hingga masuk Islam sejak usia 15 tahun. Setelah masuk Islam pada 21 Juli 1994, Utsman yang biasa dipanggil Koko Liem itu terus mendalami agama barunya dan memutuskan untuk untuk berdakwah.

Keislaman Koko Liem tidak didapat secara instan. Saat duduk di kelas dua sekolah dasar negeri, Koko Liem mulai mengenal Islam, baik melalui lingkungan tempat tinggalnya maupun di sekolah. Saat ada pelajaran agama Islam, tak seperti anak-anak non-Muslim lain di SD-nya, Koko Liem memilih tidak keluar kelas saat pelajaran agama Islam berlangsung.

Koko Liem kecil senang mendengarkan kisah nabi-nabi oleh guru agama Islam di sekolahnya. Sebab ketertarikannya akan kisah-kisah para nabi itu menggiringnya untuk mengenal Islam lebih dalam. Sejak saat itu, Koko Liem terus mengikuti pelajaran agama Islam dan selalu hadir dalam setiap acara peringatan hari besar Islam di sekolahnya.

Meski demikian, setiap petang ia tetap bersembahyang bersama keluarga di rumah untuk menyembah pay pekkong. Walaupun beragama Budha, kecintaannya terhadap Islam pun semakin terpupuk. Ditambah suara adzan yang didengarnya setiap hari dan takbir menjelang Idul Fitri, makin menggetarkan sukmanya hingga membuatnya meneteskan air mata.

Setelah masuk SMP Syeikh Umar – Dumai Riau, Koko Liem tetap melanjutkan tradisi tidak mau meninggalkan ruang kelas saat ada pelajaran agama Islam, ia belajar di sekolah ini karena sekolah ini mau menerima murid yang berasal dari agama lain.

Koko Liem kemudian memanfaatkan kesempatan mengikuti pelajaran agama Islam itu sebaik-baiknya. Ia berusaha membandingkan agama Islam dengan agama yang dipelajari dan dianutnya, yaitu Budha. Pasalnya, setiap minggu ia juga harus tetap ke wihara untuk belajar agama Budha dan mendapatkan nilai agama itu, yang kemudian diserahkan ke pihak sekolah.

Saat mengikuti agama Islam, Koko Liem sangat terkesan dengan kisah Nabi Ibrahim a.s. Kegundahan mulai merasuki batin Koko Liem. Setelah berkonsultasi kepada kakaknya Muhammad Abdul Nashir (Liem Hai Seng) yang lebih dulu masuk Islam, akhirnya ia memutuskan untuk menjadi mualaf ketika naik kelas kelas 3 SMP.

Setelah masuk Islam, kehidupan Koko Liem tak serta merta membaik. Justru sebaliknya, ia harus pindah dari Dumai ke Duri, Riau. Sebab, ayahnya sangat marah dan mengusirnya dari rumah. Sejak itu ia diasuh oleh seorang ulama Riau bernama KH. Ali Muchsin. Pengasuh Pondok Pesantren Jabal Nur di Kandis, Riau itulah yang mendorong tekadnya untuk menjadi da’i. Kemana pun Ali Muchsin berdakwah, putra aktivis kelenteng Budha yang bermata sipit dan berkulit putih itu berusaha untuk bisa mengikutinya. Koko sangat senang mendengarkan gurunya itu memberikan materi ceramah.

Latar belakang pendidikan formal Koko Liem diawali di SD 14 Dumai Barat, Riau, SMP Islam Mutiara Duri Riau pada 1995. Untuk mewujudkan niatnya terjun ke jalur dakwah, Koko Liem melanjutkan pendidikannya ke Pondok Pesantren Daar El Qolam, Balaraja Banten sejak 1995 hingga 1999. Setamatnya dari Pondok Pesantren Daar El Qolam,Balaraja Banten, ia kembali melanjutkan di Pondok Pesantren Tahfizul Qur’an Raudhatul Muhsinin, Malang Jawa Timur.

Pada tahun 2001, ia melanjutkan studinya ke Fakultas Tarbiyah, Jurusan Pendidikan Agama Islam Perguruan Tinggi Ilmu Al-Qur’an (PTIQ) Lebak bulus Ciputat hingga lulus 2005. Dan pada 2005-2008 kembali melanjutkan studi S2 nya di Perguruan Tinggi Ilmu Al-Qur’an (PTIQ) dengan mengambil Jurusan Konsentrasi Ilmu Tafsir.

Pada tahun 2001, Koko Liem dianugerahi jodoh dan menikah dengan Ima Ismawati, SThi, seorang hafidzah alumni Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta. Dari pernikahannya, Koko Lim kini dikaruniai dua orang putri.

Dakwah merupakan kewajiban bagi setiap Muslim, hal itu telah jelas dituangkan dalam Al-qur’an dan juga pada hadits. Ketertarikan Koko Liem dalam dunia dakwah semenjak ia sebelum hijrah ke agama islam. Karena ayahnya itu seorang aktivis kelenteng atau suhu yang juga seorang orator yang berdakwah di rumah-rumah agama Budha seperti di kelenteng dan wihara. Dari situlah ia sering memperhatikan ayahnya berceramah tetapi yang jelas di bidang agamanya sendiri.

Ketertarikannya akan kisah-kisah nabi itu menggiringnya untuk mengenal Islam lebih dalam. Setelah memutuskan untuk menjadi seorang mualaf, Koko Liem pun banyak mendalami agama Islam dan memutuskan untuk berdakwah. Sejak duduk di bangku kuliah, Koko sudah mulai berdakwah. Namun kesempatannya untuk meluaskan wilayah dakwah, ia dapat setelah mengikuti kompetisi da’i di salah satu stasiun televisi di Jakarta.

Awalnya Koko Liem tidak berminat untuk mengikuti kompetisi itu karena menurutnya untuk apa da’i dilombakan. Tetapi karena dorongan teman-teman kuliahnya akhirnya Koko Liem ikut, teman-teman Koko beranggapan Koko Liem mempunyai bakat untuk itu. Dengan niat Lillahi Ta’ala untuk berdakwah tanpa memikirkan polling SMS atau menang dan kalah, ia ikut berkompetisi dalam acara Dai atau Dakwah TPI.

Meskipun berhasil menjadi finalis, Koko Liem gagal menembus lima besar Dai TPI 2005. Namun hal tersebut tak menyurutkan langkahnya untuk berdakwah. Sejak saat itu, kesempatan dakwahnya justru makin besar karena sudah banyak orang mengenalnya dan memnaggilnya untuk mengisi ceramah di pengajian-pengajian.

Kiprah dan pengalamannya dalam dunia dakwah tak diragukan lagi karena ia berceramah bukan hanya dari mimbar-ke mimbar tetapi ia sering tampil untuk berdakwah di berbagai media massa & radio . Koko juga sering tampil di berbagai acara di Televisi yang bernuansa islami, seperti Pencerahan rohani di TPI, SCTV, Indosiar, Trans Tv,Trans 7, Tv One, TVRI. Ia juga pernah menjadi Peran Kiyai di Sinetron Kiamat Sudah Dekat 3 SCTV 2007 dan lain-lain.

Aktivitas dakwah Koko Liem yang mempunyai nama Islam Muhammad Ustman Anshori, SQ, MA mulai tahun 2004 aktif mengisi pengajian di beberapa majelis taklim. Misalnya setiap Senin pagi ia mengisi pengajian di Masjid Lembaga Pemasyarakatan Cipinang, Jakarta. Jamaahnya mencapai 250 orang.

Setiap Jum’at malam, ia mengisi pengajian di Rumah Sakit Ketergantungan Obat (RSKO) Cibubur, Jakarta Timur. Belum lagi, setiap hari ia diundang untuk mengisi pengajian di beberapa majelis taklim baik di Jakarta maupun di luar kota. Selain sibuk berdakwah, hampir setiap hari juga mengajar anak-anak membaca Al-Qur’an serta ilmu agama Islam lainnya seperti fikih, tafsir, akhlak. Dan menjadi Pengasuh Pondok Pesantren Pembinaan Muallaf “Sheng Hoo Budaya” Sentul Selatan Bogor Jawa Barat.

Dalam penyampaian dakwahnya Koko Liem tidak pandang bulu, seharusnya da’i dapat menyesuaikan dengan kondisi masyarakatnya serta harus tetap menjaga profesionalisme dan mempunyai manajemen yang bagus, hal ini untuk menunjukkan contoh kebaikan islam sehingga islam terkesan profesional.

Ustadz Koko Liem yang akrab dengan berbagai perkembangan teknologi ini, berpendapat bahwa berdakwah tidak mesti di atas mimbar, dipanggung atau diundang ke suatu pengajian. Segala tempat dan cara di bumi ini bisa dijadikan media dakwah untuk menyebarkan Islam dan memperdalam keislaman jamaah.

Hal ini terbukti, Koko Liem menggunakan dakwahnya lewat pesan-pesan bijak langsung lewat Handphone, seperti ketik REG (SPASI) LIEM kirim ke 3477, yang bernama SMS Lampion Hati Seputar Tips Keluarga Sakinah, Panduan untuk Mualaf dan Tips Mencari Pasangan Secara Islami dan juga Ring Back Tone ( Nada Sapa I-Ring) yang berisi Tausiyah yang dibawakan olehnya. Salah satu karya dakwah yang efektif di zaman yang serba canggih di dunia telekomunikasi. ***

Profil Koko Liem
• Nama Muslim : Muhammad Utsman Anshori, SQ Al – Hafizh
• Nama Tionghoa/sebelum muslim : Liem Hai Thai
• Nama Akrab : Koko Liem
• Masuk Islam : 21 Juli 1994 di Duri-Riau

Riwayat Pendidikan
• Tahun 1995-1999, Pondok Pesantren Daar el Qolam Gintung, Banten
• Tahun 1999-2001, Pondok Pesantren Tahfizhul Qur’an Raudhatul Muchsinin, Malang – Jawa Timur
• Tahun 2001-2005, S1 Pendidikan Agama Islam, Institut Perguruan Tinggi Ilmu Al Qur’an (PTIQ) Jakarta Selatan
• Tahun 2005-2008, S2 Konsentrasi Ilmu Tafsir, Institut Perguruan Tinggi Ilmu Al Qur’an (PTIQ) Jakarta Selatan

Penghargaan
Tahun 2006, Finalis Mimbar Da’i di TPI

Kegiatan
• Tahun 2007, Bintang Iklan Promag di SCTV, TPI, INDOSIAR
• Tahun 2007, Peran Kiyai di Sinetron “Kiamat Sudah Dekat 3? di SCTV
• Tahun 2007, Komentator Tassahur di INDOSIAR
• Tahun 2008, Presenter Program “Negeri Curhat” di TPI
• Pencerahan Rohani di TPI, TVRI, INDOSIAR, TRANS TV, TRANS 7, TV One & Elshinta
• Pengasuh Pondok Pesantren Pembinaan Muallaf “Shengho Budaya” Sentul Selatan – Jawa Barat

Sumber:
Wikipedia.com

(Akham Sophian)
Kategori : Profil
wwwwww