Guru dari KH Hasyim Asy'ari dan KH Ahmad Dahlan, Ini Orang Indonesia Pertama Jadi Imam Besar di Masjidil Haram!

Guru dari KH Hasyim Asy'ari dan KH Ahmad Dahlan, Ini Orang Indonesia Pertama Jadi Imam Besar di Masjidil Haram!

Ulama besar Indonesia asal Minangkabau ini satu-satunya imam besar Masjidil Haram yang bukan keturunan Arab. (foto: goodnewsfromindonesia.org/bintang.com)

Rabu, 16 Desember 2015 14:06 WIB
JAKARTA, POTRETNEWS.com - Selama ini kamu mengetahui hanya orang Arab sajalah yang bisa menjadi imam besar di Masjidil Haram, Arab Saudi. Namun tahukah kamu, ternyata warga Indonesia tepatnya putra Minangkabau, Sumatera Barat pernah didapuk sebagai imam, khatib, sekaligus guru besar di sana? Pasti penasaran, siapa orang luar biasa ini. Dia Syekh Ahmad Khatib Al-Minangkabawi Rahimahullah. Yuk kita berkenalan dengan sosok beliau. Syekh Khatib menjadi imam besar di Masjidil Haram sekaligus mufti bermahzab Syafi'i yakni ulama yang memiliki wewenang untuk memberikan fatwa pada umat di akhir abad ke-19. Dia berdarah Koto Gadang, desa yang dikenal memiliki keunikan dan warganya sangat intelek ada zaman kolonialisme. Syekh Khatib lahir di Sumatera Barat pada 26 Juni 1860. Dia pergi ke Kota Makkah di saat usianya masih sangat muda, 9 tahun!

Saat di Makkah, dia berguru dengan beberapa ulama terkemuka. Saking fasihnya, Syekh Khatib merupakan tiang tengah dalam mahzab Syafi'i ini. Muridnya sungguh banyak. Ratusan ribu orang datang kepadanya saban hari minta diajarkan fiqih Syafi'i. Dua di antara muridnya pasti kamu kenal. Mereka adalah Kyai Haji Hasyim Asy'ari yang mendirikan organisasi Nahdatul Ulama, dan Kyai Haji Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah.

Selain menguasai ilmu fiqih, Syekh Khatib juga menguasai sejarah, aljabar, ilmu falak, berhitung, serta geometri. Canggih banget, ya. Syekh Khatib kecil belajar agama pada sang ayah, Syekh Abdul Lathif. Sejak kecil beliau sudah khatam dan hafal beberapa juz dalam Alquran. Mantap abis!

Syekh Khatib yang jadi imam besar pertama di Masjidil Haram asal Minangkabau ini akhirnya menghembuskan nafas selama-lamanya pada 13 Maret 1916. Meski demikian namanya masih terngiang terutama di kalangan santri dan penerus mazhab Syafi'i. Kita sebagai bangsa Indonesia turut bangga dengan nama besar beliau. Apalagi beliau masih fasih berbahasa minang meski lama di Makkah. Luar biasa, salut! ***

(Akham Sophian)
Kategori : Profil
Sumber:Bintang.com
wwwwww