Pernah Permalukan Pengusaha yang Mau Menyogoknya, Gubernur Jujur Ini hingga Akhir Hayatnya Tak Punya Rumah

Pernah Permalukan Pengusaha yang Mau Menyogoknya, Gubernur Jujur Ini hingga Akhir Hayatnya Tak Punya Rumah

Brigadir Jenderal Polisi Kaharoeddin Datuk Rangkayo Basa. (foto: merdeka/hasril chaniago/khairul jasmi)

Jum'at, 11 Desember 2015 23:38 WIB
JAKARTA, POTRETNEWS.com - Pilkada Serentak 2015 sudah selesai dilakukan. Semoga saja pemimpin yang terpilih amanah dan antikorupsi. Jangan sampai setelah menang malah sibuk mengumpulkan duit negara buat bayar hutang pas kampanye. Sudah bukan rahasia lagi kepala daerah sering didatangi pengusaha. Selain bincang-bincang soal proyek, para pengusaha juga kerap memberi hadiah.

Namun kisah seorang gubernur jujur dari Sumatera Barat ini layak jadi teladan. Dia bikin malu pengusaha yang mau menyuapnya. Brigjen Polisi Kaharoeddin diangkat menjadi gubernur pertama Sumatera Barat tahun 1958. Dia terkenal bersih dan tegas.

Ceritanya, seorang rekanan pemprov datang berkunjung ke kantor Kaharoeddin. Setelah berbasa-basi, pengusaha itu pulang dengan meninggalkan sebuah kotak roti. Setelah diperiksa, ternyata isinya uang. Kaharoeddin terkejut. Dia segera memanggil ajudannya.

"Kembalikan uang ini pada pengusaha yang menemui saya tadi. Bilang kalau mau menyumbang bukan sama gubernur, tapi ke jawatan sosial," kata Kaharoeddin tegas.

Ajudannya melongo melihat kejujuran bosnya. Dia pun segera berlari menjalankan apa yang diperintahkan Kaharoeddin. Pengusaha itu dibikin malu. Dia baru sekali melihat ada gubernur yang tak doyan duit. Entah terbuat dari apa, hati yang jujur milik Kaharoeddin itu.

Kisah ini dituliskan dalam buku Brigadir Jenderal Polisi Kaharoeddin Datuk Rangkayo Basa, Gubernur di Tengah Pergolakan, terbitan Pustaka Sinar Harapan tahun 1998. Tak heran, Kapolri Jenderal Awaloeddin Djamin merekomendasikan buku biografi tentang Kaharoeddin ini sebagai salah satu bacaan wajib bagi perwira polisi.

Bukan ini saja keengganan Kaharoeddin berurusan dengan pengusaha dan suap. Saat anaknya menikah, Kaharoeddin tak mau menggunakan fasilitas gubernuran. Dia tegas membedakan mana fasilitas dinas dan mana keperluan pribadi.

Kaharoeddin pun meminta agar tak ada pengusaha yang diundang dalam pernikahan anaknya. Kaharoeddin tahu, celah-celah seperti ini akan dimanfaatkan para pengusaha untuk mendekati dirinya.

Hingga akhir hayatnya, Kaharoeddin tak punya rumah pribadi. Karena kejujuran dan kesederhanaannya Kaharoeddin yang menjabat gubernur Sumbar tujuh tahun ini tak punya cukup uang untuk beli rumah.

Kisah ini bukan pencitraan. Bukan karena lagi disorot media. Semoga masih ada orang hebat dan jujur seperti Pak Kaharoeddin. ***

(Reihan Irfan)
Kategori : Profil
Sumber:Merdeka.com
wwwwww