”Bermarkas” di Batam, Sindikat Penipu Asal China Beraksi dengan Berpura-pura Jalin Hubungan Mesra dengan Para Lorbannya lewat Video Call

”Bermarkas” di Batam, Sindikat Penipu Asal China Beraksi dengan Berpura-pura Jalin Hubungan Mesra dengan Para Lorbannya lewat <i>Video Call</i>

Gambar hanya ilustrasi, tidak terkait dengan berita. (F-INEWS.id)

Jum'at, 01 September 2023 08:26 WIB
JAKARTA, POTRETNEWS.com — Kepolisian Indonesia belum lama ini menggerebek markas sindikat penipu asal China yang beroperasi di sebuah kawasan industri di Batam, Kepulauan Riau. Sebanyak 88 WNA, terdiri dari 83 pria dan 5 wanita, diduga melakukan penipuan dengan memanipulasi korbannya secara emosional melalui hubungan romantis palsu yang terjalin secara online. Meskipun beroperasi di Batam, Indonesia, target utama sindikat ini adalah warga China, termasuk pejabat publik di Negeri Tiongkok. Pihak kepolisian masih melakukan penyelidikan lebih lanjut untuk memastikan apakah ada korban lain dari Indonesia.

Polisi sebelumnya mengatakan banyak penipu pindah beroperasi ke Indonesia dan negara-negara Asia Tenggara lainnya setelah China menangkap jaringan mereka yang beroperasi di dalam negeri. Juru Bicara Kepolisian Riau, Zahwani Pandra Arsyad, yang berbicara kepada AFP, mengungkap modus para tersangka yang berpura-pura menjalin hubungan mesra dengan para korbannya lewat video call.

Pelaku yang berjenis kelamin perempuan diduga merayu para korban sebelum meminta mereka melakukan aktivitas seksual secara daring, sementara tersangka lainnya merekam video tersebut. Para tersangka kemudian diduga memeras korbannya, mengancam akan menyebarkan video tersebut di media sosial jika korban menolak mengirimkan uang.

Arsyad mengatakan seperti dilansir laman cnbcindonesia.com, para anggota sindikat tersebut datang dari China ke Indonesia selama tiga bulan sejak bulan Januari, dengan menggunakan visa turis. Dalam sebuah laporan pada Rabu lalu, Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia mengatakan sindikat penipu telah memaksa ratusan ribu orang di Asia Tenggara untuk terlibat dalam aksi kriminal online, termasuk penipuan cinta, penawaran investasi palsu dan perjudian ilegal.

Kepolisian Indonesia pada 2017 lalu menangkap 419 warga negara China dan Taiwan yang terlibat dalam sindikat penipuan telepon dan penipuan investasi online.***

Editor:
Abdul Roni

Kategori : Hukrim
wwwwww