Home > Berita > Umum
*LAMR Taja Seminar Pantun Serumpun di Bengkalis

Menjadikan Pantun Bagian Integral dalam Kehidupan Melayu

Menjadikan Pantun Bagian Integral dalam Kehidupan Melayu

Timbalan Ketua Umum MKA LAMR Provinsi Riau, Datok Syaukani Alkarim saat memberikan sambutan pada Seminar Pantun Serumpun. (F-POTRETNEWS.com/JUNAIDI USMAN)

Selasa, 20 Desember 2022 09:36 WIB
JUNAIDI USMAN

BENGKALIS, POTRETNEWS.com – Lembaga Adat Melayu Riau (LAMR) Provinsi Riau bekerja sama dengan LAMR Kabupaten Bengkalis menggelar Kenduri Pantun Serumpun dalam bentuk Seminar Pantun, Senin (19/12/2022) kemaren.

Acara yang digelar di ruang pertemuan lantai I LAMR Kabupaten Bengkalis ini diikuti puluhan pelajar dan mahasiswa. Mereka berasal dari SMAN 1, SMAN 2 dan SMAN 3 Bengkalis dengan kuota masing-masing sekolah 10 orang, serta dari Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Bengkalis yang berjumlah 20 orang.

Seminar Pantun ini sendiri berlangsung menarik. Para narasumber memaparkan tentang nilai luhur yang ternyata ada dalam tradisi pantun ini. Hal tersebut sebagaimana yang disampaikan Sumantari, yang menjadi salah seorang pemantik atau narasumber. Menurutnya, jika merujuk pada pantun orang-orang dulu, ada dua kata yang mesti jadi pedoman, yakni ranggi dan bernas.

“Ini menggambarkan bahwa orang-orang Melayu tempo dulu memang betul-betul hidupnya santun dengan pantun, hidupnya teratur dengan pantun, dan betul-betul punya pikiran jernih. Padahal orang-orang tua kita dulu belum tahu tulis baca, tapi pantunnya penuh makna,” ulasnya.

“Misalnya pantun yang berbunyi, “kalau ada sumur di ladang, boleh kita menumpang mandi”. Tak semua ladang itu ada sumur dan belum tau orang yang punya ladang itu memberi izin kita mandi. Begitulah umur yang ada pada kita, bila kita bisa berjumpa lagi tak ada yang pasti,” terang Sumantari lagi dengan dialek Melayu Pesisirnya.

Hal senada juga diungkapkan Datok Seri Muda Sempena Negeri H Riza Pahlevi. Pemantik atau narasumber yang tampil pada sesi pertama ini menyampaikan tentang nilai-nilai tunjuk ajar di dalam Pantun Melayu.

“Kalau hendak menjadi orang, tunjuk ajar janganlah kurang, kalau hendak menjadi orang, tunjuk ajar hendaklah pegang, kalau hendak menjadi orang, tunjuk ajar jangan dibuang. Dalam masyarakat Melayu khususnya Kabupaten Bengkalis, kita selalu diberikan pedoman, tuntunan oleh orang-orang tua kita dalam berkehidupan. Ungkapan yang saya sampaikan tadi itu menggambarkan bagaimana posisi tunjuk ajar Melayu yang mengandung petuah, petunjuk, nasehat, amanah, pengajaran yang menjadi pedoman, panutan, menjadi penuntun, pegangan bagi masyarakat Melayu dalam menjalani kehidupan,” jelasnya.  

Diutarakan Datok Riza Pahlevi bahwa dari orang tua pasti ada pemindahan pengetahuan, pemindahan pengalaman yang tidak kita sadari. Hal inilah yang akan membentuk kita. Kepribadian seperti ini yang perlu dibentuk dan tunjuk ajar jadi panutan agar kita menjadi kuat menghadapi tantangan zaman, menghadapi efek negatif daripada kemajuan teknologi.

“Tunjuk ajar itu segala jenis petuah, petunjuk, nasehat, amanah, petuah, suri tauladan yang disampaikan dalam bentuk ungkapan-ungkapan,” terang Datok Riza Pahlevi yang pernah menjadi Ketua DPRD dan Wakil Bupati Bengkalis ini.

Sementara itu, Timbalan Ketua Umum Majelis Kerapatan Adat (MKA) LAMR Provinsi Riau, Datok Syaukani Alkarim, dalam sambutannya mengungkapkan bahwa kegiatan Seminar Pantun Serumpun ini sengaja digelar untuk memahami generasi muda hari ini yang sebetulnya sedang berada di persimpangan jalan.

Dikatakannya, serbuan-serbuan budaya asing dengan begitu mudah sampai kepada generasi muda. Tidak hanya di Bengkalis, tidak hanya di Riau, tetapi juga di Indonesia secara umum. Serbuan-serbuan yang datang dari semua tempat ini, membuat banyak generasi muda yang lupa kepada khazanah, kekayaan, kearifan yang muncul dalam wilayahnya masing-masing. Banyak anak-anak muda yang sudah lupa dengan bagaimana tata cara berpantun yang baik, lupa dengan bagaimana cara bertindak sebagai makhluk Melayu dalam kebudayaannya.

“Hal ini tentu menjadi dasar keprihatinan kita, dan kita LAMR mencoba untuk membuat terobosan-terobosan dalam rangka mengembalikan jati diri anak-anak kita. Apa yang kita lakukan pada hari ini adalah bagaimana nilai-nilai pantun, nilai-nilai tunjuk ajar dalam pantun, sekaligus bagaimana teknik berpantun itu dapat dilakukan,” beber Datok Syaukani.

Dilanjutkan Syaukani, pantun kini sudah ditetapkan sebagai warisan dunia tak benda. Di mana-mana kita melihat di Indonesia semua orang dalam setiap kegiatan, dalam setiap pidato, menggunakan pantun, pada level apapun juga.

“Sebagai orang Melayu tentu kita memiliki kewajiban yang sangat besar untuk melestarikan khazanah pantun ini. Dan khazanah pantun ini pada hari ini bukan semata-mata menjadi milik kita tetapi sudah menjadi warisan Melayu kepada dunia,” tuturnya.

Makanya, ia berharap dengan Kenduri Pantun Serumpun ini, anak-anak didik baik itu SMA maupun itu mahasiswa mendapatkan pengetahuan dasar tentang apa itu pantun dan bagaimana cara berpantun yang benar. “Sehingga ketika kita bermimpi mewariskan pantun kepada dunia, kita juga harus mampu menjadikan pantun itu sebagai bagian integral di dalam kehidupan kita,” pungkasnya.

Kegiatan ini mendapat sambutan antusias dari para peserta. Banyak diantara mereka yang mengaku sangat menyukai tradisi lisan ini. Hanya saja literasi mereka tentang pantun masih kurang. “Saya dari dulu menyukai pantun. Alhamdulillah, kami diberi kesempatan untuk hadir di sini membahas dan mempelajari tentang pantun ini,” ungkap Said Teddy Rizky Suhendra Alaydrus, peserta utusan STAIN Bengkalis kepada potretnews.com, Senin (19/12/2022).

Rizky yang juga menjabat sebagai Ketua Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA) STAIN Bengkalis mengatakan, pengetahuannya tentang berpantun memang masih kurang. Namun demikian, ia bertekad untuk terus melestarikan tradisi tersebut di masa yang akan datang. Salah satunya dengan memasukkannya dalam program Festival Kebudayaan yang pada tahun ini tidak sempat dilaksanakan di kampusnya.

“Insya Allah, jika dijodohkan dan diberi rezeki, kami akan melakukan Festival Kebudayaan tahun depan. Nantinya kami tidak hanya mengambil kemelayuannya saja, tetapi mengharapkan (khazanah) Melayu itu benar-benar ada di kampus kami,” papar Rizky.***

Kategori : Umum, Bengkalis
wwwwww