Home > Berita > Umum

Satu-satunya di Indonesia yang tak Miliki Batas Laut, Ini Profil Daerah Otonomi Baru Provinsi Papua Pegunungan

Satu-satunya di Indonesia yang tak Miliki Batas Laut, Ini Profil Daerah Otonomi Baru Provinsi Papua Pegunungan

Provinsi baru yakni Papua Pegunungan hanya bisa dilalui lewat akses udara. Tidak bisa dituju via akses darat dan laut/F-CNN Indonesia

Sabtu, 09 Juli 2022 11:27 WIB
JAKARTA, POTRETNEWS.com — Provinsi satu-satunya di Indonesia yang tidak memiliki batas laut lahir pada 30 Juni 2022 melalui Rapat Paripurna ke-26 masa persidangan V tahun sidang 2021-2022 yang menyetujui tiga RUU tentang Daerah Otonomi Baru (DOB) Papua untuk disahkan. Nama salah satu provinsi baru itu adalah Provinsi Papua Pegunungan, yang sesuai namanya, seluruh wilayahnya ada di punggungan pegunungan. Salah satu dari ketiga RUU itu adalah RUU tentang Pembentukan Provinsi Papua Pegunungan --seluas 108.476 kilometer persegi-- yang berasal dari pemekaran Provinsi Papua, yakni suatu provinsi baru yang tidak memiliki garis pantai di tengah negara yang terkenal akan kemaritimannya.

Sebelum ini, Provinsi Papua dimekarkan menjadi Provinsi Papua dengan ibukota di Jayapura dan Provinsi Papua Barat dengan ibukota di Sorong, wilayah Kepala Burung. Kemudian Provinsi Papua dimekarkan lagi menjadi Provinsi Papua Pegunungan (ibukota Kabupaten Jayawijaya), Provinsi Papua Selatan (ibukota Merauke), dan Provinsi Papua Tengah (ibukota Nabire).

Melalui rancangan undang-undang, tersurat Provinsi Papua Pegunungan terdiri atas delapan kabupaten. Adapun kedelapan kabupaten itu adalah Kabupaten Jayawijaya yang juga merupakan ibu kota provinsi, Kabupaten Pegunungan Bintang, Kabupaten Yahukimo, Kabupaten Tolikara, Kabupaten Mamberamo Tengah, Kabupaten Yalimo, Kabupaten Lanny Jaya, dan Kabupaten Nduga.

Selain itu, juga tercantum batas-batas utara, timur, selatan, maupun barat dari provinsi ini yang sama sekali tidak berbatasan dengan laut. Sebelah utara, provinsi ini berbatasan dengan Kabupaten Mamberamo Raya, Kabupaten Sarmi, Kabupaten Jayapura, dan Kabupaten Keerom.

Lebih lanjut, di sebelah timur, Provinsi Papua Pegunungan berbatasan dengan Papua Nugini, sedangkan di sebelah selatan, provinsi ini berbatasan dengan Kabupaten Boven Digoel dan Kabupaten Asmat. Dengan demikian, provinsi baru ini termasuk ke dalam jajaran provinsi di Indonesia yang memiliki garis perbatasan negara.

Sebelah barat, Provinsi Papua Pegunungan berbatasan dengan Kabupaten Puncak Jaya, Kabupaten Puncak, dan Kabupaten Mimika.

Akan tetapi, fakta bahwa provinsi ini menjadi satu-satunya provinsi di Indonesia yang dikelilingi daratan alias landlock tidak menjadikan Provinsi Papua Pegunungan minim akan kekayaan alam. Provinsi ini begitu kaya akan potensi alam, budaya, serta wisata yang bisa dimaksimalkan oleh pemerintah.

Seorang ilmuwan dari Universitas Cenderawasih, Marinus Yaung, pun meyakini hal itu, sebagaimana dia katakan melalui sambungan telepon bahwa mayoritas Orang Asli Papua (OAP) berlokasi di Provinsi Papua Pegunungan.

Papua Pegunungan merupakan wilayah yang kurang terkoneksi dengan baik antara satu distrik dengan distrik lainnya, begitulah dia menggambarkan situasi infrastruktur di wilayah tersebut. Bahkan, terkadang dibutuhkan pesawat untuk berpindah dari satu distrik ke distrik lainnya.

Oleh karena itu, momen pemekaran ini dapat digunakan oleh pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan OAP, terlebih melalui pembangunan infrastruktur yang menunjang berbagai potensi milik Provinsi Papua Pegunungan, seperti potensi wisata.

Salah satunya adalah lokasi Presiden Republik Indonesia Joko Widodo mengendarai motor trail, yaitu Danau Habema di Kabupaten Jayawijaya, Provinsi Papua Pegunungan, yang juga dikenal sebagai danau di atas awan.

Danau di atas awan

Pemerintah mungkin harus merogoh saku yang cukup dalam untuk menunjang pembangunan di Provinsi Papua Pegunungan. Akan tetapi, hasil akhir yang menanti sangatlah menjanjikan, terlebih untuk menjadi salah satu sumber devisa negara.

Bagi Yaung, ketika infrastruktur penunjang transportasi telah dibangun dengan sempurna di Papua Pegunungan, para wisatawan akan dimanjakan pemandangan yang menyerupai keindahan Pegunungan Alpen di Swiss ketika melalui jalur darat.

Tak cukup sampai di sana, dia dengan semangat mengisahkan tentang Danau Habema seluas 224, 35 Hektare. Danau itu, dia yakin, merupakan peninggalan masa purba. Alih-alih tawar, danau itu justru memiliki air asin dan terdapat beragam fauna yang ada di sana.

Bahkan kehadiran danau itu bukti bahwa pada zaman Nabi Nuh, air bah benar-benar terjadi dan menutupi hingga ke wilayah atas, mengingat lokasi danau ini yang berada di ketinggian 3.225 meter dari permukaan laut, yang hampir setinggi puncak Gunung Semeru di Pulau Jawa yang mencapai 3.676 meter dari permukaan laut. “Ini menjadi jejak bahwa memang air bah itu ada,” kata dia, dilansir potretnews.com dari antaranews.com.

Akan tetapi, tanpa akses yang mudah dan pemasaran yang andal, dunia tidak akan pernah mengetahui betapa cantiknya Danau Habema, apalagi mengetahui kisah menarik yang diyakini sebagai latar belakang dari hadirnya danau tersebut.

Danau Habema tidak hanya memiliki pemandangan, tetapi juga nilai historis yang sangat mendalam, sehingga nilai jual Danau Habema yang begitu tinggi akan sangat disayangkan apabila tidak dimaksimalkan.

Oleh karena itu, dia berharap pembangunan infrastruktur dapat menunjang kemudahan akses wisatawan menuju Danau Habema.

Pada sisi lain, bila ingin melihat ragam fauna yang menghuni Papua, maka destinasi yang tepat adalah Taman Nasional Lorentz. Taman Nasional ini merupakan salah satu taman nasional terbesar di Asia Tenggara dan berada di dalam wilayah Kabupaten Jayawijaya, Kabupaten Mimika, Kabupaten Asmat, Kabupaten Yahukimo, dan Kabupaten Puncak Jaya.

Ukuran Taman Nasional Lorentz yang begitu luas mengakibatkan taman nasional ini tidak sepenuhnya berlokasi di Papua Pegunungan, tetapi dapat diakses melalui provinsi tersebut. Marinus sangat merekomendasikan lokasi ini bagi yang ingin mengenal lebih jauh kekayaan alam yang dimiliki oleh Papua.

Kemudian, bagi wisatawan yang memiliki kesenangan untuk menikmati kopi, apalagi di tengah cuaca yang dingin, maka kenikmatan kopi khas Kota Wamena yang berlokasi di Kabupaten Jayawijaya tidak boleh dilewatkan.

Ia mengatakan bahwa kopi asal Wamena dan Pegunungan Bintang bahkan dipamerkan di Specialty Coffee Expo (SCE) 2022 yang diselenggarakan Specialty Coffee Association (SCA) di Boston Convention and Exhibition Center, Massachusetts, Amerika Serikat, pada April lalu. Berbagai potensi tersebut telah menanti untuk dikembangkan pemerintah melalui pemekaran provinsi ini.

Festival Lembah Baliem

Tidak akan lengkap rasanya ketika berbincang mengenai potensi daerah di Indonesia tanpa membahas tradisi dan festival.

Kalau Mesir memiliki mumi, kata dia, Indonesia juga punya mumi. Mumi tersebut berlokasi di Lembah Baliem di Wamena, Kabupaten Jayawijaya. Ia mengatakan, ada tiga mumi akan diperlihatkan dalam Festival Lembah Baliem yang akan berlangsung pada bulan Agustus nanti.

Keberadaan mumi ini sangatlah sakral dalam budaya Suku Dani. Untuk menghadiri festival dan melihat mumi, dia memperkirakan pengunjung harus membayar sebesar Rp300.000.

Dikutip dari Portal Informasi Indonesia, Festival Lembah Baliem sudah dilaksanakan sejak 1989 dan terus diselenggarakan karena memberikan dampak positif bagi Papua. Festival ini biasanya menampilkan atraksi perang-perangan, pentas budaya seperti tari-tarian tradisional, hingga pertunjukan alat musik.

Provinsi Papua Pegunungan merupakan provinsi yang kaya akan kearifan lokal, tradisi, budaya, keindahan alam, hingga hasil alam. Sayangnya, keindahan ini masih belum tersentuh dengan maksimal akibat kurangnya pembangunan infrastruktur.

Oleh karena itu, sebuah asa dipanjatkan oleh seorang putra Papua. Yaung berharap agar pemekaran provinsi dapat membantu pemerintah untuk fokus dalam pembangunan infrastruktur, khususnya di wilayah Papua Pegunungan, guna meningkatkan kesejahteraan OAP. ***

Editor:
Wahyu Abdillah

Kategori : Umum
wwwwww