Hasil Deteksi Sebuah Tim, Sungai Siak Pekanbaru Tercemar!

Minggu, 03 Juli 2022 15:41 WIB
hasil-deteksi-sebuah-tim-sungai-siak-pekanbaru-tercemarSungai Siak/F-KOMPAS.id
PEKANBARU , POTRETNEWS.com — Tim Ekspedisi Sungai Nusantara melakukan kegiatan Deteksi Kesehatan Sungai Siak di Kota Pekanbaru, Riau. Ekspedisi ini berkolaborasi dengan Mahasiswa Pecinta Alam (Mapala) Fakultas Ekonomi Universitas Negeri di Riau dan Telapak Bada Teritori Riau. Pendeteksian dilakukan dengan mengukur kualitas fisika kimia air dan uji kandungan sampah mikroplastik. Kegiatan dilakukan 1-2 Juli 2022. Dedy Admi Saputra, peneliti dari Perkumpulan Telapak Bada Teritori Riau mengatakan, pengukuran kualitas air dilakukan di enam titik.

Seperti di bawah Jembatan Siak 2, Siak River Side, Jembatan Siak 4, Muara Batang Sago, Muara Batang Sail. ”Lokasi penelitian ini kami ambil di bagian hulu diwakili oleh Jembatan Siak 2 di Kelurahan Sri Meranti, Kecamatan Rumbai, dan hilirnya di wilayah Kelurahan Tanjung Rhu, Kecamatan Limapuluh," kata Dedy, Ahad (3/7/2022), seperti dilansir potretnews.com dari Kompas.com.

Kemudian untuk mengetahui tingginya tingkat pencemaran, pihaknya mengambil sampel dari sumber-sumbernya berupa anak Sungai Batang Sail dan Batang Sago.
Sementara itu, Peneliti Tim Ekspedisi Sungai Nusantara, Prigi Arisandi mengungkap, dari hasil uji kandungan sampah mikroplastik di Sungai Siak menunjukkan, rata-rata kandungan mikroplastik 220 partikel mikroplastik (PM) dalam setiap 100 liter air.

”Lokasi yang paling tinggi kadar mikroplastiknya adalah di bawah Jembatan Siak 2 Meranti di Kecamatan Rumbai sebesar 280 partikel dalam 100 liter air," kata Prigi.
Ia menyebut, sampah di Sungai Siak terdapat empat jenis mikroplastik, yaitu jenis Granula, Gragmen, Filament dan Fiber atau benang. Mikroplastik fiber Prigi menjelaskan, temuan mikroplastik di Sungai Siak disebabkan banyaknya sampah plastik yang dibuang di badan air sungai.

Beragam jenis sampah plastik, seperti kantong plastik, sachet makanan, styrofoam, popok bayi, dan packaging (bungkus) personal care seperti sachet shampo, sabun, deterjen cuci, dan botol plastik minuman.

”Sampah plastik sekali pakai yang dibuang ke sungai akan terfragmentasi (terpecah) menjadi serpihan plastik kecil berukuran di bawah 5 milimeter yang disebut mikroplastik," beber Prigi.
Ia mengatakan, dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 22/2021 disebutkan, dalam sungai-sungai di Indonesia tidak boleh ada sampah. Tapi, kenyataannya Sungai Siak dan anak-anak sungai lainnya seperti batang Sago dan Batang Sail banyak dijumpai sampah-sampah plastik di permukaan sungai. Bahkan banyak ditemukan timbunan sampah di tepi sungai akibat buruknya layanan sampah di permukiman warga.

”Hasil uji kandungan mikroplastik di Sungai Siak, menunjukkan bahwa jenis mikroplastik fiber atau benang-benang 73 persen, paling mendominasi dibandingkan jenis filament 19 persen, fragmen 7 persen, dan granula 1 persen," sebut Prigi Jenis fiber atau benang, sambung dia, berasal dari limbah cair rumah tangga seperti air bekas cucian pakaian yang melarutkan benang-benang dari pakaian yang dicuci.

Sumber lain adalah sampah popok bayi yang dibuang dan benang-benang plastik penyusun popok terlepas dan terlarut dalam air. Jenis sampah yang menghasikan jenis filament adalah tas kresek, plastik pembungkus dan packaging makanan serta sampah sachet. Sedangkan granula bisa berasal dari perawatan wajah yang menggunakan butiran-butiran seperti scrub pemutih wajah atau yang dikenal dengan microbeads.

”Jenis ini banyak digunakan saat kita mandi dan terlarut dalam air menuju ke Sungai Siak," sebut Prigi. Ancam kesehatan manusia Prigi menyatakan, mikroplastik menjadi ancaman kesehatan manusia.

Mikroplastik adalah serpihan plastik berukuran kurang dari 5 milimeter yang berasal dari hasil fragmentasi atau terpecahnya plastik-plastik ukuran besar seperti tas kresek, sedotan, sachet, popok dan bungkus plastik atau peralatan terbuat dari plastik yang menjadi sampah dan terbuang di media air atau media lingkungan lainnya.

Proses pecahnya plastik ukuran besar menjadi ukuran kecil disebabkan oleh radiasi sinar matahari, pengaruh fisik gerakan atau arus air. Mikroplastik masuk kategori senyawa penganggu hormon, karena dalam proses pembuatan plastik ada banyak bahan kimia sintetis tambahan dan sifat mikroplastik yang hidrofob atau mudah mengikat polutan dalam air.

"Mikroplastik yang masuk dalam air akan mengikat polutan di air seperti logam berat, pestisida, deterjen, dan bakteri patogen. Jika mikroplastik tertelan manusia melalui ikan, kerang, dan air, maka bahan polutan beracun akan berpindah ke tubuh manusia dan menyebabkan gangguan hormon," ungkap Prigi.

Menurut dia, pencemaran Sungai Siak salah satu penyebabnya adalah buruknya sistem pengelolaan sampah di Kota Pekanbaru, sehingga sampah plastik mengotori aliran sungai. Minimnya fasilitas pembuangan sampah yang disediakan oleh Pemkot Pekanbaru mendorong masyarakat membuang sampahnya di Sungai Siak.

Selain menimbulkan buruknya pemandangan kota, penumpukan sampah plastik bisa menjadi sumber pencemaran mikroplastik. Pihaknya meminta, agar Pemerintah Kota Pekanbaru memprioritaskan pengendalian dan pengelolaan sampah khususnya sampah plastik melalui beberapa upaya.

Di antaranya, mendorong pemerintah Kota Pekanbaru dan Pemprov Riau untuk mengendalikan pencemaran air di Sungai Siak dan mendorong prioritasi pengendalian penggunaan plastik sekali pakai dan penanganan sampah plastik.

Kemudian, Pemerintah Kota Pekanbaru memberikan teladan dalam perubahan perilaku pengurangan plastik sekali pakai (PSP) dalam setiap kegiatan Pemkot dan yang mendukung pemilahan dan pengolahan sampah organik. ***

Editor:
Wahyu Abdillah

Kategori : Lingkungan, Riau
wwwwww