Home > Berita > Umum
*Motivasi bagi Calon Sastrawan

Sastrawan Bengkalis Mohd Nasir Lahirkan 13 Buku Karya Tunggal dan14 Buku Antologi

Sastrawan Bengkalis Mohd Nasir Lahirkan 13 Buku Karya Tunggal dan14 Buku Antologi

Sastrawan Bengkalis, Mohd Nasir pemilik nama pena Risan Dhom.

Senin, 14 Februari 2022 15:43 WIB
Junaidi Usman

BENGKALIS, POTRETNEWS.com — Menjadi seorang penulis di masa sekarang begitu mudah, beda dengan era tahun 2000an dan sebelumnya dengan kendala di antaranya menulis menggunakan mesin ketik sedangkan sekarang bisa menggunakan smartphone ataupun laptop.

Begitulah, yang dialami seorang Mohd Nasir sastrawan Bengkalis yang mulai menulis sejak tahun 1986 silam yang tentunya dengan segala keterbatasan dan kendala.

Tulisan pertama pemilik nama pena Risan Dhom yang merupakan kebalikan dari Mohd Nasir yang berhasil menembus koran ketika itu ialah sebuah puisi yang berjudul "TELAH KUUBAH" yang terbit di koran "Mingguan Taruna Baru" Medan medio 1986.

"Semangat dan keinginan menulis mulai menggelora setelah puisi pertama itu muncul. Ditambah lagi dorongan dari teman, yaitu dari Abel Tasman, yang lebih dahulu mulai mengirim tulisannya ke berbagai koran dan majalah,"' kata Mohd Nasir kepada potretnews.com, Ahad (13/02/2022) pagi semalam melalui pesan WhatsApp-nya.

Oleh karena kreativitas menulis Mohd Nasir yang lahir di Rokan Hulu, 5 Juli 1960 ini semakin menggeliat, beliau coba mengirim berbagai tulisan ke beberapa koran mingguan seperti "Genta" dan "Serantau Riau" yang terbit di Pekanbaru, mingguan "Taruna Baru" dan "Dobrak" yang terbit di Medan dan mingguan "Singgalang" yang terbit di Padang, Sumatera Barat.

Tulisan yang beliau kirim berupa puisi, cerpen (Cerita Pendek) dan tulisan-tulisan yang membahas tentang karya sastra. Saat itu, setiap pekan biasanya ada yang muncul minimal pada satu mingguan.

"Saya adalah guru mata pelajaran Bahasa Indonesia di SMPN 2 Bengkalis. Mulai bertugas sejak Maret 1984. Kegiatan mengirimkan berbagai tulisan ke koran dan majalah memang baru dimulai pada tahun 1986. Akan tetapi di dalam buku harian sudah banyak puisi-puisi yang sudah saya tulis. Ketika itu belum ada keinginan untuk mengirimkan ke media massa. Keinginan itu baru muncul setelah membaca tulisan kawan yang terbit di koran tersebut, seperti tulisan Abel Tasman dan Samson Rambah Pasir," kenang suami dari Hj Ermalinda ini.

Sejak pertama mengirimkan berbagai tulisan di berbagai media massa, saya tidak pernah menuliskan nama sebenarnya. Saya menggunakan nama Risan Dhom. Nama pena itu saya gunakan untuk mengirimkan tulisan di koran dan majalah saja. Bagi kawan-kawan yang kenal dengan saya, mereka tahu nama saya adalah Risan Dhom.

Diungkapkan Mohd Nasir yang oleh kawan-kawannya lebih dikenal sebagai Risan Dhom ini, tahun 1991 Lasmo Oil, sebuah perusahaan minyak yang beroerasi di Belitung (saat ini masuk ke wilayah Kab.Kepulauan Meranti) mengadakan sayembara menulis karya tulis.

"Perusahaan itu bekerja sama dengan Kandepdikbud (Kantor Departemen Pendidikan dan Kebudayaan) Kabupaten Bengkalis. Kegiatan sayembara itu bertepatan dengan peringatan Hari Lingkungan Hidup. Saya pun coba mengikutinya. Alhamdulillah, karya tulis saya mendapat juara 3. ,Sejak mengikuti sayembara menulis yang dilaksanakan tadi, saya mulai ketagihan mengikuti sayembara menulis. Salah satu penyebabnya karena jumlah hadiah yang diberikan lumayan besar. Waktu itu memang besaran uang hadiah masih hitungan ratusan ribu rupiah. Akan tetapi, jika dibandingkan dengan gaji yang saya terima setiap bulan, bisa sebanding dengan 2 hingga 3 bulan gaji ketika itu," kenangnya pula.

"Tahun 1992, Kanwil (Kantor Wilayah) Depdikbud Provinsi Riau mengadakan lomba karya tulis tentang lingkungan hidup. Saya coba mengikutinya. Alhamdulillah, karya tulis saya mendapat juara 2. Pesertanya adalah guru di Provinsi Riau. Kemudian, tahun 1993 sekolah kami menerima surat dari Kanwil Depdikbud Provinsi Riau. Isinya tentang sayembara penulisan naskah buku pengayaan. Sayembara ini diadakan oleh Pusat Perbukuan Depdikbud yang dilaksanakan secara berjenjang melalui Kanwil Depdikbud Provinsi. Seleksi pertama naskah buku tersebut berada di Kanwil Depdikbud. Naskah Juara 1 di Kanwil Depdikbud itu dikirim ke Pusat Perbukuan untuk dinilai sebagai pemenang tingkat pusat. Alhamdulillah, naskah yang berjudul "Pandangan Kita Terhadap Lingkungan Hidup" terpilih sebagai pemenang tingkat pusat. Saya diundang ke Jakarta untuk mengikuti berbagai acara sekaligus menerima hadiah," beber pensiunan Dinas Pendidikan Kabupaten Bengkalis ini.

Tahun 1994 ayah dari 3 anak dan kakek untuk 3 cucu yang lucu ini kembali mengikuti sayembara penulisan naskah buku seperti tahun 1993.

"Alhamdulillah, saya mendapat undangan lagi ke Jakarta seperti kegiatan tahun 1993. Kegiatan sayembara penulisan naskah buku tersebut terus berlangsung. Saya terus mengikutinya sampai tidak dibolehkan lagi bagi peserta yang pernah memenangi sayembara tingkat pusat sebanyak 3 kali. Lengkapnya, saya sebagai pemenang tingkat pusat yaitu pada tahun 1993, 1994, 1998, 2000, 2002, dan 2007. Sedangkan pemenang tingkat provinsi dari tahun 1993 hingga tahun 2000. Pada tahun 2002 saya juga memenangkan sayembara penulisan cerita pendek dengan judul "Pohon Pulai dan Nenek" dan juga diundang ke Jakarta," tuturnya.

Sebenarnya, masih banyak kegiatan sayembara menulis lain yang pernah beliau ikuti dan mendapat juara, yaitu yang diadakan di tingkat kabupaten dan provinsi.

Berikut ini, adalah naskah Buku Bacaan tulisan Mohd Nasir : 1. 1993, Buka Bacaan IPS (Pandangan Kita Terhadap Lingkungan Hidup) 2. 1994,. Kumpulan Puisi (Awan Semakin Hitam) 3. 1998, naskah buku cerita (Tiga Bersaudara) 4. 2000, naskah buku cerita (Tragedi Rimba Jirat Panjang) 5. 2002, naskah buku cerita (Trauma Jepang) 6. 2007, naskah buku kumpulan Puisi (Tsunami)

Naskah-naskah tadi umumnya sudah diterbitkan jadi buku oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menggunakan dana APBD dan APBN serta beredar di sekolah-sekolah hampir di seluruh Indonesia.

"Dalam beberapa tahun belakangan ini saya mengikuti kegiatan menulis yang diadakan oleh Media Guru dan PERRUAS (Perkumpulan Rumah Seni Asnur). Kegiatan PERRUAS pertama kali saya ikuti dalam penerbitan "Antologi Puisi Penyair Nusantara". Setelah kegiatan ini, pemilik dan pimpinan PERRUAS, Asrizal Nur mengajak saya untuk bergabung dan mengikuti penerbitan antologi karya sastra yang beliau sponsori," kata Mohd Nasir lagi.

Tahun 2018 Mohd Nasir ikut dalam "Antologi Puisi Seribu Guru ASEAN". Buku setebal 1.300 halaman lebih ini diikuti lebih 1.000 orang guru dari seluruh Indonesia dan beberapa negara Asean, seperti Malaysia, Brunei dan Singapura. Antologi tersebut mencatat rekor MURI (Museum Rekor Indonesia) sebagai buku puisi dengan penulis terbanyak. Asrizal lewat PERRUAS terus mengajak guru-guru Asean untuk berkarya. Beliau bergerak pula dalam membuat antologi pantun yang diberi nama "Pantun Nasihat Seribu Guru ASEAN". Buku ini juga mencatat rekor MURI Dunia sebagai buku kumpulan pantun dengan penulis terbanyak. Saya juga mengikuti kegiatan tersebut. Beberapa tahun belakangan ini, saya ditunjuk oleh Asrizal Nur sebagai kordinator PERRUAS Riau. Tugas saya mengajak guru-guru Riau untuk mengikuti beberapa antologi puisi dan pantun yang diadakan. Alhamdulillah, Riau sudah dua kali mendapat penghargaan sebagai peserta terbanyak. Pertama, mendapatkan penghargaan sepuluh peserta terbanyak video pantun dan peserta terbanyak pertama dalam "Antologi Puisi ASEAN, Doa untuk Bangsa" terang penduduk Jalan Pembangunan 3, Bengkalis ini panjang lebar.

Kedua penghargaan yang diterima oleh peserta Riau tersebut sudah diserahkan Mohd Nasir Cs ke Gubernur Riau secara resmi dalam acara jamuan makan siang di gubernuran. "Gubernur Riau menyambut gembira keberhasilan Riau dalam mengikuti even tesebut dan beliau sangat mendukungnya," cakapnya.

Awal tahun 2022 ini, PERRUAS kembali memberi kesempatan kepada sastrawan dan penulis dalam mengeksplorasi diri untuk ikut dalam penerbitan "Antologi Gurindam". Peserta Riau saat ini berada pada posisi terbanyak seluruh Indonesia. Sudah tercatat 400 lebih yang sudah mendaftarkan diri. Buku ini juga diikuti oleh guru seluruh Indonesia dan dari negara Asean lainnya. Kami berharap, antologi ini bisa mencatat Rekor MURI," harap beriring do'a Mohd Nasir di akhir chattingnya.

Bagi yang ingin bersilaturahmi dengan Mohd Nasir, bisa menghubungi Email [email protected] ***

Kategori : Umum, Bengkalis
wwwwww