Home > Berita > Umum

Money Cashless Solusi Sengkarut Penyeberangan Ro-Ro Bengkalis-Pakning

<i>Money Cashless</i> Solusi Sengkarut Penyeberangan Ro-Ro Bengkalis-Pakning

DR Eng Mohamad Syahminan,ST,MT, anak watan Parit Bangkong, Bengkalis (atas). Foto Dermaga 2 pelabuhan Ro-Ro Bengkalis (6/2020) yang tidak dibangun mencapai "tobEi" sehingga hanya bisa maksimal digunakan saat pasang naik (bawah).

Minggu, 25 Juli 2021 12:10 WIB
Junaidi Usman

BENGKALIS, POTRETNEWS.com — Banyak cara untuk menjawab carut marut operasional jasa penyeberangan Roll On-Roll Off (Ro-Ro) yang ada di wilayah Pemerintahan Bengkalis, Provinsi Riau.

Ada tiga pihak yang langsung bersinggungan langsung dengan pelayanan ini, pertama Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bengkalis yang mengatur regulasi operasional lalu lintas penyeberangan. Kedua, pihak swasta dalam hal ini penyedia kapal Ro-Ro yang beroperasi dan yang ketiga masyarakat pengguna lintasan penyeberangan Ro-Ro itu sendiri.

Hal ini sebagaimana disampaikan seorang warga Parit Bangkong, Bengkalis, DR Eng Mohamad Syahminan,ST,MT yang coba memberikan solusi atas permasalahan pelayanan Ro-Ro yang hingga saat ini selalu menghadapi kendala.

"Untuk kesuksesan suatu gagasan, kunci jawabannya adalah kemauan, namun tergantung yang memegang kuncinya atau istilah mbah marijan “juru kunci” yakni pemerintah yang berkuasa saat ini," kata DR Eng Mohamad Syahminan,ST,MT kepada potretnews.com, Ahad (25/7/2021) dinihari melalui pesan WhatsApp-nya pukul 00.46 WIB.

Menurut Syahminan yang menyelenggarakan Starata 3 (S-3)nya di Negeri Sakura Jepang ini, gagasan atau pencanangan operasional penyeberangan Ro-Ro selama 24 jam sudah dilaksanakan, "Tapi masih banyak kendala yang didapati saat ini. Hari ini tanggal 24 Juli 2021 masih dirasakan masyarakat pengguna jasa penyeberangan Ro-Ro Air Putih Kecamatan Bengkalis – Sei Selari Kecamatan Bukit Batu, sebut saja Oyon salah satu warga Desa Liang Banir Kecamatan Siak Kecil.menginformasikan via WA ke saya masih mengantri dari pukul 16.00 WIB sampai pukul 22.00 belum dapat menyeberang," ungkap lelaki paruh baya yang akrab disapa Minan ini.

Begitu juga, beber Minan pula kawan semasa SMPnya dahulu yang saat ini menjabat sebagai Kadis Perikanan dan Peternakan Kabupaten Siak (drh Susilawati) yang antri sejak jam lima petang tadi belum dapat juga menyeberang dikarenakan antrian sedari siang masih belum usai.

"Efek sosialisasi operasional 24 jam penyeberangan Ro-Ro antara pulau Bengkalis ke daratan Sumatera memang sangat berdampak terhadap bangkitan perjalanan. Hal ini dibuktikan semenjak diresmikan pencanangan operasional 24 jam Ro-Ro ferry penyeberangan, perjalanan angkutan penumpang dan angkutan barang dari hari ke hari semakin meningkat. Namun hal ini belum selaras dengan kesiapan manajemen yang ada yakni baik itu di instansi pengelolaan pelayanan pelabuhan penyeberangan maupun pihak kapal Ro-Ro itu sendiri," kritik Minan.

Minan mewanti-wanti, kesemberawutan yang terjadi saat ini bisa berdampak ke arah korupsi, di mana kejelian oknum yang memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan/kesusahan pengguna jasa penyeberangan. "Dan ini tidak boleh terjadi karena akan merugikan semua pihak yang terlibat langsung (pemerintah, pihak swasta dan masyarakat).

Di zaman melenial ini sangat dikenal dengan e-money atau istilah money cashless (tidak menggunakan uang cash). Seperti yang terjadi inovasi pembayaran tol saat ini dengan menggunakan kartu tol/e-maney. Hal ini bisa diterapkan juga dalam transaksi pembayaran jasa penyeberangan Ro-Ro di Kabupaten Bengkalis. Untuk itu perlu disediakan prangkat lunak dan kerasnya di lapangan," saran Minan yang sekarang bertugas di Kota Dumai ini lagi.

Minan terkenangkan, "Joni Syafrizal pernah berinovasi system masuk ke antrian dengan portal (salah satu perangkat keras yang diperlukan untuk e-money), namun hal tersebut gagal dan tidak dioperasionalkan sampai saat ini. Perlu menjadi catatan suatu ide yang bagus belum tentu dapat diterapkan.

Pengalaman pertama operasional tol Permai (Pekanbaru – Dumai), terjadi antrian yang panjang di pintu masuk maupun di pintu keluar tol. Hal ini disebabkan masih kurangnya sosialisasi ke masyarakat terhadap penggunaan e-money atau kartu tol. Suatu resiko awal yang perlu ditangani dengan solusi harus tersedia counter penjualan e-moneynya di tempat gerbang masuk pintu tol. Dari pengalaman ini tidak perlu terjadi kembali apabila diterapkan di pelabuhan Ro-Ro penyeberangan Bengkalis – Seipakning. Tentunya sosialisasi harus dilakukan terlebih dahulu dan menyediakan counter khusus untuk melayani pembelian atau pengisian e-money sehingga terhindar dari kemacetan yang lain lagi," pungkasnya.

Masih kata Syahminan saat ini Indonesia juga sedang menuju Money Cashless, agar uang yang beredar bisa ditekan, pemalsuan uang bisa diatasi dan lain-lain lagi keuntungannya.

"Terkhusus pemberlakuan di pelabuhan penyeberangan Bengkalis – Sungai Pakning, dengan e-money pengontrolan transaksional keuangan sangat mudah dan ketertiban antrian juga bisa teratasi, apalagi penerobosan antrian oknum yang tidak bertanggungjawab juga dapat dihindari. Selain itu, juga dengan e-money akan menekan resiko membawa uang cash. Dan Pemerintah mudah mengontrol transaksional yang terjadi dari pihak swasta sebagai operator kapal Ro-Ro di lapangan.

Namun semua ide di atas dikembalikan kepada juru kunci, yang mana tidak akan pernah berlaku ide yang baik menurut kita, walau pun kita ahlinya, professor pun gelarnya dengan segudang pengalaman, namun penguasa tidak setuju, ide tersebut hanya sekedar ide……wallahu’alambissawab," tulis Minan yang dulu bertugas di Dinas PUPR Kabupaten Bengkalis. ***

Kategori : Umum, Bengkalis
wwwwww