Dadang Selamat dari Santapan Buaya setelah Mencongkel Mata sang Reptil Ganas, tapi Kawannya Tewas Mengenaskan

Dadang Selamat dari Santapan Buaya setelah Mencongkel Mata sang Reptil Ganas, tapi Kawannya Tewas Mengenaskan

Tangkapan layar status akun Mardani di Facebook mengenai penangkapan dua buaya di Sungaiselan.

Selasa, 15 Juni 2021 14:32 WIB

BELITUNG TIMUR, POTRETNEWS.com — Buaya memang kerap kali mejadi momok menakutkan bagi setiap orang. Jarang orang yang berani berhadapan sama buaya. Tak jarang kalau berhadapan dengan buaya berujung kematian. Seperti yang terjadi Provinsi Bangka Balitung ini. Sungguh sebuah kejadian yang sangat tragis!

Dimana nasib pekerja petambang timah di Belitung diterkam buaya besar dan diseret ke tengah, dan mayatnya ditemukan pada kondisi yang mengenaskan. Minggu (13/6/2021), Edi Pradesa, warga Desa Gantung, Kabupaten Belitung Timur, Provinsi Bangka Belitung diterkam buaya dengan panjang sekitar 5 meter.

Serangan buaya ini terjadi di Bendungan PICE, Kecamatan Gantung, Belitung Timur. Edi dikabarkan diserang buaya dari belakang. Peristiwa terjadi pada Minggu (13/6/2021) sekitar pukul 05.30 WIB. Camat Gantung Yusmawandi mengungkapkan kronologinya Edi ingin melimbang timah di sekitar Bendungan Pice Gantung. Lalu tiba-tiba Edi diterkam buaya dari arah belakang.

"Tadi buaya sempat timbul ke permukaan sungai di bawah Jembatan Gantung. Buaya berukuran sekitar empat sampai lima meter," kata Yusmawandi.

Dari pantauan di lapangan, buaya tersebut muncul ke permukaan dengan diduga membawa potongan tubuh manusia yang diperkirakan itu adalah jasad Edi. Saat ini Tim SAR Gabungan tengah berusaha mencari keberadaan jasad Edi dan membawanya ke daratan. Yusmawandi mengungkapkan kronologinya Edi ingin melimbang timah di sekitar Bendungan Pice Gantung. Lalu tiba-tiba Edi diterkam buaya dari arah belakang.

"Tadi buaya sempat timbul ke permukaan sungai di bawah Jembatan Gantung. Buaya berukuran sekitar empat sampai lima meter," kata Yusmawandi.

Dari pantauan di lapangan, buaya tersebut muncul ke permukaan dengan diduga membawa potongan tubuh manusia yang diperkirakan itu adalah jasad Edi. Saat ini Tim SAR Gabungan tengah berusaha mencari keberadaan jasad Edi dan membawanya ke daratan. Buaya dilaporkan sempat muncul di tengah Sungai Lenggang, sungai yang menampung aliran dari Bendungan PICE.

Sementara itu, Jasad Edi Pradesa (42), warga Kecamatan Gantung, Kabupaten Belitung Timur, Provinsi Bangka Belitung, Minggu (13/6/2021) telah ditemukan dengan kondisi mengenaskan. Pantauan posbelitung.co (Bangka Pos Group), raungan tangis keluarga mengiringi evakuasi pengangkatan korban terkaman buaya di Sungai Lenggang, sekitar Bendungan PICE, Gantung, Belitung Timur ini.

Korban bernama Edy Pradesa berusia 42 tahun ditemukan Tim SAR Gabungan pukul 13.40 WIB tidak jauh dari Jembatan Sungai Lenggang. Ditemui posbelitung.co, Danpos SAR Basarnas Belitung Rahmatullah Hasyim mengatakan proses evakuasi kali ini cukup dramatis. Karena buaya tersebut terkesan bermain-bermain, hilang timbul di permukaan sungai.

"Kendala proses evakuasi kali ini lebih ke buayanya yang hilang timbul sehingga tim SAR harus ekstra hati-hati dalam upaya penyelamatan korban," kata Rahmatullah.

Dia bilang saat ditemukan korban sudah dalam kondisi meninggal dunia. Kemudian tubuh korban juga sudah tidak lengkap yaitu tangan kiri dan kaki kiri diduga dimakan buaya. Saat ini korban dibawa ke RSUD Belitung Timur untuk dipulasari dan nanti dimakamkan. Serangan buaya di Belitung Timur sebelumnya Edi Pradesa menambah panjang daftar korban konflik manusia vs buaya di Belitung Timur. Ini diketahui adalah serangan buaya kedua dalam sebulan terakhir ini saja.

Sebelumnya, buaya juga menyerang warga pada akhir Mei 2021 lalu. Korban selamat setelah memberikan perlawanan. Kejadian sebelumnya, Dadang (54) seorang warga di Kabupaten Belitung Timur, Provinsi Bangka Belitung berduel dengan buaya sepanjang empat meter yang menerkamnya. Ia berhasil dilepaskan setelah mencongkel mata sang reptil ganas tersebut. Dadang selamat. Meski demikian, kaki telapak kaki hingga setengah pahanya harus terluka.

Dadang (54) terlihat tengah tertidur dengan kaki kanan dibungkus perban rapat dari telapak kaki hingga setengah pahanya. Kaki kirinya terlihat tidak ada luka namun di ujung-ujung kuku kakinya hingga beberapa area telapak kakinya terlihat banyak darah kering. Tampak beberapa luka lecet di bagian tubuh lainnya.Dia baru saja melakukan operasi pemasangan pen pada kaki kanannya karena patah setelah bergulat dengan buaya tidak jauh dari rumahnya di Pangkalan Perahu Perumahan Minapolitan, Desa Baru, Manggar, Belitung Timur pada Minggu (30/5/2021) pukul 19.00 WIB, melansir Tribunnews.com.

Istrinya bernama Maryani (55) terlihat sedih namun berusaha tegar. Itu terlihat dari sorot matanya melihat suaminya tertimpa musibah seperti ini. Dia bersyukur sekali karena suaminya masih bisa selamat dari ganasnya serangan buaya.

Kronologis

Maryani menceritakan awalnya Dadang ingin menyiapkan perahu untuk mencari nafkah keesokan harinya bersama temannya. Namun, saat dia tengah menurunkan perahunya tiba-tiba dia disambar buaya. Sontak dia teriak meminta pertolongan kepada temannya. Mendengar teriakan Dadang, temannya yang tengah menyiapkan perahu di sisi lainnya langsung membantu. Temannya memegang ekor buaya tersebut yang sudah membawa Dadang ke tengah sungai. Sedangkan Dadang, menurut istrinya, sudah dalam kondisi memeluk buaya tersebut.

"Untuk mempertahankan diri, suami saya memukul-mukul buaya itu. Pertama kena jari, kemudian badan, lalu terakhir kena mata buaya.Saat mencongkel matanya itulah, akhirnya dilepaskan dari buaya itu," kata Maryani yang mengatakan ukuran panjang buaya tersebut hampir empat meter dengan besaran lebih dari pelukan orang dewasa.

Maryani mengatakan sepengetahuannya tidak pernah suaminya menceritakan pernah melihat buaya di sekitar area tersebut. Karena itu, saat tahu suaminya digigit buaya Maryani merasa kaget dan sedih. Dia mengharapkan kepada pemerintah agar bisa mengantisipasi kejadian-kejadian seperti ini. Maryani tidak ingin ada Dadang kedua yang menjadi korban keganasan binatang ini.

"Kalau bisa ditangkap supaya tidak membahayakan para nelayan lainnya. Karena di situlah tempat kami mencari makan dan penghidupan," harap Maryani. ***

Editor:
Akham Sophian

Kategori : Peristiwa
wwwwww