Ternyata Tusuk Gigi Dapat Membuat Gigi Menjadi Renggang

JAKARTA, POTRETNEWS.com — Tusuk gigi seringkali tersedia di restoran atau rumah makan. Benda satu ini berguna menghilangkan sisa makanan yang menyelip di gigi. Bagi sebagian orang, menggunakan tusuk gigi cukup menyenangkan. Metode itu pun tidak masalah jika digunakan secara benar dan tepat. Beberapa cara yang aman menggunakan tusuk gigi adalah tidak boleh disodok atau ditekan secara kuat. Karena dapat menimbulkan peradangan dan infeksi.

Namun tidak hanya itu, menurut Drg. R. Ngt. Anastasia Ririen Pramudyawati ada efek lain dari kebiasaan menusuk gigi ini. Satu di antaranya adalah Gigi mengalami perenggangan.

"Seperti saya jelaskan bahwa gigi terhadap socket (gusi). Bukan menjadi satu. Bukan menyatu dalam pengertian jadi satu kesatuan. Tetapi hanya dihubungkan oleh serabut periodiontal. Artinya masih bisa bergerak,ungkapnya pada program Sapa Dokter di kanal YouTube Tribunnews, Minggu (30/5/2021).

Karenanya, jika melakukan tindakan penekanan menggunakan alat keras pada area tersebut, berarti ada upaya menggeser. Lama kelamaan, gigi dapat bergerak hingga saling berjauhan. Gigi bergerak ke arah yang mana menggerakkannya. Menurut dr Anastasia, biasanya hal ini ketahuan secara klinis. Secara kasat mata, gusi tidak terlihat lancip. Namun biasanya gusi akan terlihat turun.

Selain itu bisa ditandai dengan adanya cekungan pada gusi. Area tersebut dapat dikatakan sudah rusak. Maka untuk mencegah hal itu, dianjurkan menggunakan penggunaan gigi yang tepat. Material jangan terlalu keras, mulus dan tidak kasar. Selain itu hal utama yang harus diperhatikan adalah kebersihan dari material. Selain itu penggunaan tusuk gigi jangan didorong terlalu dalam. Cukup sebatas disentuhkan pada sisa makan menyelip, kemudian ditarik keluar, melansir Tribunnews.com.

Dapat pula dibantu menggunakan kuku atau benang gigi. dr Anastasia juga mengatakan jika jenis tusuk gigi dengan ujungnya berbentuk segi empat, maka relatif aman. Karena cara pemakaian hanya diangkat. Tidak perlu ditusukkan terlalu dalam. ***

Editor:
Akham Sophian