Home > Berita > Umum

Mahasiswa Kukerta Unri di Desa Teluklatak Bengkalis Perkenalkan Papais Nipah sebagai Olahan Khas Daerah Pesisir

Mahasiswa Kukerta Unri di Desa Teluklatak Bengkalis Perkenalkan Papais Nipah sebagai Olahan Khas Daerah Pesisir

Mahasiswa Kukerta Unri saat mengenalkan Papais Nipah, inovasi mereka saat acara "Ba Aghak Limau Kasai" di Dusun Simpang Baru, Desa Teluk Latak, Senin (12/4/2021) kemarin.

Jum'at, 16 April 2021 02:08 WIB
Junaidi Usman

BENGKALIS, POTRETNEWS.com — Dari jendela kamar rumah papan bercat hijau di Desa Pangkalan Batang Barat, Bengkalis terlihat sepasang remaja mencari rumah jurnalis media ini pada Kamis, 15 April 2021 siang.

Rumah yang dicari, ternyata telah dilewati sebab sepasang remaja tadi, Haniful Kamal asal berasal dari Sikijang, Pelalawan dan Nova Tri Ananda pula berasal dari Sijunjung Sumatera Barat merupakan mahasiswa Universitas Riau (Unri) yang sejak 22 Maret kemarin melakukan Kuliah Kerja Nyata (Kukerta) di Desa Teluk Latak.

Selang beberapa menit, dua mahasiswa ini pun menapaki 3 anak tangga dan segera dipersilahkan duduk jurnalis media ini.

"Kegiatan kami namanya Kukerta Integrasi Abdimas yang terintegrasi dengan Program Pengabdian Dosen. Kami mengambil gelombang pertama sejak 22 Maret sampai 24 April 2021. Program utama kami adalah tentang pemanfaatan potensi pesisir dan produk unggulan daerah, Tenun dan Batik Tenun. Kami juga mengamati abrasi di Desa Teluk Latak ini yang tidak begitu besar dampaknya, jadi kami beralih ke dua program tadi, yaitu potensi tumbuh-tumbuhan yang bisa diolah salah satunya adalah "Buah Tematu" dari pohon Nipah," kata Ketua Kelompok, Haniful Kamal mahasiswa Fakultas MIPA Jurusan Fisika semester VI Unri kepada potretnews.com, Kamis (15/4/2021) mengawali wawancara.

Bersama 15 rekan Kukertanya, Hanif telah membuat beberapa tester dan sample hasil olahan "Buah Tematu" ini menjadi makanan Papais Nagasari yang mendapatkan apresiasi dari Pemdes Teluk Latak yang Insya Allah dalam waktu dekat akan disosialisasikan kepada masyarakat desa ini.

Papais produksi Hanif Cs dijual ke berbagai kalangan di Teluk Latak dan ramai menyukai terutama kalangan anak-anak. Diakui Hanif, mengutip dari beberapa artikel jurnal, buah yang beda nama dari nama pohon ini berkhasiat tinggi namun mereka belum melakukan penelitian secara masif akan manfaat "Buah Tematu" ini sepenuhnya. Prakiraan Hanif, buah yang banyak ditemui di wilayah hutan bakau ini bisa mengobati kanker.

Diutarakan Hanif awal cerita mereka tertarik terhadap "Buah Tematu" setelah melakukan observasi langsung di pesisir yang banyak ditemui "Pohon Nipah dengan Buah Tematu" namun masyarakat belum memanfaatkannya secara maksimal.

"Ini adalah sebuah peluang. Kami searching di leteratur, didaerah lain buah ini dijual bahkan dimanfaatkan menjadi minuman maupun takjil kala Ramadhan maupun Idul Fitri," sebut Hanif.

Tujuan mengolah "Buah Tematu" ini yaitu untuk memberdayakan hasil tumbuhan mangrove menjadi sesuatu yang bernilai ekonomi. Tidak hanya itu, program ini juga menjadi bentuk upaya ketahanan pangan karena masyarakat dapat memanfaatkan dan menikmati buah dari pohon Nipah yang tersebar di lingkungan mereka dan mengolahnya tanpa memerlukan biaya yang tinggi.

Hal ini diakui Sekretaris Desa, Hasan kepada Hanif pada Senin, (12/4/2021) kemarin, “Pada zaman dulu makanan olahan Buah Tematu masih banyak dijumpai, saat itu mungkin selain sebagai alasan ekonomi masyarakat, juga dahulu di kedai-kedai tak begitu banyak jual kue sehingga dulu seperti kehausan makanan. Sekarang berbeda, kan tak banyak lagi masyarakat yang kenal dengan olahan ini, karena di kedai-kedai sudah banyak jajan-jajan yang lain. Bisa dikatakan orang zaman sekarang belum tau cara mengolahnya. Kalaupun ada, satu dua orang yang kenal seperti masyarakat yang tinggal di pinggir sungai yang sering ke laut, tapi yang tinggal di bagian darat banyak tidak tau seperti masyarakat Dusun Simpang Baru.

“Buah nipah ini sebenernya mirip dengan buah enau (kolang-kaling). Cita rasanya jika sudah diolah tidak beda jauh dari buah enau . Nah, maka dengan adanya buah nipah yang diolah menjadi makanan lain sudah menjadikan alternatif yang lebih murah dan mudah didapat disekitar kita tanpa membelinya seperti halnya enau. Kami menyambut baik inovasi makanan olahan ini dan mengajarkannya kepada masyarakat. Kalian perlu bekerjasama dengan ibu-ibu PKK untuk mengembangkan inovasi ini supaya lebih baik lagi kedepannya karena ini momennya pas juga memasuki bulan Ramadhan karena olahan papais nipah ini cocok untuk jadi hidangan berbuka,” harap Sekdes Hasan kala itu.

Karena terbatas menggali potensi satu wilayah tepatnya Desa Teluk Latak, Hanif yang mengetahui dari staf desa Bidang Perencanaan, rentang pantai sekitar 2 sampai 3 kilometer desa yang dipimpin Kades Mansur ini tidak menfokuskan masalah abrasi karena kondisi hutan Mangrove yang masih baik, sehingga abrasi pantai masih belum dikhawatirkan. Akhirnya, Hanif Cs sepakat kepada "Buah Tematu" saja untuk penggalian potensi dalam program kerja mereka.

Kendala yang ditemui Hanif dan kawan-kawan adalah kala pandemi Covid-19 masih melanda, mereka kesulitan mengumpulkan orang untuk kegiatan penyuluhan maupun sosialisasi.

"Harapannya, dari kegiatan yang kami lakukan, inovasi yang kami lakukan misalnya kemarin memasak ikan menjadi stik ikan kepada ibu-ibu PKK dapat dilanjutkan. Sebelum selesai Kukerta, kami akan membuat video profil desa sebagai kenang-kenangan Desa Teluk Latak. Hari ini juga ada tim ke LAMR Kabupaten Bengkalis untuk melihat motif potensi Desa Teluk Latak yaitu Tenun dan Tenun Batik. Tim lain juga ada ke pesisir laut untuk potensi ikan nelayan, 50% kami proses menjadi pakan. Kemudian, BumDes (Langgam Sako) sudah meminta motif ke kita. Ini sedang kita desain motif terbaru dan sesuai permintaan pasar, mungkin kami nanti kami kasih juga semacam sketsa motif Tenun yang bakal kami berikan kepada desa," sebut Hanif didampingi Sekretaris Kelompok, Nova Tri Ananda.

Untuk memaksimalkan program kerjanya, Kukerta ini dibagi menjadi 2 kelompok, dengan jumlah anggota 8 orang tiap kelompok. "Ada empat Sub Tema Bagian, pengolahan ikan, potensi pesisir, ada bidang Tata Kelola Desa dan ada bidang produk unggulan daerah beupa Tenun dan Batik Tenun," beber Hanif di akhir wawancara.

Sebelum melanjutkan agenda, jurnalis media ini menanyakan apakah cukup waktu Kukerta yang hanya sebulan lebih, Hanif mengakui inginnya lebih dari sebulan mereka melakukan Kukerta. Namun, diakuinya kadang-kadang jika waktu lebih dari sebulan didamping menggunakan biaya yang lebih banyak juga takutnya tidak maksimal menggunakan waktu sehingga dirinya bersama anggota harus bisa memanage waktu dengan maksimal.

Setelah bercerita panjang lebar bersama jurnalis potretnews.com, Haniful Kamal bersama Nova Tri Ananda Fakultas Perikanan jurusan Teknologi Hasil Perikanan pamit untuk kembali bergabung bersama 3 mahasiswa dan 11 mahasiswi yang tergabung dalam satu-satunya Kukerta di Pulau Bengkalis ini. ***

Kategori : Umum, Bengkalis
wwwwww