Home > Berita > Umum

Nyawa 8 Keluarganya Diancam Dihabisi gara-gara Utang Mahar Pernikahan belum Selesai, Pemuda Ini Jual Ginjalnya Rp52 Juta

Nyawa 8 Keluarganya Diancam Dihabisi gara-gara Utang Mahar Pernikahan belum Selesai, Pemuda Ini Jual Ginjalnya Rp52 Juta

Ilustrasi

Senin, 01 Maret 2021 08:16 WIB

POTRETNEWS.com — Daripada harus menerima kenyataan delapan keluarga akan dibunuh, pemuda ini akhirnya nekat menjual ginjalnya. Uang yang ia terima sebesar 52 juta lebih itu kemudian dipakai untuk membayar mahar dan juga membayar utang. Namun naasnya, ginjal sudah dijual, namun utangnya tak kunjung selesai. bahkan ia juga kini menderita karena ginjalnya yang tersisa satu juga sakit. Tindakan nekatnya itu memang lebih dilatar belakangi persoalan mahar yang harus ia bayarkan.

Sebab jika mahar tidak dipenuhi maka dijadikan utang. Jika sudah berutang, resikonya kemudian adalah keluarganya akan dihabisi. Ketakutan dengan kondisi tersebut, ia akhirnya menjual ginjalnya, meskipun reskikonya ia tak lagi bisa bekerja.

Berikut ini kisahnya

Seorang warga Afghanistan di kota miskin Herat rela menjual ginjal, untuk membayar utang pernikahannya dan demi keselamatan keluarganya. Najbullah (32) pria asal Faryab yang tinggal di kamp pengungsian Herat menjual ginjalnya seharga 300.000 Afghani (Rp 55,26 juta) untuk membayar utang pernikahannya. Dalam adat setempat ia wajib membayar mahar untuk istrinya, dan jika tak bisa melunasi akan menimbulkan risiko pembunuhan.

"Ini akan berakhir dengan perselisihan di mana 8 orang akan dibunuh, jadi lebih baik saya kehilangan ginjal dan jadi setengah hidup," terangnya dikutip Kompas.com dari The Telegraph, Selasa (23/2/2021).

Ia menjual ginjalnya di rumah sakit setempat yang sering melakukan transplantasi. Orang yang mendapatkan ginjalnya adalah pria dari Kabul, ibu kota Afghanistan. Mereka menyetujui persyaratan bersama. Sejak operasi Najbullah tak bisa bekerja dan masih punya utang. " Ginjal saya yang satunya sakit sekarang," keluhnya.

Kebanyakan orang-orang Afghanistan yang menjual ginjal adalah korban perang yang mengungsi ke Herat dan bekerja sebagai buruh harian. Di pinggiran kota miskin Herat di Afghanistan barat, setidaknya 32 orang dari 150 keluarga memiliki bekas luka operasi ginjal, kata Ebrahim Hakimi tetua setempat.

Laporan dari The Telegraph pada Selasa (23/2/2021) mengungkap sekelompok pria memperlihatkan bekas luka sepanjang sekitar 30 cm di samping perut mereka. Garis yang merupakan bekas pembedahan itu hanya contoh kecil dari banyaknya warga Afghanistan yang rela menjual ginjalnya.

Hakimi melanjutkan, pria-pria itu terpaksa melakukannya karena faktor kemiskinan dan ada pasar gelap yang menjual organ ilegal di kota itu. Namun, menjual ginjal terkadang tak sebanding dengan risiko yang mereka tanggung. Kesehatan menjadi taruhannya dan peluang kerja mengecil, demi uang instan puluhan juta rupiah, melansir Tribunnews.com.

Warga lain yang mengaku telah menjual ginjalnya adalah wanita bernama Khori Gul di kamp yang sama dengan Najbullah. Tahun lalu dia menjual ginjal untuk menyelamatkan suaminya, Amiruddin, dari debt collector Taliban. Ginjal Khori Gul laku 290.000 Afghani (Rp 53,42 juta) yang berhasil membebaskan suaminya, tetapi belum sepenuhnya melunasi utang.

"Saya sangat miskin dan suami sudah melakukan segalanya selama 10 tahun terakhir. Kalau saya tidak berbuat sesuatu, lalu siapa?"

Fenomena menjual ginjal di Afghanistan sebenarnya sudah terjadi selama bertahun-tahun, tetapi kasusnya baru mengemuka belakangan ini setelah ada laporan media. Salah satunya adalah klinik transplantasi yang diduga turut membantu praktik ilegal itu, tetapi dibantah mereka dengan balik menuding orang-orang berbohong telah menjual ginjal. ***

Editor:
Akham Sophian

Kategori : Umum
wwwwww