Sebuah Renungan atas Pandemi Covid-19

Sebuah Renungan atas Pandemi Covid-19

Ustaz M Hamin saat menyampaikan Khutbah Jum'atnya di hadapan jamaah Masjdi Al-Mukhlisin Kampung Parit, Desa Pangkalan Batang Barat Bengkalis, Jum'at (22/1/2021).

Sabtu, 23 Januari 2021 07:41 WIB
Junaidi Usman

BENGKALIS, POTRETNEWS.com — Hingga 22 Januari 2021 pandemi Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) masih melanda di belahan dunia termasuk Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau.

Untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat terkhusus umat Islam dalam upaya memutus mata rantai virus ciptaan Allah SWT yang berasal dari negeri Cina ini, termasuk juga perlu dilakukan seorang khatib Jumat melalui kutbah Jumatnya sebagaimana dilakukan Ustaz M Hamin di Masjdi Al Mukhlisin Desa Pangkalanbatang Barat, Bengkalis pada Jumat, (22/1/2021).

Dipaparkan ustaz yang saat ini karyawan di PT Meskom Agro Sarimas (PT MAS) ini yang disampaikan kepada jemaah, sudah lebih 90 juta orang di dunia terinfeksi Covid-19, 1,9 juta orang diantaranya meninggal dunia. Bencana nonalam ini mengakibatkan berbagai sektor kehidupan terdampak, mulai dari sektor kesehatan, ekonomi, pendidikan dan berbagai sendi kehidupan manusia.

Pemerintah terus mengingatkan masyarakat untuk senantiasa menaati dan menerapkan protokol kesehatan (Prokes) dalam berbagai aktivitas. Hal ini ditujukan sebagai ikhtiar lahiriyah untuk memutus rantai penyebaran virus dengan aktif menerapkan 4 hal yakni; memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak, dan menghindari kerumunan.

Menurut para ahli proses tadi dinilai mampu menjadi ikhtiar fisik dalam menjaga diri dan orang lain dari paparan virus Covid-19. Namun, jika direnungkan 4 bentuk prokes ini memiliki hikmah dan makna penting yang patut menjadi renungan kita bersama.

Renungkan hakikat memakai masker, menjadi peringatan bagi kita untuk senantiasa menjaga mulut kita. Di zaman digital saat ini setiap orang bebas mengekspresikan dan mengatakan apa yang ada dalam benak dan pikirannya. Era media sosial yang tidak ada lagi batas waktu dan jarak ini menjadikan banyak orang ceroboh dan tidak memikirkan efek dari apa yang diucapkan atau ditulis di media sosial. Hal ini mengakibatkan banyak permasalahan yang mengarah pada konflik di tengah masyarakat. Oleh karena itu Rasulullah SAW pun telah mengingatkan kita melalui hadistnya yang berarti "Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah dia berkata yang baik atau diam" HR Al-Bukhari.

Protokol kesehatan mencuci tangan pula menjadi simbol bagi kita untuk segera membersihkan diri dari banyaknya dosa yang telah dilakukan. Di zaman modern ini berbagai tindakan dosa yang ditimbulkan akibat ulah anggota badan kita bisa dengan mudah dilakukan, baik dosa itu merugikan diri sendiri dan terlebih merugikan orang lain. Berbagai bencana alam maupun non alam menjadi peringatan bagi kita untuk segera bertaubat kepada Allah SWT dari dosa-dosa yang telah kita lakukan.

"Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka agar mereka kembali (ke jalan yang benar)" QS. Ar-Rum ayat 41.

Pertobatan bisa dilakukan dengan banyak-banyak membaca istighfar dengan harapan dosa-dosa yang telah kita perbuat diampuni oleh Allah SWT sehingga keberkahan akan turun kepada kita. Dalam Alquran surat Nuh ayat 10 sampai 13, Allah SWT berfirman yang artinya "Maka aku (Nuh) berkata (kepada mereka) "Mohonlah ampunan (beristighfarlah) kepada Tuhanmu. Sungguh, Dia Maha Pengampun, niscaya Dia akan menurunkan hujan yang lebat dari langit kepadamu, dan Dia memperbanyak harta dan anak-anakmu, dan mengadakan kebun-kebun untukmu, dan mengadakan sungai-sungai untukmu".

Prokes menjaga jarak juga menjadi renungan kita untuk tetap menjaga jarak dengan kehidupan dunia. Jangan sampai dunia yang hanya tempat mampir untuk istirahat ini menjadikan kita lupa kehidupan yang abadi yakni akhirat. Virus corona ini seolah-olah diutus oleh Allah SWT untuk mengingatkan bahwa umat manusia saat ini sudah tenggelam dalam kenikmatan dunia sekaligus lupa dan dibuat lupa oleh pesona dunia. Kehidupan dunia dan akhirat harus seimbang sebagaimana sabda Rasulullah SAW dalam hadis yang diriwayatkan dari Ibnu Umar Ra yang artinya "Bekerjalah untuk duniamu seakan-akan engkau akan hidup selamanya. Dan bekerjalah untuk akhiratmu seakan-akan engkau akan mati besok pagi".

Protokol kesehatan yang terakhir adalah menghindari kerumunan. Hal ini merupakan simbol bahwa terkadang kita memang harus menyendiri dan bermuhasabah terhadap segala sesuatu yang telah diperbuat selama ini. Kita harus menghitung-hitung kembali jika kemungkinan selama hidup ini kita sombong dan tidak dapat menundukkan nafsu. Manusia sering berbuat ketamakan dan kesewenang-wenangan karena nafsu telah menunggangi akal sehat. Sayyidina Umar bin Khattab telah mengingatkan pentingnya muhasabah dalam satu khutbahnya yakni "Hisablah diri (introspeksi) sebelum kalian dihisab, dan berhias dirilah kalian untuk menghadapi penyingkapan yang besar (hisab). Sesungguhnya hisap pada hari kiamat akan menjadi ringan hanya bagi orang yang selalu menghisab dirinya saat hidup di dunia".

"Setidaknya ada dua ikhtiar yang harus kita laksanakan. Yang pertama adalah ikhtiar lahir, kita harus mengikuti petunjuk-petunjuk dan arahan-arahan dari pemerintah, seperti memakai masker, menjaga jarak. Kemudian di samping itu juga kita harus berusaha secara lahiriah, senantiasa bermohon dan mendekatkan diri kepada Allah SWT karena tidak ada satu pun musibah yang turun atas dunia ini merupakan ketentuan dari Allah SWT. Jadi, intinya adalah tidak ada yang bisa mengangkat suatu musibah kecuali Allah SWT. Maka, senantiasa dekatkanlah diri kepada Allah SWT, memperbanyak ibadah-ibadah sunah, bangun tengah malam bermunajat kepada Allah SWT segera diangkat musibah ini," kata Ustaz M Hamin kepada potretnews.com, Jumat (22/1/2021) setelah selesai mengerjakan salat sunat bakdiah Zuhur. ***

Kategori : Bengkalis, Umum
wwwwww