Sumber Kehidupan Nyaris Hilang, Nelayan Sungai Siak Ini Harus Memulung demi Bertahan Hidup

Sumber Kehidupan Nyaris Hilang, Nelayan Sungai Siak Ini Harus Memulung demi Bertahan Hidup

Atan, nelayan di sekitar Sungai Siak Pekanbaru.

Kamis, 07 Januari 2021 12:23 WIB
Rachdinal

PEKANBARU, POTRETNEWS.com — Sungai Siak di Pekanbaru cukup tersohor seantero Nusantara karena pernah menyandang rekor terdalam di Indonesia. Dulu, sungai ini dalamnya mencapai 30 meter. Namun akibat pendangkalan kedalamannya kini diperkirakan hanya 8—12 meter saja.

Bermuara ke Selat Malaka dan memiliki panjang lebih kurang 300 kilometer, Sungai Siak yang memiliki fungsi yang vital dan beragam pun menjadi sumber kehidupan bagi masyarakat di sekitar, salah satunya menjadi nelayan.

Tetapi salah satu nelayan di Kelurahan Tebingtinggi Okura, Kecamatan Rumbai Pesisir, Kota Pekanbaru, bercerita bahwa kini nelayan tangkap sudah susah mendapatkan ikan di sekitar tempat mereka tinggal sejak adanya Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Tenayanraya.

”Memang sekarang sudah terasa dampaknya dalam jangka tiga tahun ini lah sejak berdirinya PLTU dekat kampung kami ini,” ungkap salah satu nelayan bernama Atan kepada potretnews.com, pada Kamis (31/12/2020).

Dia menuturkan, dirinya harus mengayuh kapal selama satu jam untuk menebarkan jaringnya dikarenakan di tempat ia tinggal yang berdekatan dengan PLTU Tenayanraya sudah susah mencari ikan.

”Dulu saya bisa cari ikan di sini, sekarang harus jauh dari sini cari ikannya. Kalau pakai mesin bisa satu jam, kalau mendayung mau dua jam. Ikan bukan habis, tapi lari,” ujarnya.

Atan mengklaim, setelah Sungai Siak ini tercemar, pendapatan mereka sebagai nelayan terus semakin menurun, bahkan harus memulung sampah plastik dan membuat atap dari pohon rumbia agar bisa menghidupin anak dan istri.

”Kehidupan kami memang sangat bergantung dengan Sungai Siak ini, kalau hasil tangkap sedikit atau tidak bisa menjaring, ya saya memulung sampah plastik yang ada di pinggiran Sungai Siak dan memanen pelepah pohon rumbia untuk dijadikan atap lalu dijual agar bisa jadi uang untuk memenuhi kehidupan sehari-hari,” ujarnya, lirih.

Dia menyebut, bahwa saat ini ada lenih kurang 80 nelayan tangkap di Kelurahan Tebingtinggi Okura yang bergantung terhadap Sungai Siak ini.

”Saya sangat ingin bertemu dan meminta perlindungan kepada Bapak Syamsuar (Gubernur Riau), Bapak Kapolda Riau, dan Ketua DPRD Riau serta dinas terkait untuk menyampaikan keluh kesah dan nasib kami ke depan sebagai nelayan di Sungai Siak ini,” harapnya.

Sedangkan Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Riau, Herman Mahmud saat dikonfirmasi potretnews.com, Rabu (6/1/2021) mengatakan akan berkoordinasi dengan pihak terkait khususnya Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Riau guna melakukan pemantauan terhadap Sungai Siak yang diduga tercemar akibat limbah dari perusahaan-perusahaan.

”Kita tak mau nelayan dirugikan, apalagi sampai menghilangkan mata pencaharian mereka, saya akan berkoordinasi dengan DLHK kalau ini memang efek dari pembuangan limbah perusahaan,” ujarnya. ***

Kategori : Pekanbaru, Umum
wwwwww