Seni Menabuh Kompang di Masa Pandemi Covid-19

Seni Menabuh Kompang di Masa Pandemi Covid-19

Grup Kompang Nurul Fajar Dusun Pelimau Desa Sebauk, Bengkalis saat menabuh Kompang di rumah Asri, Ahad (20/12/2020) malam.

Selasa, 22 Desember 2020 15:05 WIB
Junaidi Usman

BENGKALIS, POTRETNEWS.com — Jam telah menunjukkan pukul 22.33 WIB. Langit masih menggantung awan hitam sejak senja pada Ahad, 20 Desember 2020. Namun, suara tabuhan kompang oleh tangan-tangan mungil, kembali menggema memecah malam dari rumah permanen nomor 197 di Jalan Utama RT 13 RW 03 Dusun Kampung Parit, Desa Pangkalanbatang Barat Bengkalis, setelah selesai menabuh Kompang dalam acara "Tepuk Tepung Tawar" yang digelar bakda Isya.

Tabuhan Kompang sahut bersahut, setiap anggota punya pukulan tersendiri yang merupakan "Penengkah" pukul kawan di sampingnya, sedang suara jangkrik dan katak sedikit pun tiada menyahut.

Beriring kalimah berzanji yang keluar dari mulut 25 penabuh kompang Grup Nurul Fajar Dusun Pelimau, Desa Sebauk dan ada juga anggotanya berasal dari Desa Senderak serta Desa Pangkalan Batang Barat, mereka datang memenuhi undangan Asri dan Fauziah yang akan melangsungkan pesta pernikahan anaknya Yulfi Yendri dengan Sri Wahyuni pada Senin, 21 Desember 2020 keesokan harinya.

Waktu terus berlalu mengurai malam, jam telah menunjukkan angka 22.49 WIB, bacaan "Tanakal" pengiring tabuhan Kompang baru saja berakhir. Hanya sejenak dan teramat sejenak sehingga bolu kemojo, kopi hitam dan teh hangat yang disiapkan oleh tuan rumah belum sempat disantap kembali oleh puluhan anggota kompang yang dipimpin Asral ini sebab pukulan Kompang bersahutan kalimah dari Kitab Berzanji "Ya Rabbana" telah pula diawali Muhammad Ardiansyah sang pemeran Atan dalam film Kompang Kampong yang ikut dalam Indonesian Short Film Festival "ISFF" di SCTV tahun 2015 silam menjadi penjeda gelak tawa riang gembira oleh beberapa anak-anak usia TK dan SD serta kaum tua yang hadir menyaksikan permainan mereka.

Jeda dinanti pun tiba, keringat di dahi M Fitra Saputra pemeran Dogol kawan berakting dengan Atan dalam film disebutkan di atas tadi pun segera menyeruput kopi yang tersenyum lirih dari gelas berbunga yang telah dihidangkan Hikmal Maulana pemeran Kujang dalam film yang sama bersama beberapa orang rekan sebayanya.

Tak lama berselang, Idmawati seorang guru di SMPN 6 Bengkalis, Mak Cik mempelai pria bertanya kepada guru Kompang Asral yang akrab disapa Yai untuk mengeluarkan "Pecal" ke tengah penabuh Kompang. Yai menjawab senada dengan Abang Idmawati, Drs Kamaruddin yang bekerja di Kementerian Agama Provinsi Riau pula menjawab "Nanti dulu!".

Malam semakin larut, "Ya Rabbana" menjadi bacaan pengiring pukulan berikutnya. Drs Kamaruddin yang telah berusia 57 tahun, kala itu memberanikan diri untuk membenam rindu masa kecilnya dulu yang pernah belajar menabuh Kompang di Meskom dengan meminta Kompang dari Raihan, cucu dari almarhum Usman sang pemikul peluru senjata Soebrantas kala Perang Sosoh di Desa Pedekik pada Januari 1949 silam untuk ikut menabuh Kompang bersama grup yang pernah diundang dan hadir di acara Khanduri Laot Sabang pada 30 Maret sampai 1 April 2019 tahun lepas di pelabuhan Container Terminal 3 Badan Pengusahaan Kawasan Sabang (CT3 BPKS), Provinsi DI Aceh.

Setelah menerima Kompang dari Raihan sang pemeran Raihan di film "Risau Anak Pulau", Drs Kamaruddin yang tak lain adalah anak Penghulu Desa Pangkalan Batang, H Abdul Gafar ini, coba mengingat-ingat pukulan dan kalimah berzanji yang tak sukar baginya untuk menghadirkan kenangan silam.

Meskipun sudah cukup lama, namun Drs Kamaruddin yang juga akrab disapa "Atan" ini mampu memperindah suasana dengan pukul "Penyelah" dari pukulan penabuh lainnya dan saat istirahat beliau sempat bertanya kepada Asral "Yai" berapa biaya untuk mengajar anak-anak usia SD di dusun yang Kepala Dusunnya adalah Asri warga Tanah Putih Kecamatan Tanah Putih Tanjung Melawan, Kabupaten Rokan Hilir saat ini adalah guru di MTs Annahdatuddiniyah yang tengah melangsungkan pernikahan anaknya tersebut.

"Siapkan anak-anaknya dulu!" jawab Asral guru Grup Kompang Nurul Fajar yang pernah meraih juara 2 dalam Festival Seni Islami tajaan Unit Pengelola Teknis (UPT) Museum Taman Budaya Provinsi Riau pada Mei 2016 silam. Malam mendung masih tetap tanpa gerimis sekarang menuju pergantian hari.

Jam telah mencecah angka 23.46 WIB kala "Ya Rasulullah" menjadi tabuhan terakhir malam itu. Setelah semua menerima telur dan nasi kunyit yang dikemas dalam sebuah tas kertas bermotif batik, masing-masing terlihat sibuk mengemas peralatan dan perlengkapan Kompang mereka.

Tak lupa tuan rumah menitipkan satu paket telur tadi buat Feri anggota grup yang telah libur sekolah sejak hari itu dari Pesantren Bengkalis Qur'an Center (Bequranic) Pesantren Ilmu Qur'an (PIQ) yang turut menghadirkan diri tapi tidak berkesempatan menabuh Kompang karena sakit asmanya kembali kambuh.

Sebelum menuju kendaraan masing-masing, Yai kembali mengingatkan Muhammad Ardiansyah "Atan" mahasiswa STAIN Bengkalis Program Studi (Prodi) Ekonomi jurusan Syariah dan Ekonomi Islam semester I anggota grup Kompang ini untuk membonceng anggota lain yang tidak membawa kendaraan.

Kerja selesai, amanah sampai, secara bergantian seorang demi seorang, seluruh anggota Kompang menyalami lalu mencium tangan Asral juga tangan jurnalis potretnews.com petanda memohon restu dengan sedikit senyum di wajah.

"Bismillahirrahmanirrahim. Pertama kita mengucapkan terima kasih kepada tuan umah, sudi mengundang Grup Kompang Nurul Fajar Desa Sebauk. Kedua, kita sangat berbahagia karena malam ini anak-anak kita betul-betul bersemangat menabuh Kompang. Mudah-mudahan dapat meneruskan ke generasi berikutnya," kata Guru Kompang, Asral setelah selesaina agenda malam itu.

Semua bersurai untuk kembali ke rumah merajut mimpi indah sebab esok masih ada satu tugas lagi, menabuh Kompang dalam acara "Berarak Pengantin" bagian senarai Adat Pernikahan Melayu Bengkalis. Senin, 21 Desember menjelang azan Zuhur tepat pukul 11.37 WIB, dari rumah Abdul Wahab yang berjarak sekitar 350 meter sahaja dengan rumah Asri tempat acara pesta, mempelai pria terlihat mengenakan stelan songket pakaian Melayu "Teluk Belanga" akhirnya diarak oleh grup Kompang Nurul Fajar yang telah melahirkan hampir sepuluh generasi penabuh Kompang dari berbagai usia dan pendidikan.

Hanya sekitar tujuh menit perjalanan kaki, rombongan mempelai pria pun tiba di lokasi pesta. Terlihat, seorang perwakilan dari rombongan mempelai saling bertukar "Tepak Sirih" sedang mulut tertutup masker namun senyum bahagia terlihat mengambang di wajah mereka. Mempelai pria lalu segera menuju ke pasangan dua buah kursi plastik yang telah disiapkan di depan rumah untuk diduduki mempelai bersama "Gading" Riki Rinaldi yang mengambil posisi kiri yang sejak awal "Berarak" tadi dengan payung berwarna "Kuning Keemasan" memayungi "Raja Sehari" Yulfi Yendri, Aparatur Sipil Negeri (ASN) Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bengkalis yang juga mengenakan masker warna putih biru.

Tabuhan Kompang terus bertengkah, Muhamad Abdul Rachim seorang pelajar tingkat SMA di SLB Bengkalis menyambut mempelai dengan silat. Hanya beberapa jurus, Muhammad Abdul Rahim yang pernah mengharumkan nama Indonesia di internasional bidang olahraga paralympic ini segera pula Muhammad Syahrizal, seorang remaja tanggung berkacamata minus yang akrab dipanggil Syah anggota grup Kompang tersebut terlihat mengikuti arahan Yai untuk membuka jurus "Silat Bunga" yang sebelumnya terlihat menyerahkan Kompang kepada Ambi, seorang kakek warga Sebauk.

Dan setelah jurus singkat berakhir, remaja yang merupakan pelajar MTs Annahdatuddiniyah kembali bergabung bersama penabuh Kompang lainnya. Hanya beberapa pukulan saja untuk mengantar mempelai pria ke pelaminan yang telah duduk Sri Wahyuni, mempelai wanita asal Kelurahan Mundam Kecamatan Medang Kampai, Kota Dumai. Tabuhan Kompang pun berhenti bersamaan duduknya Raja Yulfi Yendri di sisi kanan "Ratu Sehari" Sri Wahyuni di "Singgasana Kerajaan Bahtera Rumah Tangga" didampingi kedua orang tua masing-masing. ***

Kategori : Bengkalis, Umum
wwwwww