Home > Berita > Umum

Pria Miskin Meninggal Digigit Ular tanpa Sempat Dibawa Berobat karena tak Punya Uang, Tinggal di Gubuk Reyot bersama Istri dan 4 Anak

Pria Miskin Meninggal Digigit Ular tanpa Sempat Dibawa Berobat karena tak Punya Uang, Tinggal di Gubuk Reyot bersama Istri dan 4 Anak

Kondisi rumah almarhum Zaini di Desa Sungaisayang, Kecamatan Sadu, Kabupaten Tanjab Timur, yang fotonya viral di media sosial/TRIBUNNEWS.com

Jum'at, 20 November 2020 16:05 WIB
JAMBI, POTRETNEWS.com — Kisah keluarga kurang mampu di Jambi lantaran sang kepala keluarga Zaini meninggal dunia setelah sakit beberapa hari karena digigit ular, viral di media sosial. Dalam beberapa foto yang beredar di media sosial, Zaini terlihat terbaring sakit, dikelilingi isteri dan anaknya yang masih kecil-kecil. Dalam foto terlihat pondok sederhana Zaini, berlantai papan dengan dinding atap daun nipah. Setelah foto tersebut viral, banyak warganet yang akhirnya simpati dan memberikan bantuan. Kondisi pondok tempat keluarga ini tinggal juga cukup memprihatinkan.

Melansir Kompas.com, kakak ipar Zaini, Husni, yang dihubungi melalui telepon, Jumat (20/11/2020) mengatakan, Zaini menumpang di tanah orang untuk mendirikan pondok.

Rumah yang terbuat dari kayu dan beratapkan daun nipah tersebut dibangun gotong royong oleh warga sekitar dan menumpang di tanah warga. ”Zaini sudah meninggal dunia beberapa hari lalu. Dia sakit karena digigit ular saat pergi ke laut," kata Husni melalui sambungan telepon, Jumat.

Bagian bawah rumah pondok yang menggunakan tiang, akan terendam air saat air pasang. Kemudian sangat kesulitan mencari air bersih. Tentu ini juga berisiko memunculkan berbagai penyakit, terutama pada anak-anaknya yang masih kecil.

Digigit ular, istri tak berani bawa ke RS
Dia menuturkan, akibat digigit ular, Zaini terbaring sakit di rumah selama beberapa hari. Namun, isterinya tidak berani membawa Zaini ke rumah sakit karena tidak memiliki uang.

”Awalnya dia digigit ular, sejak itu almarhum mulai kurang sehat dan lemas hingga jarak lima hari sakit, dia meninggal," jelasnya.

Husni mengatakan, Zaini meninggalkan empat orang anak yang masih kecil-kecil. Anak tertua umurnya 8 tahun. Sementara adik-adiknya hanya berjarak satu tahun.

Dia mengatakan semenjak foto Zaini dan rumahnya itu viral, banyak bantuan datang dari berbagai pihak. Bahkan datang dari Sulawesi, Jawa, Padang bahkan dari negara tetangga, Australia.

Tidak punya KTP, tak dapat bantuan Covid-19
Keluarga Zaini berada di bawah garis kemiskinan. Husni mengatakan keseharian almarhum memang hidup keterbatasan dan seadanya.

Dia hanya bekerja sebagai pencari sejinjing (hewan khas pesisir) yang nantinya dijual untuk pakan pancing, dan sesekali mencari hewan laut untuk dijual. Zaini tidak memiliki kapal maupun perahu.

Dia hanya pencari umpan pancing, bagi nelayan yang hendak melaut. "Pendapatan dia hanya cukup untuk makan. Dan itu lebih banyak kurangnya," kata Husni lagi.

Husni juga merasa khawatir, dengan nasib isteri dan anak-anak Zaini. Sementara bantuan Covid-19 dari pemerintah, tidak dapat menjangkau mereka. "Pemerintah tidak bisa bantu, karena Zaini tidak memiliki KTP. Sementara KK-nya itu dari Muarojambi," kata Husni lagi.

Tetapi, keluarga Zaini sudah 8 tahun tinggal di Desa Sungaisayang, Sadu. Pemerintah pernah mendatangi rumah Zaini dan memintanya mengurus KTP. "Zaini tidak langsung pergi membuat KTP atau KK. Dia mungkin tidak sempat, karena harus bekerja," kata Husni lagi.

Penjelasan Kades Sungai Sayang
Sementara itu, Kades Sungai Sayang, Ahmadia menuturkan pemerintah desa mau mengeluarkan bantuan Covid-19 untuk keluarga Zaini. Sayangnya, kata dia, Zaini tidak memiliki KTP dan KK.

Sehingga akan melanggar aturan, kalau mereka diberi bantuan. "Kita tetap berikan bantuan, yang sifatnya tidak membutuhkan KTP dan KK. Biasanya berupa sembako," kata Kades lagi.

Dia juga menyebutkan warga yang menerima bantuan Covid-19, ada yang ingin berbagi bersama Zaini. Mereka juga menyisikan sebagian bantuan, untuk Zaini. Menurut Ahmadia, sudah lebih dari tiga tahun, keluarga Zaini tinggal di Desa Sungaisayang.

Pembuatan KTP terkendala surat keterangan pindah
Lalu mengapa Zaini belum memiliki KK dan KTP? Ahmadia mengaku dirinya baru setahun menjabat kades. Pihak desa sudah pernah mengupayakan untuk mengurus KK dan KTP yang bersangkutan ke Dukcapil Tanjab Timur.

Namun, terkendala domisili yang masih merupakan warga Muarojambi dan harus memiliki surat keterangan pindah domisili terlebih dahulu, untuk dapat diproses. Kata Kades, untuk KTP sendiri hanya KTP istri yang ada, itupun masih KTP lama belum berbasis elektronik. Namun, kalau untuk NIK KK yang domisili Muarojambi, tadi sudah terdaftar di sistem komputer. ***/Riau

Editor:
Akham Sophian

Kategori : Umum
wwwwww