Konji Berayak, Kuliner Legendaris Masyarakat Kuansing yang Selalu Dihidangkan Saat Festival Pacu Jalur

Konji Berayak, Kuliner Legendaris Masyarakat Kuansing yang Selalu Dihidangkan Saat Festival Pacu Jalur

Suasana pembuatan Konji Berayak oleh warga Desa Bukit Kauman/ISTIMEWA

Sabtu, 08 Agustus 2020 19:24 WIB

KUANSING, POTRETNEWS.com — Kabupaten Kuantan Singingi (Kuansing) di Provinsi Riau tidak hanya terkenal akan adat istiadat serta alamnya yang indah, tetapi juga makanan khas unik yang mempunyai cita rasa tersendiri.

Salah satu makanan legendaris yang kesohor di daerah ini yaitu Konji Berayak. Namun, untuk bisa menyicipi Konji Berayak bukanlah perkara mudah.

Bagaimana tidak, makanan ini biasanya disediakan dalam event Pacu Jalur yang diselenggarakan setiap tahunnya. Kuliner Konji Berayak memang sudah turun-temurun dari masa ke masa.

Setiap desa di Kuantan Singingi menamai Konji Berayak dengan nama yang berbeda-beda, seperti di Lubuk Jambi dinamai dengan Konji Anak Lobah, di Desa Bukit Kauman dikenal dengan Konji Tundo, dan di Desa Sangau dinamai Konji Baisi.

Seorang ibu warga setempat Ermayenti (48) menuturkan, Konji Berayak di desanya dinamakan Konji Tundo, karena dalam proses pembuatannya dilakukan dengan cara didorong atau yang lebih dikenal dengan ”ditundo”.

Makanan ini bertekstur kenyal dengan kuah santan kental bercita rasa manis. Cara membuat konji barayak ini sangatlah mudah. Terdiri dari bahan-bahan yang sangat mudah didapat. Bahan utamanya adalah tepung beras, gula pasir, garam, air, dan santan. Bisa dilengkapi dengan kapur sirih dan daun pandan.

”Ini kali pertama saya menyicipi makanan khas Kuantan Singingi, dan saya rasa makanan ini enak dan membuat saya ketagihan,” ujar Sucitra Oryza, salah satu mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (Kukerta) Universitas Riau (Unri) 2020, Ahad (19/7/2020) lalu.

Keistimewaan Konji Berayak bukan pada rasanya, bukan pula pada pengemasannya. Tetapi pada tradisi yang melekat pada Konji Berayak ini, yaitu tradisi ”Bakonji”.

Tradisi Bakonji merupakan tradisi memasak makanan saat bergotong royong membuat rumah, penyambutan tamu/tokoh masyarakat penting di daerah tersebut dan pada saat adanya perayaan-perayaan besar di daerah setempat.

Dalam pelaksanaannya para lelaki bekerja membangun rumah, sementara kaum perempuan sibuk memasak makanan Konji Berayak. Di saat para lelaki mengaduk semen, para perempuan bertugas mengaduk kuah santan untuk Konji Berayak.

Hingga waktu istirahat tiba, Konji Berayak pun disuguhkan dan disantap bersama-sama. Di sinilah letak nilai lebih dari Konji Berayak ini. Tradisi bakonji mengungkap dan mengangkat makna gotong royong yang luar biasa.

Lewat tradisi ini, masyarakat mengenyahkan sifat individualisme manusia, dan mengedepankan kebersamaan. Baik itu laki-laki dewasa maupun perempuan dewasa, hingga pemuda dan anak-anak bersama-sama berkumpul, bekerja, bercanda, mempererat hubungan, dan menyantap makanan.

Rasa manis dari Konji Berayak benar-benar menggambarkan betapa manisnya suasana tersebut. Nilai inilah yang tidak dimiliki makanan kekinian. Maka sudah sepantasnya masyarakat lebih menghargai dan mengenal makanan tradisional yang sarat akan makna ini. Soal cita rasa dijamin tidak akan kecewa.

Sebagai bentuk pengabdian, mahasiswa Kuliah Kerja Nyata Universitas Riau (Kukerta Unri) tahun 2020 ikut ambil bagian dalam pembuatan Konji Berayak Bersama Masyarakat Desa Bukit Kauman. Bagi mereka, pengalaman membuat makanan khas Kuansing sangat berkesan. Dari pengalaman tersebut mereka diajarkan dan ikut merasakan apa arti dari sebuah kebersamaan.

Masyarakat Desa Bukit Kauman berharap makanan khas Kuantan Singingi ini dapat dikenal oleh masyarakat luar melalui perantara mahasiswa Kukerta Unri 2020. Meresons harapan itu, para mahasiswa pun menyambut baik. (rls)

Kategori : Kuansing, Umum
wwwwww