Home > Berita > Umum

Kisah Anggota PJR Polda Riau Si Pengayom Anak Jalanan yang Lepaskan Belenggu dari Preman

Kisah Anggota PJR Polda Riau Si Pengayom Anak Jalanan yang Lepaskan Belenggu dari Preman
Rabu, 01 Januari 2020 12:11 WIB

PEKANBARU, POTRETNEWS.com — Kisah anggota Polisi Jalan Raya (PJR) Polda Riau dalam memberikan perlindungan anak jalanan yang putus sekolah di Pekanbaru, pantas diteladani.

Betapa tidak. Anggota ini melepaskan belenggu dari ”preman” yang ”memeras” anak jalanan.

Sosok ini adalah AKBP Indra Wijadmiko Kasat PJR Polda Riau. Di luar tugas jam kerjanya, dia menyisakan waktu untuk berkumpul bersama anak-anak jalanan yang selalu mencari rezeki di traffic light pertigaan Jalan Sudirman-Jalan Tuanku Tambusai dan perempatan jalan Soekarno-Hatta dan Tuanku Tambusai Pekanbaru.

Pemandangan anak-anak yang menjual jasa membersihkan mobil atau menjual dagangan ternyata selama ini di bawah ”tekanan” sekelompok preman. Anak-anak jalanan tak berdaya di bawah dikendalikan preman.

Sekelompok orang tak bertanggung jawab memanfaatkan anak jalanan tersebut. Mereka boleh menjual jasa di persimpangan lampu merah sepanjang memberikan setoran. Malah kadang uang yang didapat para anak jalanan lebih banyak disetorkan ke preman tersebut.

Di sinilah Indra, ayah dua orang anak mencoba melakukan pendekatan kepada anak jalanan. Terutama dia mendekati orang-orang yang memanfaatkan anak jalanan di bawah tekanan. Dia mendekati pihak tertentu, agar anak jalanan dilepaskan dari belenggu ancaman.

Indra harus mengeluarkan kocek pribadinya kepada pihak tertentu yang selama ini memanfaatkan anak jalanan ini. Dia menginginkan biarkan anak jalanan ini menjual jasanya tanpa dikendalikan pihak lain. Sudah lebih berjalan dua bulan, Indra melakukan pendekatan di luar jam dinasnya. Tidak semudah yang dibayangkan untuk ”mengurai” persoalan anak jalanan yang dilakoninya.

”Saya dekati orang-orang yang mengendalikan anak jalanan. Awalnya mereka terusik karena saya dianggap ikut campur. Saya terus melakukan pendekatan, agar anak jalanan terbebas dari tekanan para sekelompok orang," kata Indra, Rabu (1/1/2020).

Menurut Indra, anak jalanan ini takut dengan sekelompok orang tersebut. Sebab, kalau anak jalanan ingin mencari rezeki di persimpangan mereka wajib membayar ke sekelompok orang di sana.

Penghasilan anak jalanan yang didapat lebih banyak diambil sekelompok orang itu. Indra pun berkiprah di sini. Dia rangkul semua pihak. Anak-anak jalanan yang mayoritas putus sekolah itu kini bisa dirangkulnya. Begitu juga dengan sekelompok orang yang selama ini mengendalikan anak jalanan.

Dari pendekatan yang dilakukan, Indra mengetahui dari 20 anak jalanan di dua persimpangan itu mayoritas putus sekolah. Mereka berasal dari keluarga miskin yang orang tuanya tak sanggup menyekolahkan anak-anaknya walau hanya setingkat SD.

”Anak-anak cerita ke saya, kalau mereka sesungguhnya ingin bersekolah sebagaimana anak-anak lainnya," tutur ayah dua orang anak ini.

Indra menuturkan, karena masalah ekonomi, anak jalanan ini tak berani bermimpi soal masa depan. ”Setiap saya tanyakan apa cita-citanya, mereka jawab tak punya cita-cita. Sebab, di mata mereka cita-cita itu hanya untuk anak-anak yang bersekolah," tutur Indra.

Pelan tapi pasti, Indra terus melakukan pendekatan. Dalam sepekan minimal tiga kali dia harus mengeluarkan kocek pribadinya untuk membeli nasi bungkus untuk makan bersama dengan anak-anak jalanan. Indra sama sekali tidak merasa risih untuk berkomunikasi atau kongko bersama di bawah flyover untuk makan bersama dengan anak jalanan. Baginya, menyisakan rezeki buat anak jalanan hanya bentuk pengabdian untuk generasi mendatang yang nasibnya tak seindah anak pada umumnya. Hari-hari mereka ada di jalanan mengharap belas kasihan dari pengemudi kendaraan. Indra mengajarkan bagi anak-anak jangan hanya sekadar menadahkan tangan semata, minimal mereka harus berjualan apa saja yang halal.

”Saya menjalani ini baru mau masuk tiga bulan terakhir. Saya berharap nantinya akan ada edukasi buat mereka belajar membaca dan menulis dan belajar membaca Alquran. Saya akan minta bantu rekan-rekan PJR lainnya untuk meluangkan waktu mengedukasi anak-anak jalanan ini," kata Indra.

Meluangkan waktu dan menyisakan rezeki buat anak jalanan, hanya sebagai bentuk pengabdian tanpa pamrih. Apalagi Indra merasa kedua anaknya sudah dewasa dan sudah bekerja yang tak membebaninya lagi.

”Saya lagi membina anak jalanan dan berharap mereka harus bersekolah. Sebab, dari keluh kesah anak jalanan, mereka merindukan untuk bisa bersekolah. Inilah yang akan kita cari jalan keluarnya. Kita harus merangkul anak-anak ini dulu, yang juga bagian dari generasi bangsa,” pungkas Indra. ***

Berita ini telah terbit di detik.com dengan judul "Kisah Anggota PJR Polda Riau Ayomi Anak Jalanan"

Editor:
Akham Sophian

Kategori : Umum, Pekanbaru
wwwwww