Pekanbaru Tenggelam dalam Lautan Asap, Batik Air dari Jakarta Berputar-putar di Udara Selama 30 Menit

Pekanbaru Tenggelam dalam Lautan Asap, Batik Air dari Jakarta Berputar-putar di Udara Selama 30 Menit

Kabut Asap di Kota Pekanbaru. (MERDEKA.com)

Sabtu, 21 September 2019 08:20 WIB
PEKANBARU, POTRETNEWS.com - Batik Air nomor penerbangan 6856 dari Jakarta harus berputar-putar di udara selama lebih kurang 30 menit, Jumat (20/9/2019). Pilot pesawat Air Bus A320 itu enggan mengambil risiko mendaratkan si burung besi ke landasan pacu Bandara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru, Riau saat jarak pandang kurang dari 600 meter.

Sehari sebelumnya, pesawat dari maskapai yang sama juga mengalami hal serupa. Bedanya, pada Kamis pagi kemarin, Batik Air harus berputar satu jam lamanya kala kabut asap pekat membuat jarak pandang hanya 500 meter.

Jarak pandang yang tak begitu menguntungkan bagi pilot untuk mendaratkan badan pesawat berisi ratusan penumpang itu. Sejatinya, kabut asap Riau terjadi sejak Juli 2019 lalu. Namun hingga September kabut asap tak kunjung membaik, malah justru semakin membuat panik.

Sejumlah penerbangan harus terganggu setiap harinya. Sementara hingga hari ini lebih dari dua pekan lamanya pelajar dan mahasiswa harus diliburkan akibat asap pekat yang betah bertahan pada level sangat tidak sehat hingga berbahaya.

Warga pun membatasi aktivitas di luar ruangan, lantaran udara yang tidak sehat, dampak dari kebakaran hutan dan lahan. Elise Citrawati, ibu rumah tangga di Pekanbaru memilih untuk berdiam diri dalam kamar bersama anaknya. Sambil menunggu suami pulang bekerja, si ibu mengajak anaknya bermain, dengan memindahkan mainan anak dari ruang tengah ke kamar.

”Sudah hampir dua pekan saya lebih banyak di kamar. Habis masak, lalu makan di kamar sama anak. Apalagi saya sedang hamil anak kedua, kandungan 5 bulan, Setelah itu, main puzzle, dan mainan lainnya ya di kamar saja," kata Elise kepada wartawan.

Kondisi terbaik selalu dipilih orang tua demi kesehatan anak. Sebagian ibu lainnya, memilih posko kesehatan yang didirikan salah satu partai politik di Jalan Soekarno Hatta Pekanbaru. Ada yang hanya satu hari, ada juga sudah 7 hari menginap di posko berlantai 3 itu.

Sebagian warga bahkan mengambil pilihan untuk mengungsi ke luar Kota Pekanbaru. "Sudah sepekan lalu anak dan istri saya ungsikan ke kampung. Kalau saya biarlah di Pekanbaru, nyari uang untuk kehidupan keluarga kami," kata Anggi Ramadhoni, salah seorang warga Pekanbaru.

Petaka asap juga sampai merenggut nyawa bayi dari pasangan Evan dan Yani. Bayi yang baru berusia tiga hari tersebut meninggal akibat paparan asap kebakaran.

Bayi yang memiliki berat 2,8 kilogram itu meninggal saat dalam perjalanan menuju ke rumah Sakit Syafira Pekanbaru. Meski telah meninggal di tengah perjalanan, bayi itu sempat diperiksa dokter sesampainya di rumah sakit swasta besar di kota itu.

"Dokter bilang anak saya terdampak virus karena asap. Sesak napas," katanya serasa meneteskan air mata.

Kisah Evan juga dikhawatirkan oleh orang tua lainnya di Riau. Dinas Kesehatan Provinsi Riau menyatakan hingga kini lebih dari 304.900 kasus infeksi saluran pernapasan akut ISPA tercatat di Bumi Lancang Kuning itu.

”Jumlah kasus kunjungan per Januari hingga September 2019 terdapat 304.900 kasus kunjungan," kata Kepala Dinas Kesehatan Riau Mimi Yuliani Nazir.

Mimi mengakui jika berdasarkan data statistik yang dihimpun Dinas Kesehatan Provinsi Riau, jumlah kunjungan masyarakat ke pelayanan kesehatan untuk memeriksakan diri akibat terdampak ISPA terus meningkat.

Bahkan sepanjang September 2019, masyarakat yang mengunjungi layanan kesehatan akibat ISPA se-Riau mencapai 24.589 kunjungan.

Angka ini berpotensi terus meningkat mengingat kualitas udara di sejumlah wilayah di Riau berada pada level sangat tidak sehat hingga berbahaya akibat jerebu (asap) karhutla. "Dilihat dari data statistik hari per hari terjadi peningkatan masyarakat ke pelayanan kesehatan untuk memeriksa kesehatan terkait ISPA," ujarnya.

Peningkatan jumlah masyarakat terdampak ISPA diakui Mimi berpengaruh pada ketersediaan obat-obatan. Meski begitu, dia mengklaim pasokan obat masih cukup. Dia juga menyatakan terus berkoordinasi dengan Kementerian Kesehatan untuk menjaga pasokan obat tetap dalam keadaan aman.

Guna mengantisipasi jumlah penderita ISPA, Dinas Kesehatan Provinsi Riau juga menyatakan telah menyebar sebanyak 1,5 juta masker ke masyarakat. Angka itu berpotensi lebih banyak mengingat sejumlah Dinas Kesehatan Kabupaten dan Kota juga melakukan pengadaan dan pendistribusian masker secara mandiri kepada masyarakat.

Dia menjelaskan sebaran masker kepada masyarakat tersebut mulai meningkat sejak Juli 2019 lalu, atau kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) mulai menyelimuti Bumi Lancang Kuning.

Permintaan masker juga semakin meningkat seiring kualitas udara di wilayah itu terus memburuk bahkan menyentuh level berbahaya. "Jadi masker itu memang laris manis dengan kondisi seperti ini," ujarnya. ***

Berita ini telah tayang di merdeka.com dengan judul "Pekanbaru Tenggelam Dalam Lautan Asap"

Editor:
Akham Sophian

Kategori : Lingkungan, Pekanbaru
wwwwww