Cerita Warga Rimbopanjang Kampar Menjerit Ketakutan, Api Karhutla Hanya Berjarak 30 Meter dan Nyaris Lalap Rumahnya

Cerita Warga Rimbopanjang Kampar Menjerit Ketakutan, Api Karhutla Hanya Berjarak 30 Meter dan Nyaris Lalap Rumahnya

Sejumlah petugas Manggala Agni bersama anggota TNI berusaha melakukan pendinginan saat kebakaran hutan di Desa Rimbopanjang, Kabupaten Kampar, Riau, Selasa (17/9/2019). (GATRA.com)

Rabu, 18 September 2019 08:15 WIB

PEKANBARU, KAMPAR, POTRETNEWS.com - Rumah Sri Ru'ayati (49) nyaris hangus dilalap api akibat kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Desa Rimbopanjang, Kabupaten Kampar, Riau. Jarak titik api dari rumahnya hanya kira-kira 30 meter.

Kejadian itu diceritakan Sri, Selasa (17/9/2019) sore. Saat itu, dia tengah menjaga barang-barang dalam yang sudah dikeluarkan untuk dievakuasi.

Kira-kira pukul 19.00 WIB, Senin (16/9/2019), Sri bersama suaminya, Edy Mulyono (60) dan empat anaknya sedang berada di dalam rumah.

Tiba-tiba, dia mendengar suara api yang membakar semak belukar kering di belakang rumahnya. ”Pas dengar suara api, saya dan suami keluar. Saat itu kami melihat cahaya api merah sangat dekat dengan rumah kami sekitar 30 meter jaraknya lagi," kata Sri.

Lalu, dia dan anak-anaknya teriak-teriak mencari pertolongan. Sri dan keluarganya panik hingga ketakutan. Beruntung, tak jauh dari lokasi masih ada petugas pemadam kebakaran.

Karena, tim pemadam juga sudah beberapa hari melakukan pemadaman karhutla di sana. Sehingga, Sri dan anak-anaknya berlari sambil histeris menjemput petugas pemadam. "Petugas pemadam kami jemput, karena mereka masih padamkan api di sekitar lokasi. Tapi, api saat itu makin dekat ke rumah kami," ujar Sri.

Petugas pemadam yang mendapat laporan langsung bergegas menyiram api. Sejumlah warga juga turut membantu. Untuk memadamkan api, petugas terpaksa mendobrak pagar yang terbuat dari seng untuk memutus penjalaran api.

Sri mengaku sangat bersyukur petugas cepat respons dan menolongnya. Jika tidak, rumahnya akan hangus terbakar. "Tak kebayang kalau tidak cepat ditolong. Bisa habis rumah kami," ungkapnya.

Sebagian peralatan rumah tangga sudah dikeluarkan untuk dievakuasi karena situasi saat itu sudah berbahaya. Selain api yang sangat besar, asap juga sangat pekat di sekitar rumahnya. Sri dan keluarganya memutuskan untuk mengungsi sampai situasi aman. Dia mengungsi ke rumah saudaranya yang tak begitu jauh dari tempat tinggalnya.

"Sekarang kami sekeluarga mengungsi ke rumah saudara. Sebagian barang-barang dalam rumah juga sudah dikeluarkan untuk dievakuasi," sebutnya.

Sejak mengungsi, Sri dan suaminya sering bolak balik melihat rumahnya. Dia masih khawatir jika api membesar lagi. Namun, tadi siang sudah banyak petugas dari TNI, kepolisian, BPBD, Manggala Agni dan masyarakat berjibaku memadamkan api.

Sebagian besar titik api sudah berhasil dipadamkan. Luas lahan yang terbakar sekitar lima hektar. Sejauh ini, belum diketahui penyebab kebakaran yang terjadi di perbatasan Kota Pekanbaru dengan Kabupaten Kampar ini.

"Penyebabnya saya enggak tahu juga. Karena kebakaran terjadi sejak hari Ahad (15/9/2019) kemarin," sebut Sri. Meski titik api sudah cukup jauh dari rumahnya, Sri mengaku masih ketakutan mendengar si jago merah melahap semak belukar dan gambut.

Apalagi, pada malam hari warga yang tinggal di dekat jalan lintas Riau-Sumatera Barat ini, sesekali mendengar suara api. "Saya ketakutan dengar suara api. Tidur pun jadi tak nyaman, karena rumah tinggal," tutur Sri.

Dia berharap kebakaran lahan didekat rumahnya agar cepat teratasi, agar dapat kembali ke rumah. Terpapar asap Sebelum terjadinya kebakaran di dekat rumah Sri, kabut asap juga sudah hampir sepekan menyelimuti permukiman warga.

Kabut asap disebabkan oleh karhutla di lokasi lain. Namun, kabut asap diperparah dengan adanya kebakaran dekat rumahnya. Sehingga, Sri dan keluarganya makin terkena dampak kabut asap.

Saat ini Sri dan keluarganya mengeluhkan batuk, sesak napas dan mata perih. "Di sini udah seminggu berasap. Sekarang tambah parah, karena kebakaran dekat rumah. Saya sekeluarga udah batuk-batuk, sesak napas, dan mata perih," katanya.

Untuk mencegah dampak lebih parah, Sri dan keluarganya menggunakan masker. Sebagaimana diketahui, kebakaran hutan dan lahan masih terus terjadi di sejumlah titik di wilayah Riau. Bencana ini menyusul timbulnya kabut asap. Bahkan, kabut asap pekat lebih kurang sepekan menyelimuti Riau.

Situasi ini menyebabkan udara tidak sehat, sehingga banyak rakyat yang sakit. Sementara itu, tim Satgas Karhutla telah melakukan berbagai upaya untuk menanggulangi bencana yang hampir terjadi setiap tahun di Riau. ***

Berita ini telah tayang di kompas.com dengan judul "Cerita Warga Kampar Riau Menjerit Ketakutan, Api Kebakaran Lahan Nyaris Bakar Rumahnya"

Editor:
Akham Sophian

Kategori : Lingkungan, Kampar
wwwwww