Home > Berita > Umum

Surau Tua di Pekanbaru Ini Saksi Bisu Perjuangan Laskar Fisabilillah Masa Penjajahan Belanda

Surau Tua di Pekanbaru Ini Saksi Bisu Perjuangan Laskar Fisabilillah Masa Penjajahan Belanda

Surau Al Irhaash di Pekanbaru. (TRIBUNNEWS)

Kamis, 09 Mei 2019 18:21 WIB
PEKANBARU, POTRETNEWS.com - Surau Al Irhaash di Pekanbaru Riau, dibangun tahun 1925, saksi bisu perjuangan para Laskar Fisabilillah masa penjajahan Belanda. Surau Tua Al Irhaash yang konon dibangun pada tahun 1925 tersebut merupakan saksi bisu perjuangan para laskar Fisabilillah pada masa penjajahan Belanda.

Pada masa penjajahan Belanda, Surau Tua Al Irhaash tersebut ternyata sempat dijadikan markas para laskar Fisabilillah. Sekilas tak ada yang menonjol dari bangunan Surau Al Irhaash di Jalan Senapelan, Kampung Bukit, Senapelan Kota Pekanbaru ini.

Sama seperti surau atau musala lainnya, Surau Al Irhaash ini memiliki struktur bangunan rumah ibadah umat Islam lainnya. Namun, jika diperhatikan dengan seksama, Surau Al Irhaash memiliki banyak perbedaan dari musala atau surau lainnya di Kota Pekanbaru.

Mulai dari bentuk atapnya yang berupa limas tanpa kubah dan juga tak ada lambang bulan bintang yang merupakan simbol tempat ibadah umat Islam di puncaknya. Di samping semua itu, ternyata surau tersebut memiliki sejarah panjang.

Surau yang konon dibangun pada tahun 1925 tersebut merupakan saksi bisu perjuangan para laskar Fisabilillah pada masa penjajahan Belanda. Pada masa penjajahan, surau tersebut ternyata sempat dijadikan markas para laskar Fisabilillah.

Ketua RT sekaligus pengurus Surau Tua Al Irhaash, H Mabrur mengungkapkan jika surau tersebut juga sempat dijadikannya gudang makanan dan senjata pada masa penjajahan. Setelah Indonesia merdeka, fungsi bangunan tersebut sebagai surau dikembalikan.

"Sebelum masa perang, surau ini memang sebagai pusat syiar agama Islam di Kota Pekanbaru selain Masjid Raya Senapelan. Namun fungsinya beralih menjadi markas dan gudang senjata pada zaman perang dulu," ujar H Mabrur, Kamis (9/5/2109).

Pada tahun 1970 warga sekitar membangun ruang mihrab. Sedangkan pelataran dibangun sekitar tahun 80-an. Surau ini kembali mengalami beberapa kali renovasi di tahun 2000an. "Pada tahun 2015 ada dua kali renovasi dan tahun 2007 dilakukan renovasi total pada bagian atap. Namun, tidak menghilangkan bentuk aslinya," ujar Mabrur.

Mabrur mengungkapkan, meski telah mengalami renovasi beberapa kali, namun pengurus surau masih mempertahankan keasliannya. Keaslian tersebut kata H Mabrur bisa dilihat dari ventilasi kayu ukir khas Melayu, bentuk atap dan juga luas bangunan utama.

”Bangunan utama selain pelataran, hanya berukuran 10x15 saja. Sebab itu sebagian dinding dan pondasi surau ini masih asli," ujar Mabrur. Di bagian belakang bangunan, pengurus surau juga masih mempertahankan sumur resapan yang menjadi tempat wudhu jema'ah pada zaman dulu.

Meskipun tidak lagi digunakan, namun keberadaan sumur tersebut masih terjaga asri oleh pengurus. Hingga saat ini kata Mabrur, Surau Al Irhaash masih menjadi tempat syiar agama Islam di Senapelan.

Setiap malam, surau ini selalu ramai dengan anak-anak belajar Alquran, sama seperti sebelum surau ini beralih menjadi markas laskar Fisabilillah pada zaman perang dulu. Mabrur mengungkapkan, meskipun hanya surau kecil, ternyata banyak lahir orang-orang besar penggiat keagamaan maupun bidang lain dari surau ini.

Para tokoh tersebut yaitu, H Akasah, H Awaloeddin dan Dr H Marwan Awaloeddin. Tidak hanya itu tokoh pemerintahan Zulkifli Saleh juga pernah belajar mengaji di surau kecil ini. Sedangkan para guru mengaji di surau kecil ini pada waktu itu yaitu yaitu, H Husaini Kasim, H Abdulah Hasan, H Amran Z.A, H Husin Ayang dan Tuk Wak.

"Dan hingga saat ini, sebagian dari mereka masih datang ke surau ini untuk memberikan bantuan agar surau ini tetap terjaga," ujarnya. ***

Artikel ini telah tayang di tribunnews.com dengan judul "SURAU TUA AL IRHAASH di Pekanbaru, Saksi BISU Perjuangan LASKAR FISABILILLAH Masa Penjajahan Belanda"

Editor:
Akham Sophian
Kategori : Umum, Riau
wwwwww