Home > Berita > Inhil

Kisah Si Raja Hutan ”Bonita” yang Terusir dari Singgasananya

Kisah Si Raja Hutan ”Bonita” yang Terusir dari Singgasananya

Petugas saat mengevakuasi harimau Bonita. (foto: sindonews)

Sabtu, 21 April 2018 13:33 WIB
PEKANBARU, POTRETNEWS.com - Harimau Sumatera bernama Bonita membuat heboh karena menampakan diri di kawasan Desa Tanjung Simpang Kecamatan Pelangiran Kabupaten Indragiri Hilir, Riau. Si Datuk-julukan harimau sudah menampakan diri ke warga sejak Mei 2017. Satwa bernama latin Panthera tigris Sumaterae ini menampakan diri di perkebunan sawit rumah warga. Munculnya si raja rimba membuat warga resah.

Apalagi saat itu beberapa hewan ternak dimangsa si belang. Warga sempat mengabadikan momen masuknya harimau di perkampungan itu. Petugas pun melakukan pencaharian. Lama diteluri, satwa langka inipun tidak menampakkan diri lagi.

Berdasarkan laman okezone.com yang dilansir potretnews.com, pada 3 Desember 2017 si raja hutan ini menampakan diri di perkebunan di PT THIP (Tabungan Haji IndoPlantation) yang masih berada di Kecamatan Pelangiran atau lokasi tidak jauh kemunculan pertama harimau ini kepada manusia.

Saat itu tiga buruh kelapa sawit itu sedang melakukan pemanenan buah di KCB 76 Blok 10 Afdeling IV Eboni State PT THIP. Saat sedang memanen, tiga wanita beranama Jumiati (33), Yusmawati (33) dan Fitriyanti (40) dikejutkan dengan kemunculan harimau liar itu.

Raja hutan ini kemudian mengejar ketiganya. Jumiati memilih menyelamatkan diri dengan memanjat pohon kelapa sawit. Harimau liar itu mengejar Jumati yang sedang memanjat pohon sawit. Apes harimau itu berhasil menerkamnya meski dia terus berusaha menyelamatkan diri. Jumiati tewas diterkam dibagian tengkuk dan kaki.

Namun uniknya teman Jumati bernama Yusmawati yang memanjat sawit terjatuh dan persis dihadapan harimau Bonita tidak dimangsa. Si Bonita lebih memilih mengejar Jumiati yang sudah memanjat pohon sawit.

Setelah penyerangan itu karyawan kelapa sawit asal Malaysia ini pun resah. Pihak perusahaan menekankan mereka tetap bekerja tapi harus waspada. Setelah kejadian harimau Bonita kembali beberapa kali menampakan diri di erkebunan sawit tersebut.

Petugas pun kembali melakukan pencaharian. Tim gabungan terdiri dari BBKSDA (Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam), Polri dan TNI juga melakukan upaya lainnya seperti memasang jebakan atau kendang perangkap, mendatangkan pawang dari berbagai tempat bahkan dari luar negeri juga.Berbagai ritual juga sudah dilakukan.

Pada 20 Febuari 2018 sebanyak 9 petugas berjumpa dengan si raja hutan. Si Bonita terlihat tidak takut dengan banyaknya manusia. Bahkan dia mengitari sembilan petugas itu dengan jarakyang sangat dekat. Petugas saat itu memohon ke harimau agar tidak menyerang mereka. Hal inipun sempat diabadikan. Pengepungan harimau kepada petugas berlangsung selama 3 jam. Mereka berhasil selamat setelah puluhan personil polisi datang ke lokasi dan mengusir Bonita.

Sejak itulah Bonita sepertinya tidak takut dengan manusia. Bahkan bebera kali dia terlihat mengejar mobil yang melintas di areal perusahaan. Lokasi PT THIP sebelumnya adalah areal hutan yang merupakan kawasan harimau Sumatera.

Kemudian pada 10 Maret 2018 Bonita kembali menebar maut. Harimau Bonita kembali terlihar Simpang Kanan Dusun Sinar Danau, Desa Tanjung Simpang, Kecamatan Pelangiran atau lokasinya sekitar 20 kilometer dari penerkaman Jumiati. Korbannya adalah Yusri Efendi (34 tahun).

Bahwa sore itu korban bersama 3 temannya Rusli (41 tahun), Indra (26), dan Syahran (41) sedang melakukan pekerjaan membangun sarang burung walet.Saat mereka mengerjakan di bangunan lantai dua, mereka dikejutkan dengan kehadiran harimau besar dan liar di lantai dasar. Mereka berempat ketakutan dan menghentikan pekerjaan mereka dan memilih berdiam diri di lantai.

Karena dianggap harimau itu sudah pergi, pukul 19.00 WIB, mereka berempat turun dan pergi dari tempat itu. Namun, belum beberapa lama mereka meninggalkan bangunan walet itu, harimau tersebut tiba tiba sudah berada di hadapan mereka.

Sekitar 250 meter, harimau tersebut sudah berada di depan mereka. Karena ketakutan mereka berhamburan menyelamatkan diri masing-masing.

Tiga temannya berhasil kabur karena harimau liar itu mengejar Yusri. Tiga teman korban yang selamat melaporkan kejadian itu ke warga. Tidak lama warga beserta polisi dan petugas dari balai konservasi datang ke lokasi .

Korban akhirnya berhasil ditemukan di semak belukar dengan kondisi meninggal dunia. Terlihat luka gigitan di tengkuknya. Sehari setelah penyerangan, Bonita kembali menerbar maut, seorang warga lainnya yang sedang melihatas dikejarnya. Korban berhasil selamat namun mengalami luka cakaran di punggung.

Dengan adanya korban yang terus berjatuhan, wargapun resah. Lambannya penanganan yang dilakukan petugas membuat warga berdemo. Masyarakat akan mengambil langkah sendiri jika petugas tidak menangkap Bonita.

Akibat serangan itu, aktivitas belajar mengajar di sana juga dihentikan beberapa pekan.

Untuk segera menangkap harimau Bonita yang dianggap sudah mengalami penyimpangan prilaku, petugas menambah jumlah personel.

Pada 16 Maret 2018 petang, petugas menemukan Bonita di perkebunan sawit PT THIP. Petugaspun menembak bius. Sempat terkapar, namun Bonita bangkit lagi. Ini membuat tim gabungan batal menangkap hewan predator itu.

Setelah itu Bonita kembali menampakan diri di perkebunan yang merupakan wilayah jelajahnya. Tim gabungan terus memburunya. Pada 2 April 2018 si raja hutan kembali menunjukan 'taringnya'. Bonita muncul di Blok 80/06 PT THIP. Harimau dewasa itu mengejar seorang pekerja panen sawit bernama Iwan.

Beruntung korban bernama berhasil selamat setelah masuk ke dalam kanal atau sungai galian walau si raja hutan sempat menunggunya di tepi sungai itu.

Namun pada 20 April 2018, pelarian Bonita berakhir. Dia berhasil dilumhkan saat berada di areal PT THIP."Harimau Bonita dilumpuhkan dengan tembak bius," ucap Kapolres Inhil AKBP Christian Rony.

Usai penangkapan, rencananya Bonita akan direlokasi. Namun sejauh ini belum diketahui kemana akan direlokasinya. Padahal areal perusahaan itu merupakan daerah kekuasaan Bonita sebelum munculnya izin usaha untuk perusahaan sawit itu. Kini si raja hutan harus terusir dari singgasananya. ***

Editor:
Akham Sophian

Kategori : Inhil, Umum, Peristiwa
wwwwww