Kebakaran Hutan dan Lahan di Riau sampai Hari Ini Meluas hingga 633 Hektar

Kebakaran Hutan dan Lahan di Riau sampai Hari Ini Meluas hingga 633 Hektar

Kebakaran lahan gambut (ilustrasi)

Selasa, 20 Februari 2018 16:28 WIB
PEKANBARU, POTRETNEWS.com - Kebakaran lahan dan hutan di Provinsi Riau pada tahun ini terus meluas. Terhitung sejak 14 Januari luas yang terbakar hingga kini sudah mencapai 633 hektar (ha). Berdasarkan pantuan, Selasa (19/2), kebakaran lahan dan hutan yang kini paling parah dan belum bisa dikendalikan berada di Desa Sepahat yang merupakan daerah perbatasan Kabupaten Bengkalis dan Kota Dumai.

Dilansir potretnews.com dari republika.co.id, Satuan Tugas Kebakaran Lahan dan Hutan (Satgas Karhutla) Riau mendapat bantuan dari perusahaan APP Sinarmas yang menggunakan helikopter Superpuma untuk menjatuhkan bom air dari udara.

Lokasi kebakaran di daerah tersebut makin jauh dari akses jalan, sehingga menyulitkan tim gabungan yang berada didarat karena peralatan sangat terbatas.

Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Riau di Pekanbaru, luas kebakaran bertambah di antaranya berlokasi di Perumahan Altaf Agencie RT 04, Kota Dumai seluas 12 hektar (Ha).

Kemudian kebakaran lahan di Dusun Kualarenanggan RT 05, Desa Lubukkembangbunga Kabupaten Pelalawan seluas 30 Ha, Jl. Simpang Lecek Ujung Desa Sungai Segajahjaya, Kabupaten Rokan Hilir seluas lima Ha, dan Desa Sritanjung Rupat Kabupaten Bengkalis seluas 30 Ha.

Rekapitulasi luas lahan terbakar di Kabupaten/kota di Riau antara lain berada di Rokan Hulu (1 Ha), Rokan Hilir (21 Ha), Dumai (86.25 Ha), Bengkalis (88 Ha), Kepulauan Meranti(211,5 Ha), Siak (2,5 Ha), Pekanbaru (31 Ha), Kampar (15,25 Ha), Pelalawan (31 Ha), Indragiri Hulu (121,5 Ha), dan Indragiri Hilir (24 Ha).

Meski begitu, kondisi di Kota Pekanbaru kini tidak lagi terlihat asap karena turun hujan pada pagi hari. Hingga siang ini langit Pekanbaru tertutup mendung.

Terhitung sejak 19 Februari hingga 31 Mei 2018, Riau sudah berada pada status Siaga Darurat Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla). Pemerintah Provinsi Riau menetapkan kondisi ini karena pada awal tahun 2018 terjadi peningkatan jumlah titik panas (hotspot) dan luas Karhutla yang sangat naik signifikan.

Provinsi Riau membutuhkan dukungan Badan Penanggulangan Bencana Nasional (BNPB) untuk penyediaan helikopter "pengebom air", dan teknologi modifikasi cuaca untuk mencegah kebakaran lahan dan hutan semakin meluas.

"Saya akan segera bertemu dengan Kepala BNPB untuk meminta bantuan helikopter untuk water bombing, helikopter patroli dan modifikasi cuaca," ujar Kepala BPBD Riau, Edwar Sanger. ***

Editor:
Akham Sophian

wwwwww