Home > Berita > Riau

Begini Kronologi Penolakan Pasien oleh RSUD Bangkinang hingga Terpaksa Harus Menahan Sakit di Rumahnya

Begini Kronologi Penolakan Pasien oleh RSUD Bangkinang hingga Terpaksa Harus Menahan Sakit di Rumahnya

Nanda terbaring di rumahnya.

Jum'at, 16 Februari 2018 17:07 WIB
BANGKINANG, POTRETNEWS.com - Nanda, 23 tahun, warga Jalan Alamanda Desa Indra Sakti Kecamatan Tapung, Kabupaten Kampar, Riau terpaksa harus menahan sakit di rumahnya, Jumat (16/2/2018). Sebelumnya, Kamis (15/2/2018), ia ditolak oleh RSUD Bangkinang. Sikap RSUD Bangkinang disesalkan Komunitas Peduli Bangsa (KPB). Ketua KPB, Afrida Yani menceritakan perlakuan rumah sakit pelat merah itu yang menolak Nanda.

Afrida mengetahui kabar tentang Nanda dari anggota komunitas. Kemudian KPB sepakat membantu Nanda. Ia pertama sekali menghubungi Kades Indra Sakti, Rabu (14/2/2018). Dia meminta kades membawa Nanda ke RSUD Bangkinang. Kebetulan di Indra Sakti ada Ambulan desa.

Sebelum ke RSUD Bangkinang, pihak desa meminta rujukan dari Puskesmas Petapahan. Selama bertahun-tahun, Nanda ditangani oleh Puskesmas. Namun belakangan tersendat karena orang tua Nanda kekurangan dana.

BACA:

. Kendati Untung Besar, Jumlah ATM Bank Riau Kepri Kalah Jauh Dibanding Bank Nagari

. Tiga Hari Gagal Transaksi, Bank Riau Kepri Diisukan Bangkrut, Ini Jawaban Manajemen

Dilansir potretnews.com dari tribunnews.com, Kades Indra Sakti bersama Nanda dan orang tuanya tiba di RSUD Bangkinang, Kamis jelang siang. Nanda langsung dibawa ke UGD. Setibanya di sana, petugas UGD tidak lantas menangani Nanda. Seorang dokter bernama Intan menolak Nanda ditangani di UGD.

"Dokter itu bilang ini pasien Poli. Harus dibawa ke Poli," kata Afrida, Jumat siang. Afrida sempat berdebat dengan dokter tersebut. Ia meminta dokter membantu pengurusan administrasi agar Nanda dipindahkan ke Poliklinik. Namun dokter itu kembali menolak.

"Alasannya Poli sudah tutup. Dokternya nggak ada," ujar Afrida bernada kesal. Ia belum putus asa. Ia pun menghubungi Puskesmas Petapahan. Ia sempat menyalahkan Puskesmas yang mengeluarkan rujukan agar Nanda dibawa ke UGD. Bukan ke Poliklinik. Namun puskesmas menjawab bahwa rujukan itu sudah sesuai prosedur.

Afrida kembali meminta UGD RSUD Bangkinang tetap menampung Nanda. Paling tidak sampai Senin sembari menunggu perbaikan administrasi. Namun dokter jaga di UGD tetap menolak. Akhirnya Nanda terpaksa dipulangkan.

Dokter tersebut bahkan sempat menyinggung biaya jika Nanda dirawat. Padahal Nanda telah terdaftar di BPJS Kesehatan. Ia sudah menyatakan siap menanggung biaya jika perobatan Nanda tidak masuk tanggungan BPJS. Namun rumah sakit tetap saja menolak.

"Ya, Allah. Apa salahnya ditangani dulu? Saya nggak tega lihat Nanda kesakitan pas pulang," ujar Afrida sembari menangis. Kini, Nanda masih terbaring lemah di rumahnya. Luka menganga di pangkal paha sebelah kanan di dekat pinggul membuat Nanda tidak bisa berjalan.

Menurut Afrida, orang tua Nanda bercerita bahwa luka itu kian parah setelah mengalami kecelakaan lalu lintas tunggal tiga tahun lalu. Akibat kecelakaan itu, tulang pinggang dan punggungnya bergeser.

Dahulu, orang tuanya membawa Nanda ke RSUD Bangkinang setelah kecelakaan itu. RSUD merujuk Nanda ke RSUD Arifin Achmad, Pekanbaru. Oleh RSUD Arifin Achmad, Nanda dinyatakan harus menjalani operasi. Sayangnya orang tua Nanda tidak mempunyai dana.

Tawaran operasi terpaksa ditolak. Nanda dibawa pulang. Orang tua memilih pengobatan alternatif. Namun tidak membuahkan hasil. "Jadi karna kelamaan berbaring, lukanya makin besar. Makanya jadi parah seperti sekarang. Membusuk gitu," ujarnya.

Afrida mengaku telah melaporkan hal ini ke Bupati Kampar, Azis Zaenal. Bupati, kata dia, meminta nama dokter yang menolak Nanda. Ia masih menunggu tindakan yang akan diambil Pemkab Kampar terkait nasib Nanda. ***

Editor:
Akham Sophian

Kategori : Riau, Kampar, Umum
wwwwww