Home > Berita > Riau

Peneliti dari Institut Pertanian Bogor Ungkap Sejarah Lahan Kebun Sawit di Riau

Peneliti dari Institut Pertanian Bogor Ungkap Sejarah Lahan Kebun Sawit di Riau

Ilustrasi.

Selasa, 12 September 2017 10:39 WIB
BOGOR, POTRETNEWS.com - Fungsi Perkebunan kelapa sawit telah memberikan kontribusi sangat nyata terhadap pembangunan perekonomian nasional. Namun keberadaan sawit telah menuai banyak tudingan negatif dalam aspek lingkungan, sehingga menjadi polemik di ruang publik. Apabila terus dibiarkan, maka dikhawatirkan akan menimbulkan potensi kerugian secara sistemik terhadap perkebunan kelapa sawit Indonesia secara keseluruhan.

Untuk itulah empat orang peneliti dari Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor (Fahutan IPB) yaitu Yanto Santosa, Arzyana Sunkar, Erniwati dan Intan Purnamasari melakukan penelitian terkait dengan sejarah perkembangan status, penggunaan lahan dan keanekaragaman hayati kebun kelapa sawit Indonesia.

Pengambilan data dilakukan pada Februari-April 2016 di 8 Perkebunan Sawit Besar (PSB) dan 16 Kebun Sawit Swadaya (KSS) yang termasuk ke dalam 4 kabupaten di Provinsi Riau.

Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa saat izin usaha perkebunan kelapa sawit dan sertifikat Hak Guna Usaha (HGU) diterbitkan, status lahan seluruh PSB sudah bukan merupakan kawasan hutan. Namun tujuh dari delapan areal konsesi PSB berasal dari alih fungsi kawasan hutan (67.70% berasal dari HPK, 30.35% berasal dari HPT, dan 1.95% berasal dari HP).

Riwayat penggunaan lahan sebelum PSB beroperasi adalah: 49.96% merupakan eks HGU perusahaan lain, 35.99% eks HPH, serta 14.04% eks ladang masyarakat.

”Data ini didukung dengan adanya hasil penafsiran citra landsat areal konsesi 1 tahun sebelum PSB memperoleh izin usaha. Hasil penafsiran menunjukkan 49.96% berupa perkebunan karet, 35.99% berupa hutan sekunder, 10.7% berupa tanah terbuka, 3.03% berupa semak belukar serta 0.84% berupa pertanian lahan kering bercampur semak.

Sementara itu, status lahan pada KSS yang diamati (47.5 ha), sebanyak 91.76%, status lahannya sudah bukan kawasan hutan saat areal tersebut dijadikan kebun kelapa sawit sedangkan sisanya.24%) masih berstatus kawasan hutan,” ujar Yanto, dilansir potretnews.com dari tribunnews.com.

Adapun penelusuran riwayat penggunaan lahan pada 16 KSS (47.5 ha) menunjukan bahwa seluruh kebun sawit tersebut merupakan ladang eks transmigran dan masyarakat lokal.

Hasil ini didukung oleh hasil analisis citra landsat yang menunjukkan bahwa sebagian besar tutupan lahan sebelum dijadikan KSS, berupa tanah terbuka (73.68%), sedangkan sisanya berupa berupa semak belukar.

Total jenis satwa yang ditemukan di seluruh lokasi penelitian tersebut berjumlah 13 jenis mamalia, 73 jenis burung, 85 jenis kupu-kupu, dan 32 jenis herpetofauna (20 jenis amfibi dan 12 jenis reptil). Jumlah jenis mamalia, burung dan kupu-kupu paling banyak ditemukan pada areal tutupan lahan nonsawit (SB, HS, NKT), sedangkan herpetofauna lebih banyak ditemukan di areal sawit.

Selain itu, ditemukan pula 3 jenis cacing dengan tingkat kepadatan lebih tinggi dijumpai di KSS dibandingkan dengan PSB. Berdasarkan PP No.7 Tahun 1999, terdapat 2 jenis mamalia dan 14 jenis burung yang berstatus dilindungi. ***

Editor:
Muh Amin

Kategori : Riau, Umum
wwwwww