Home > Berita > Riau

Kabar Buruk Peringatan Hari Pendidikan Nasional 2 Mei 2017: 163 Ribu Anak di Riau Putus Sekolah

Kabar Buruk Peringatan Hari Pendidikan Nasional 2 Mei 2017: 163 Ribu Anak di Riau Putus Sekolah

Ilustrasi.

Selasa, 02 Mei 2017 10:39 WIB
PEKANBARU, POTRETNEWS.com – Peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) 2 Mei 2017 di Provinsi Riau ditandai dengan kabar buruk tingginya angka anak putus sekolah. Kepala Dinas Pendidikan (Kadisdik) Provinsi Riau, Kamsol, mengatakan, pemerataan pendidikan masih menjadi persoalan terutama di daerah terluar dan pelosok. Selain akses yang sulit, sarana dan prasarana tidak menunjang.

"Memang masih cukup banyak anak-anak kita yang tidak bersekolah, apalagi di daerah pelosok Riau," ujar Kamsol. Selain anak usia sekolah yang tidak bersekolah sama sekali, angka putus sekolah berdasarkan data 2016 juga masih tinggi.

Tercatat sebanyak 163 ribu anak di Riau putus sekolah baik itu tingkat SD, SMP dan SMA. Menurut Kamsol, salah faktor penyebab adalah tingginya perpindahan penduduk yang bermigrasi ke Riau. Kebanyakan dari mereka merupakan buruh kasar yang bekerja di perusahaan perkebunan. Terutama perkebunan kelapa sawit.

"Akses sarana pendidikan dari perusahaan sangat jauh, akhirnya anak-anak mereka tidak sekolah. Ditambah lagi kurangnya kesadaran orangtua mengenai pentingnya pendidikan anak. Mereka bergulat mencari nafkah untuk hidup, untuk makan," ujar Kamsol.

Akibat selanjutnya, si anak yang seharusnya mengenyam pendidikan, dipaksa untuk bekerja. Menjadi buruh. Kondisi ini terjadi di banyak daerah di Riau.

"Kita tidak bisa pula melarang orang datang ke Riau, karena masih NKRI. Itulah tugas bersama dalam menyediakan pendidikan yang layak bagi anak-anak di Riau," ucapnya dikutip potretnews.com dari tribunpekanbaru.com.

Solusi untuk mereka, ada program dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang menempatkan guru di daerah terpencil, terluar dan terisolir.

"Provinsi juga memiliki program Sekolah Marjinal yang mana itu dikhususkan bagi anak-anak yang tinggal jauh dari sekolah yang ada," ujar Kamsol.

Kemudian pembangunan sarana pendidikan terpadu, dengan pola membangunan sekolah lengkap semua jenjang di ibu kota kecamatan, lengkap dengan asramanya.

Sehingga bagi anak-anak yang tinggal jauh di pelosok bisa tinggal di asrama. Selanjutnya program pemerintah dalam memerangi angka putus sekolah adalah diluncurkannya Kartu Riau Pendidikan Bermutu Ramah Anak Bebas Pungutan (Panutan) di tahun 2017.

Program Riau panutan ini untuk membantu anak-anak rentan putus sekolah. Untuk 10 ribu anak yang rentan putus sekolah di Riau, setiap anak diberi bantuan sebesar Rp 3 juta per bulan. Bantuan tersebut disalurkan melalui sekolah masing-masing.

"Riau Panutan khusus anak-anak rentan putus sekolah serta anak di daerah terisolir, terluar dan terbelakang. Termasuk yang berada di daerah perusahaan perkebunan," ujar Kamsol. ***

Editor:
Fanny R Sanusi

wwwwww