Pemilik 40 Kg Sabu yang Dibekuk di Jalan Lintas Pekanbaru-Siak Lakukan Transaksi di Tengah Laut Gunakan Jet Ski Mewah untuk Kelabui Petugas
 |
Kapolda Riau dan jajarannya, saat ekspose tangkapan 40 kilogram sabu dan 160 ribu butir pil ekstasi di Direktorat Reserse Narkoba Polda Riau, Minggu (9/4/2017) siang. |
Minggu, 09 April 2017 11:30 WIB
PEKANBARU, POTRETNEWS.com - Subdirektorat III Reserse Narkoba Polda Riau berhasil menggagalkan peredaran 40 kilogram sabu serta 160 ribu butir pil ekstasi, Sabtu (8/4/2017) dini hari kemarin. Seorang pemilik barang dan dua kurirnya ikut diringkus aparat. Tiga orang itu antara lain berinisial Zf alias Fadli dan AK alias Dino, mereka adalah kurir narkoba bernilai hampir Rp80 miliar tersebut. Sementara pemilik barang adalah EK alias Eri Jek. Keduanya ditangkap di dua tempat terpisah. Zf dan AK dibekuk di Jalan Lintas Pekanbaru-Siak.
Sedangkan EJ dibekuk di rumahnya, Kabupaten Bengkalis Riau. Dia ini diduga bandar narkoba kelas kakap. Bahkan transaksi dilakukannya di tengah laut, karena barang haram asal Malaysia ini dijemput menggunakan jet ski mewah, yang kini sudah disita polisi sebanyak dua unit.
Berdasarkan laman GoRiau.com yang dilansir potretnews.com, Kapolda Riau Irjen Zulkarnain Minggu (9/4/2017) siang mengungkapkan, selain jet ski, EJ juga punya speedboat yang sama-sama dipakai untuk menyokong bisnis haramnya itu. Berkali-kali dirinya sukses mengedarkan narkoba, hingga akhirnya diciduk polisi.
Jenderal bintang dua ini mengatakan, sabu dan ekstasi ini berasal dari negara China yang masuk ke Malaysia. Dari sana barang dibawa melalui perairan dan masuk ke Provinsi Riau. "Pengakuannya sudah beberapa kali, ini masih kita kembangkan," tutur Zulkarnain.
Kapolda memastikan, bahwa di atas EJ diduga masih ada bos lainnya. Namun keberadaan orang ini ditenggarai di Negara Malaysia. Sementara untuk di Riau, EJ-lah yang diduga selaku pengelola alias pengendali barang, hingga penjualannya.
Kini ketiga sindikat tersebut sudah ditahan di Direktorat Reserse Narkoba Polda Riau bersama barang bukti Narkoba, kendaraan termasuk jetski dan speedboat, paspor, SIM internasional, tiga butir peluru, pemantik api berbentuk pistol dan lain sebagainya.
"Jadi mereka ini betul-betul lihai sekali, dan ini murni hasil kerja keras jajaran kita, selama berbulan-bulan melakukan pembuntutan serta penyelidikan," tandas Zulkarnain didampingi Direktur Reserse Narkoba, Kombes Hariono dan Kabid Humas Kombes Guntur Aryo Tejo. ***Editor:
Fanny R Sanusi
Sedangkan EJ dibekuk di rumahnya, Kabupaten Bengkalis Riau. Dia ini diduga bandar narkoba kelas kakap. Bahkan transaksi dilakukannya di tengah laut, karena barang haram asal Malaysia ini dijemput menggunakan jet ski mewah, yang kini sudah disita polisi sebanyak dua unit.
Berdasarkan laman GoRiau.com yang dilansir potretnews.com, Kapolda Riau Irjen Zulkarnain Minggu (9/4/2017) siang mengungkapkan, selain jet ski, EJ juga punya speedboat yang sama-sama dipakai untuk menyokong bisnis haramnya itu. Berkali-kali dirinya sukses mengedarkan narkoba, hingga akhirnya diciduk polisi.
Jenderal bintang dua ini mengatakan, sabu dan ekstasi ini berasal dari negara China yang masuk ke Malaysia. Dari sana barang dibawa melalui perairan dan masuk ke Provinsi Riau. "Pengakuannya sudah beberapa kali, ini masih kita kembangkan," tutur Zulkarnain.
Kapolda memastikan, bahwa di atas EJ diduga masih ada bos lainnya. Namun keberadaan orang ini ditenggarai di Negara Malaysia. Sementara untuk di Riau, EJ-lah yang diduga selaku pengelola alias pengendali barang, hingga penjualannya.
Kini ketiga sindikat tersebut sudah ditahan di Direktorat Reserse Narkoba Polda Riau bersama barang bukti Narkoba, kendaraan termasuk jetski dan speedboat, paspor, SIM internasional, tiga butir peluru, pemantik api berbentuk pistol dan lain sebagainya.
"Jadi mereka ini betul-betul lihai sekali, dan ini murni hasil kerja keras jajaran kita, selama berbulan-bulan melakukan pembuntutan serta penyelidikan," tandas Zulkarnain didampingi Direktur Reserse Narkoba, Kombes Hariono dan Kabid Humas Kombes Guntur Aryo Tejo. ***Editor:
Fanny R Sanusi
